Tok...tok...tok...
Terdengar nyaring suara pintu di tengah heningnya tanpa pembicaraan."Figo."
Terdengar suara lantang nan tegas yang membuat Figo terkaget seketika, ia mengenal jelas suara itu. Suara yang pernah begitu lembut ia dengar, yang begitu indah hinggasanya ia lupa akan masalah yang ia hadapi.
Benar, kakaknya datang di ruangan Figo terbaring.🍃🍃🍃
Mata Figo melotot bagai ia melihat sesuatu yang menakutkan...
"Haaa", desahan Figo yang membuatnya benar tersadar seketika.
Suara langkah yang gagah dan berkarisma, suara hentakan sepatu yang begitu nyaring. Pakaian Tentara lengkap yang membalut jasad yang begitu kokoh tanpa nampak keceriaan sedikitpun.
"Kaka...", Suara Figo terdengar lembut.
Seketika Figo memfokuskan pandangannya ke pintu masuk, betapa kagetnya dia... Yang datang adalah sosok yang ia sangat hormati dan takuti.
"Ka Padli!", kini suara Figo mulai terdengar jelas.
Andi Riztan juga ikut memalingkan wajahnya, ia merasa bingung akan apa yang ia lihat.
"Figo, itu siapa?", tanya Andi Riztan.
Figo benar-benar terdiam, ia tak berkutip.
"Selamat siang!", sapanya Pada Andi Riztan.
Seketika Andi Riztan berdiri sambil mengucapkan,
"Selamat siang, Pak! Silahkan duduk.", tawarnya.
"Tidak usah saya bukanlah orang lemah.", tegas Suara Padli.Heran bukan main Saudara Figo melihat ia meneteskan air mata. Padli mengerutkan alisnya...
"Apa maksudnya ini, Figo! Kenapa kau begitu lemah? Kau seperti wanita saja menangis begitu lemah!", tegur Padli ke Figo.
Begitu besar keinginan Figo untuk kembali seperti dulu lagi, mengharapkan kakaknya yang begitu lembut memeluk dirinya dulu. Namun kini, Figo benar-benar tak mengenal akan sosok kakaknya yang dulu.
"Ka-ka-kaka... Ma-ma-maaf, Kak.", gugup Figo yang ketakutan.
Kini Andi Riztan sedikit mengerti akan mengapa Figo begitu mencari sosok saudara.
"Maaf, maaf! Kau pikir apa yang kau lakukan sekarang ini bisa ditoleransi? Apa kau tidak berpikir bahwa yang kau lakukan ini benar-benar lemah! Pikirmu saya terbang ke pulau luar sana hanya berfoyah-foyah? Santai? Tidak, Figo!!!", Kini suara kakaknya Figo benar-benar membludak membentak Figo.
Figo hanya terdiam tertunduk dengan air mata ketakutan yang mengalir deras.
Merasa kasihan melihat Figo yang begitu ketakutan, Andi Riztan ikut terjun ke masalah di antara dua saudara itu...
"Pak, maaf kalau lancang. Figo adalah sosok yang kuat Pak! Dia tidak begitu lemah seperti sudut pandang anda. Dia bahkan masih tetap bertahan walaupun luka yang selama seminggu ini terus melukainya. Dia punya keyakinan dan mimpi, dan itu lebih kuat dari apapun!", Kata Andi Riztan dengan semangatnya.
Mata saudara Figo benar tajam membelok ke Andi Riztan.
Baru kali ini Figo melihat mata yang lebih tajam memandang mata yang ia anggap begitu tajam pula."Maksud kamu apa? Kamu pikir kamu lebih tahu mana yang patut saya jempoli dan yang saya rendahkan? Kamu siapa berani masuk ke ruang pembicaraan saya!?", tanya Padli dengan emosi.
Seketika Andi Riztan menjawab...
"Saya saudaranya Figo!", kata Andi Riztan dengan lantang.Pandangan yang tadinya ke Andi Riztan kini berbelok ke Figo.
PASHHHH!!!!
Suara tamparan yang melengking di setiap sudut ruangan. Begitu kaget Andi Riztan melihat Figo yang tertampar, ia ingin menghajar orang yang ada dihadapannya namun terlambat... Kerah bajunya dipegang erat oleh Padli yang begitu emosi.
"Sini kau!!!", teriak Padli ke Andi Riztan.
Tubuh Andi Riztan menyatu dengan lantai, bagai hewan yang ditarik paksa.
Figo hanya bisa memegang pipihnya yang tertampar tadi.
"Kau gila! Kau siapa mengatakan kau saudaranya? Dia hanya memiliki satu saudara kandung! Saya!", kata Padli.
Tendangan, tamparan, tumbakan, dan teriakan yang dilayangkan Kakaknya ke Andi Riztan hanya bisa Figo liat.
Hingga akhirnya..."Padli!!! Stop!!!", teriak Figo.
Wajah Andi Riztan begitu berdarah, bajunya memerah.
"Apa yang kau katakan?", terdengar suara Padli menusuk.
"Ku bilang stop! Kau tak bisa selalu mengekangku, selalu membentakku, selalu menyuruhku ini dan itu, selalu menyalahkanku, selalu...", keluh Figo hinggasanya ia harus berhenti karena di-skak oleh Kakaknya.
"Kau patut disalahkan karena kematian Ibu dan Ayah adalah karenamu! Karena dirimu yang terlalu manja akan kasih sayang dan perhatian!", Seru Padli ke Figo.Terlihat mata Saudara Figo begitu berkaca-kaca namun tak menangis.
Figo seakan tertusuk tombak, seakan ia didorong dari jurang yang tak berujung. Sesak dada Figo, nafasnya tak beraturan, pikirannya kacau.
"Ibu dan Ayah pergi terlalu cepat karena dirimu, karena kau begitu memaksa ingin pergi ke kebun binatang yang bisa kita kunjungi esok! Kau begitu kekanakan hingga kau lupa bahwa Ayah pada saat itu memiliki masalah pekerjaan dan Ibu begitu lelah karena mengurus pekerjaan rumah!", Sambung Padli yang kini melepas kerah baju Andi Riztan.
Andi Riztan terkaget mendengar kematian dan kecelakaan menuju arah kebun binatang. Memorinya terbuka.
Figo menangis lebih sedih dari dimensi-dimensi sebelumnya.
"Ayah dan Ibu pergi bukan karena keinginanku, itu sudah takdir. Bahkan jika aku tahu bahwa hari itu, sebab tragedi hari itu Kaka membenciku! Aku lebih memilih agar tidak pernah dilahirkan daripada harus menanggung beban yang sama di setiap hari dalam hidupku.", begitu lembut namun berat Figo membalas argumen kakaknya.
Figo berjalan perlahan ke arah Andi Riztan untuk membantunya berdiri.
"Ka...", sendu suara Figo yang menawarkan tangannya untuk Andi Riztan.
Mata Andi Riztan begitu berkaca melifat Figo, seketika ia memeluk Figo. Ia tak menghiraukan akan seberapa banyak darah yang akan menempel pada Figo.
"Dek...", gemetar suara Andi Riztan.
Pecah tangis Figo.
"Jangan menangis, Ka.", seru Figo.
"Maaf karena saya baru sadar akan luka yang kau rasakan, akan sedih yang kau tanggung, akan beban yang kau nikmati.", Ucap Andi Riztan yang begitu terasa rapuh.
"Tidak apa-apa, Kaka. Kadangkala terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali.", Tegar Figo.Padli begitu terganggu melihat kebaikan yang ada dihadapannya.
"Hei, sudah! Ayo kita pulang, Figo!", Perintahnya.
Usai membersihkan darah Andi Riztan, Figo begitu terpanah... Baru kali itu ia mendengar Kakaknya memanggil namanya lagi.
"Tapi, Pak... Figo belum baikan.", Kata Andi Riztan.
Begitu hebat emosi yang akan membludak...
"Diam kau!", teriak Padli.
"Ka, tidak masalah akan lukaku ini. Sekeras apapun dia, dia tetaplah kakaku... Dan hanya dia yang kumiliki di dunia ini.", Ucap Figo dengan senyum di akhir.
"Baiklah jika itu akan membuatmu lebih baik, tapi jagalah dirimu tetap baik... Karena Kaka masih ingin bercerita denganmu.", Balas Andi Riztan.Quotes:
"Kadangkala berbicara dari hati yang terluka lebih hebat dari hati yang tidak sekalipun tersentuh noda."
KAMU SEDANG MEMBACA
saudara tak sedarah
Genç KurguSebuah kisah yang dibumbui dengan imajinasi epic, yang bercerita tentang seorang individu yang sulit menjadi dirinya sendiri. individu ini menjalani takdir yang luar biasa dengan menemui seseorang dalam naskah kehidupannya yang mampu membuat dirinya...