Sehari setelah pemberian kejutan yang luar biasa dari sahabat Figo, organisasi yang menampungnya beserta mimpi dan aspirasinya tak mau kalah. Mereka tak ingin bahwasanya relawannya merasa tak dihargai dan disanjung, sehingga muncullah sebuah ide untuk memberikan kejutan ke Figo.
"Kemarin kan hari ultah Figo, gimana kalau kita juga kasih dia kejutan! Kan gak enak kalau Figo gak dikasih kejutan juga.", saran Ibu Susi.
"Iya, bu... Saya juga setuju! Diapun juga bukan hanya sebuah pajangan di organisasi ini, kalau bisa di deskripsikan dia itu aset! Asetnya ini wadah... Saya yakin dia akan bisa menjadi penerus saya bu, ketua FORPIS!", sambung Andi Riztan sambil tertawa.
"Hahaha, ka Riztan bisa saja! Dia pasti senang ka, kalau kaka ucapin langsung ke dia... Setau aku sih, dia nganggap kaka sebagai saudaranya, alay banget kan ka! Hahaha...", sangga Adit.
"Kau itu adit, itu tidak alay! Saya malahan bersyukur karena ada yang bisa melihat sisi baik saya, dan aura positif saya bisa ter-share ke dia!", jawab Andi Riztan dengan nada sedikit emosi.Karena detik yang bisa berubah menjadi jam, kini menunjukkan pukul 17.25 yang menandakan senja yang indah namun sementara akan tergantikan dengan gelapnya malam yang membawa aura moodtime ke setiap individu yang percaya dengan indahnya mitos.
"Aduh, bu! Udah mau malam nih... Di grup saja kita bahas, soalnya kan tidak enak kalau sampai malam disini, dikira nanti anak malam!", canda Adit.
"Iya, bu... Sama saya saja bu pulangnya.", saran Andi Riztan.
"Ayomi, karena kayaknya mau hujan juga ini!", ajak Bu Susi.Setelahnya berbicara dan berbincang bersama di dunia nyata, kini saatnya pinda ke dunia maya mereka membicarakan soal kejutan untuk Figo yang berulang tahun.
Andi Riztan:
"Ibu, jadi bagaimana ini bu? Kita suruh semua kumpul uang atau bagaimana?"Pak Arul:
"Lagi bahas apa ini kah Riztan? Uang untuk apa?Rini:
"Biasa, pak... Relawan kita usianya tengah bertambah, jadi mau kasih kejutan ini loh pak..."Andi Riztan:"Hahahah, itu Dek Rini sudah jawab, pak!"
Bu Wanda:
"Apa dek? Figo kah? Kirain Figo kemari ultah!"Andi Riztan:"Memang, bu! Tapi kan kemarin sekelas Figo dikasih kesempatan untuk quality time dengan Figo, kan tidak enak kalau diganggu."
Bu Wanda:
"Kayak mangga saja, ztan! Pake tidak enak lagi..."Setelah panjang lebar dengan berbagai topik yang ada, akhirnya keputusan akhir telah disetujui.
Andi Riztan:
"Ok, jadi fix Figo dikasih kejutan di sekolah saja pas pertemuan PMR, ok! Kan jumatji juga besok, jadi kita kasih nangis dia! Supaya ada kesan yang mendalam untuk Figo.""Ok mi, Ztan! Setuju-setuju saja saya, ngikut alur saja... Yang penting kasi sukses saja!", kata Bu Susi.
"Setuju, kak!", seru dari member lain juga.Keesokan harinya, yang menandakan rencana PMR untuk Figo akan dilaksanakan dengan matangnya. Yang akan memberikan kesan mendalam dan luar biasa untuk Figo. Figo yang benar-benar tak tahu akan di kerjai merasa kaget ketika ia dipanggil oleh saudaranya itu.
"Go, sini dulu dek!", perintah Andi Riztan.
Omg, omg, omg!!! Adduh... Ka Riztan panggil! Katanya dalam hati.
"Go, kau punya telinga kah? Sini!!", bentak Andi Riztan.
"Ahhh, iya ka! Tunggu, ka!", kata Figo sambil berlari menuju saudara tak sedarahnya.
"Sini duduk dekatku, katanya kamu sudah kasi sakit hati Senior Akbar!?", tanya Andi Riztan.
"Siapa bilang, senior? Paling tidak bisaka itu menyakiti hatinya orang yang telah berkontribusi untuk kebaikan saya, senior. Siapa bilang senior?", tanya balik Figo.
"Kamu tidak dengar saya barusan? Pokoknya kamu itu harus diberantas kalau semakin banyak junior kayak kamu di organisasi ini, bisa-bisa PMR tinggal nama!", bentak Andi RiztanKarena mendengar ucapan Andi Riztan yang begitu menohon, seketika ada air mata yang muncul dibalik mata Figo yang semakin lama semakin deras.
"Intinya saya tidak pernah kata-katai Senior Akbar, ka! Kalau mauki berantaska silahkan, saya tidak bisa mencegah orang seperti anda.", jawab Figo.
Karena merasa ibah, Rini dan Vivi yang melihat Figo dari kejauhan datang menghampirinya.
"Kenapa Figo, senior?", tanya Vivi.
"Tanyami itu sekelasmu yang kurang ajar!", jawab Andi Riztan.
"Figo, kenapa?", tanya Rini.
"Siapa kah sudah yang pernah sakiti hatinya Senior Akbar, Rini... Vivi? Saya tidak berani untuk bersikap kurang ajar ke Senior.", kata Figo.
"Ahhhhh! Sudahmi, banyak omong kau disitu, masukmi saja di kelas, jangan sampe jelek nama PMR gara-gara kamu saja diliat menangis!", seru Andi Riztan.Rini dan Vivi pun mengajak Figo yang kesedihannya tak dapat ter-cover dengan keteguhan hatinya. Sesampainya di dalam kelas, terlihat seluruh pembina, senior dan lettingnya berkumpul.
"Oh, jadi ini yang mau kasi rusak namanya PMR?", tanya Bu Wanda.
"Masukmi cepat, tidak usah sok-sok kayak kamu yang disakiti!", sambung Bu Susi.
"Jangan duduk! Berdiri disitu didepan, ditengah!", seru Andi Riztan.
Figo pun mulai menuju ke tengah dengan tak seorang pun berpihak dengannya."Jujur, bu! Sakit sekali hatiku dikatai sama junior yang masih mula seperti dia, kayak dia paling berkuasa saja, bu!", kata Senior Akbar sambil berjalan menuju samping Figo.
"Memangnya dia bilang apa, Akbar? Sesakit itukah?", tanya Pak Arul.
"Jangan tanya lagi sesakit apa, pak! Kayak dia paling tua, terus bukan saya saja dia katai, tapi para pembina juga!!!", sambung Senior Akbar.
"Tidak pernaka bil....", kata Figo yang kemudian dipotong oleh Andi Riztan.
"Kamu diam saja disitu, sudah kurang ajar banyak omong lagi!", sanggah Andi Riztan.Karena emosi Andi Riztan yang luar biasa, iapun menuju ke Figo dan menarik lambang Palang Merah di bajunya.
"Percuma kamu pake lambang suci ini, kamu tidak berhak!", marah Andi Riztan.
Karena tak kuasa lagi membendung tangis dan emosi yang dirasakan Figo, iapun beranjak berlari keluar.
"kalau langkah mu melewati pintu, jangan anggap kami keluargamu lagi!!!", seru Pak Arul.
"Jangan pernah kembali, Figo!", sambung Bu Wanda.Figo seolah tak menghiraukan kata kata pembinanya, sembari berkata...
"Selangkah? Selangkah itu akan membuat perubahan untukku, dan iya... Kembali tak ada di kamusku!", kata Figo dengan nada yang sombong.
Karena melihat situasi yang mulai kacau balau, Bu Susi membisikkan ke Riztan untuk menghentikan sandiwara mereka."Riztan, sudahmi!", bisik Bu Susi.
Akan tetapi, semua terlambat. Figo dengan raut wajah sedih campur marah mengambil motornya lalu meninggalkan sekolah dengan penuh emosi. Tak pernah ada yang mengira kalau keadaan akan kacau dan diluar skenario.
"Aduh, bu! Bagaimana ini, bu? Kacau rencana, bu!!!", kata Senior Akbar.
"Iya, caramu Riztan! Sadis sekali ke Figo, kenapa begitu sekali kah? Pantas Figo sakit hati sekali.", tegur Pak Arul.
"Tidak, pak! Masalahnya kan Figo rapuh sekali, saya tahu itu pak! Tapi disini, saya mau ajari Figo kalau kamu harus kuat! Kamu itu tidak lemah! Karena sangat miris pak kalau setiap Figo berjalan di sekolah selalu saja dia di ejek! Jadi saya mau beritahu ke Figo secara tidak langsung agar dia bisa kuat!", jawab Andi Riztan.
"Tapi setidaknya kan caramu jangan terlalu sadis, karena dia itu masih remaja, masih labil... Jangan sampai dia berbuat yang tidak-tidak!", nasehat Bu Susi.Rini dan Vivi yang memiliki status sekelas dengan Figo merasa kasihan melihat Figo dengan keadaan seperti itu, namun apa daya mereka berdua masih pemula dan belum bisa banyak bicara.
Quotes:
"Setiap individu hanyalah makhluk biasa tanpa kekuatan yang luar biasa. Akan tetapi, sebuah feeling akan terbentuk diantara dua orang yang berbeda karena memiliki pola rahasia yang sama."

KAMU SEDANG MEMBACA
saudara tak sedarah
Fiksi RemajaSebuah kisah yang dibumbui dengan imajinasi epic, yang bercerita tentang seorang individu yang sulit menjadi dirinya sendiri. individu ini menjalani takdir yang luar biasa dengan menemui seseorang dalam naskah kehidupannya yang mampu membuat dirinya...