Malam yang bersejarah.

99 8 0
                                    

     Setelah panjang lebar yang tak karuan, akhirnya sahabat Figo setuju dengan idenya, mengusung alur "awal kemerdekaan Indonesia". Figo tak asal menyarankan tema itu, ia ingin bahwasanya sebagai pemuda penerus bangsa mereka harus tahu tentang sejarah tanah airnya, bukan hanya menghafalkan lagu cinta dan update film korea saja dan Figo ingin bahwasanya tugas ini dikerjakan di rumah Putri.

"Jadi, malam ini jangan lupa ke rumah Putri, yah. Jam 7 teng! Semua udah pada datang.", seru Figo.
"Ok, deh! Aku masuk duluan yah ke kelas...", ucap Rizal.
"Dimas, ingat! Jangan ngaret!", singgung Figo ke Dimas.

Dimas dan Ayu yang sedang asik bermesraan tak menghiraukan kata kata Figo.

"Woeeeeee... Tuh ada Tahir belakang lo!", ucap Lusiana ngagetin Ayu dan Dimas.
"Oeeeeeee ayam, ayam, ayam!!!", kaget Ayu.
"Eh, Lusil... Jahil banget sih! Ok, ok... Gua gak bakal ngaret, Go!", jawab Dimas.
"Ihhhhh, Lusi! Sebel deh... Gue kira ada si Bigbos tadi!", sambung Ayu.
"Canda akunya...".

Karena bel sudah berbunyi lagi, merekapun kembali ke kelas.

"Terima kasih, bu", seru siswa.

Bel paling dinanti para siswa adalah bel suci yang menandakan waktu pulang ke rumah untuk melupakan beban sekolah sejenak. Figo yang terlewat capek, ketiduran hingga petang.

     Jam di dinding menunjukkan pukul 19.00 WITA, menandakan malam bersejarah bagi mereka pun dimulai. Figo yang terkenal agak ceroboh malah tak menghiraukan jam di dinding.

"Ahhh, baru jam 7, pasti mereka belum dateng semua... Bentar lagilah, main ML aja dulu!", kata Figo dalam hati.

Karena godaan yang tiada tara, Figo pun jadi lupa diri hingga akhirnya Figo terlambat 1 jam dari waktu yang telah ditentukan.

"Astaga!!! Sudah jam 8, bagaimana ini... Si Dimas pasti bakal nyeledekin gua!", ucal Figo.

Tiba-tiba hp Figo bunyi, telpon dari Putri.

"Go, di mana? Lo meditasi di gunung Fuji?".
"Tunggu, udah di jalan nih... Dari tadi otw kok! Tapi tadi macet di jalan!", kata Figo.
"Macet pala lo peyang, Go!!! Emang kita tinggal di kota! Pake bilang macet", sambung Dimas dengan nada ngejek.
"Eh, bosku! Apa kabar? Di... Loo... Ha... Mas... Duuu... Sinyal.... Je..... Uda... Dul.... Yah....", kata Figo yang berpura pura sinyal jelek agar terhindar dari ejekan Dimas.

     Sampailah Figo di rumah Putri, dia di sambut dengan ejekan dari sahabatnya, terutama Dimas.

"Welcome the king of the world!", sambut Dimas.
"Ehhh, Dimas... Tumben gak ngaret!", jawabnya.
"Astagfirullah, ngaret gak baik, Go. Terutama bagi kesehatan", canda Rizal.

Merekapun masuk ke dalam setelah puas menyambut Figo dengan keseruan yang hqq.

"Eh, Go. Tumben ngaret!", kata Vivi.
Figo hanya bisa tersipu malu.
"Udah-udah, nih karet nasi kuning tadi, biar puas makan karet", canda Wilya.
"Hehehe, betul tuh Wil, dari tadi gue dihakimi, aku ternodai", lanjut Figo.

Setelah keterlambatan Figo jadi trending topic, merekapun melanjutkan tugas yang telah di amanatkan oleh Ibu guru. 

     Waktu berdetik berubah menjadi menit, menit berjalan berubah menjadi jam, jam berevolusi berubah menjadi kesenangan yang diselipi kebosanan. Dari jam 8 hinggasanya pagi menjelang, Figo dan tim menemui banyak sekali kenangan dan kebahagiaan yang tak terbayarkan, banyak sekali suka duka dari malam yang telah mereka lewati.

Quotes:
"Jangan remehkan kisahmu hanya karena kisah orang lain lebih luar biasa dan dikenal. Asal kau tahu saja, setiap individu luar biasa."

saudara tak sedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang