E8(Pendek)

2.2K 229 21
                                    

Taeyeon menghela nafas panjang saat melihat jadwal yang Joy kirimkan padanya. Hari ini dia harus menemani Baekhyun untuk tinjauan lapangan. Tidak sampai menginap, hanya saja Taeyeon masih sedikit canggung untuk pergi bersama Baekhyun.

Wanita yang kini memakai dress selutut warna merah muda itu lantas meraih tasnya. Joy baru saja memberi tahu bahwa Baekhyun telah menunggu di basement. Ah, Taeyeon hanya perlu bersikap biasa.

BAEKHYUN'S POV

Aku melihat sosok Taeyeon dari kejauhan. Tangan kanannya membawa tas dan tangan kirinya memegang beberapa dokumen. Aku menghidupkan mesin mobil saat Taeyeon sudah dekat.

"Semua dokumen sudah kau bawa?" tanyaku saat perempuan itu meletakkan dokumen di dashboard. Taeyeon mengangguk, tangannya merogoh tas dan mengeluarkan ponsel.

Kami hanya diam selama perjalanan, tidak ada obrolan sedikit pun. Aku fokus menyetir dan Taeyeon terus berkutat pada ponselnya, tapi hey! Apa ini sopan acuh pada atasannya?.

Aku menoleh saat ponsel perempuan itu berdering cukup keras, itu sebuah telepon.

"Eonni," ujar Taeyeon begitu mengangkat telepon. Eonni? Di punya kakak perempuan?.

"Mianhae.." Wajah Taeyeon tampak lesu sekarang. Kenapa dia minta maaf?.

"Ne, aku akan berbicara padanya sebelum dia pergi. Dia sangat marah, dia bilang padaku untuk berhenti bertemu dengannya. Tolong bantu aku Eonni," ujarmya sebelum menutup telepon.

"Kau punya kakak perempuan?" tanyaku membuat Taeyeon menoleh.

"Kakak ipar."

"Kenapa kau minta maaf? Apa dia marah? Dan siapa yang ingin kau ajak bicara? Kenapa dia sangat marah padamu?" Aku merutuki diriku begitu menyelesaikan kalimatku. Apa yang kulakukan?! Semua pertanyaan ini tak seharusnya aku tanyakan. Ini bukan urusanku.

"Aku minta maaf, hanya..." Taeyeon tak langsung melanjutkan kalimatnya. "oppaku tidak mau menerima bayi ini," lanjutnya. Entah kenapa aku sedikit sakit mendengar kata-katanya.

"Aku pernah memberimu pilihan yang lebih baik, tapi kau memilih jalan yang menyakiti dirimu sendiri." Taeyeon mendengus mendengar kalimatku.

"Membunuh darah dagingku sendiri bukanlah pilihan yang baik," katanya dengan sedikit kemarahan di suaranya. Aku terdiam, tak tega melihatnya lebih sakit lagi.

                               ****
AAUTHOR'S POV

Ini adalah pabrik keenam yang ditinjau Baekhyun dan Taeyeon. Sejak pagi, mereka tak berhenti pergi ke satu tempat ke tempat lain. Memeriksa bahan baku pabrik, produksi, hingga rincian biaya tiap pabrik. Siapa yang menyangka, seorang Byun Baekhyun turun tangan sendiri untuk urusan seperti ini?.

Taeyeon menggerakkan kakinya, sementara Baekhyun tengah berbicara dengan penanggung jawab pabrik. Sejak pagi ia terus mendampingi Baekhyun dan berdiri cukup lama. High heels setinggi 11 cm yang ia kenakan membuat betisnya serasa ditusuk jarum.

"Ada apa?" tanya Baekhyun saat melihat Taeyeon meringis, perempuan itu sendirj hanya menggeleng pelan. Baekhyun lantas berlalu dan memberi isyarat agar Taeyeon bergegas.

Beberapa meter lagi Taeyeon sampai di mobil Baekhyun, tapi ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Perutnya benar-benar sakit. Seperti diremas dengan kuat.

"Taeyeon ada apa?" tanya Baekhyun saat melihat Taeyeon meremas perutnya. Dalam hitungan detik, Baekhyun segera berlari saat Taeyeon jatuh terduduk.

"Sakiith..." Taeyeon mengerang, wajahnya nampak kesakitan, lalu ia merasa sangat takut saat sesuatu terasa mengalir di antara kedua pahanya.

"Taeyeon, darah!" seru Baekhyun saat melihat darah di paha Taeyeon, darah itu merembes membuat noda di dress Taeyeon.

Baek: Taeyeon Needed!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang