EP19(BAIK)

2K 215 30
                                    

"Kau mau jeruk?" Jongdae menyodorkan jeruk yang telah ia kupas kepada Miren, anak itu mengangguk, lantas memakan jeruk dari suapan Jongdae.

Taeyeon yang baru kembali dari urusan administrasi menghampiri Jongdae yang duduk di tepi ranjang. Tangan Taeyeon membelai lembut kepala Miren.

"Kau baik-baik saja?" tanya Taeyeon dengan lembut.

"Iya Eomma, aku baik. Maaf telah membuatmu khawatir." Miren menunduk, ia tahu Taeyeon pasti sangat cemas.

Jongdae memegang tangan Taeyeon yang bebas, mereka berpandangan sesaat. Taeyeon tersenyum, tatapan Jongdae entah kenapa selalu berhasil membuatnya tenang.

 Taeyeon tersenyum, tatapan Jongdae entah kenapa selalu berhasil membuatnya tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan Taeyeon beralih ke Miren lagi. Ia harus berbicara tegas dengan Miren.

"Miren-i, bisakah kau menuruti kata-kata Eomma?"

"Tentu saja! Miren akan menuruti apa yang Eomma minta."

"Jangan pernah menemui Baekhyun Ahjussi lagi," ujar Taeyeon dengan suara sedikit bergetar. Jongdae menatap Taeyeon tak percaya, wanita itu ingin memisahkan Miren dari Baekhyun lagi?.

"Tapi Eomma, Baekhyun Ahjussi orang baik. Keluarganya juga baik, aku lupa mengatakan alergiku, jadi pasti mereka tidak sengaja membuatku sakit."

"Tidak Miren, menurutlah dengan Eomma." Miren menggeleng dengan ekspresi sedih, ia baru saja mendapat halmoni baru.

"Tapi Eomma, bukankah Baekhyun Ahjussi teman Eomma? Dia orang baik, Eomma"

"Miren, kenapa..." kata-kata Taeyeon terhenti ketika Jongdae yang tengah membelakangi Miren menggenggam pergelangan tangannya. Taeyeon menatap Jongdae yang hidungnya tengah mengeluarkan darah, ia mimisan.

"Gwenchana?" tanya Taeyeon khawatir. Jongdae mengangguk, ia bangkit perlahan menuju kamar mandi. Ia berjalan dengan tetap membelakangi Miren, takut gadis itu ikut khawatir.

Di kamar mandi, Jongdae segera membasuh area hidungnya dengan air. Ia lalu menggunakan tisu untuk membersihkan bekas kemerahan. Beberapa waktu ia di kamar mandi, memastikan darahnya tidak keluar lagi.

Jongdae berdiri di depan kaca, ia mengamati refleksinya. Wajahnya terlihat sedikit pucat dari biasanya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Taeyeon sambil masuk ke kamar mandi, ia tahu pintunya tidak dikunci.

Taeyeon terdiam dia belakang Jongdae. Ia membiarkan mata mereka saling bertatapan di bayangan. Taeyeon tersenyum, tangan kirinya meraih bahu Jongdae.

"Kenapa kau tidak meminum obatmu?" Jongdae membalik badannya, membuat matanya dan Taeyeon saling bertemu.

"Apa kau lupa apa yang pernah kukatakan? Taeyeon, dirimu adalah obat terbaik untukku."

"Minum obatmu, aku tidak mau terjadi sesuatu padamu."

Jongdae tersenyum, kemudian meraih pipi Taeyeon dengan tangannya.

"Aku akan baik-baik saja."

****
Rumah besar keluarga Byun lengang. Baekhyun menunduk dalam di sofa ruang tamu. Sedangkan kedua orang tuanya tengah menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat dijelaskan. Tentu saja mereka senang mengetahui kenyataan bahwa mereka memiliki cucu, namun mereka sama sekali tidak menyangka kehadiran cucu mereka akan ada dengan cara seperti ini.

"Kenapa kau tidak memberi tahu kita lebih awal?" Tanya Tuan Byun memecah keheningan setelah Baekhyun menceritakan tentang Taeyeon dan Miren.

Baekhyun tetap diam, dia tidak ingin membuat semuanya menjadi lebih runyam.

"Apa dia wanita yang makan sushi bersama kita?"

Baekhyun mengingat-ingat sejenak, lantas mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Nyonya Byun. Nyonya Byun mendesah kecewa. Bisa-bisanya Ba khyun bersikap seolah tidak terjadi apa pun waktu itu.

"Emma, Appa, mianhae." Tuan Byun sekarang hanya terdiam sambil menatap Baekhyun intens. Memarahi putra semata wayangnya itu hanya akan percuma. Sekarang yang harus dia lakukan adalah berusaha bagaimana caranya agar Miren bisa bersama mereka, bagaimana pun Miren terikat darah dengan mereka, bukan?.

****
Taeyeon membereskan berkas di mejanya dengan tatapan kosong. Hari ia benar-benar terpaksa rapat bersama Baekhyun di sebuah rumah makan bergaya oriental. Untunglah Krystal bisa menjaga Miren, sehingga ia tak perlu terus merepotkan Jongdae.

"Bagaimana kabar putrimu?" tanya seorang kolega yang sedikit agak tua.

"Hah?" Taeyeon sedikit terkejut.

"Aku d ntar dari sekertarismu, putrimu sedang dirawat di rumah sakit. Apa dia sudah lebih baik?"

Baekhyun secara otomatis menoleh ke Taeyeon, menunggu jawaban. Ia tak cukup berani untuk bertanya langsung pada Baekhyun, Taeyeon pasti masih sangat marah padanya, meski pun ia sangat penasaran dengan kondisi Miren.

"Ah, iya. Kondisinya telah membaik, dokter bilang lusa dia bisa pulang."

"Syukurlah," ujar Baekhyun sambil tersenyum. Ia reflek, lupa jika dia sedang bersama kolega lain selain Taeyeon.

"Ah, aku pernah bertemu dengan putri Taeyeon, aku bersyukur jika dia telah sehat." Baekhyun mencari alasan agar orang-orang yang sedang menatapnya tidak curiga.

Taeyeon sendiri tidak ingin peduli pada Baekhyun. Tangannya dengan cepat meraih map terakhir miliknya, lantas berpamitan sang bergegas meninggalkan rumah makan, ia benar-benar muak melihat Baekhyun. Orang itu yang hampir membunuh anaknya, dan sekarang dia bersyukur karena Miren sehat?.

****
Sudah sebulan sejak Miren keluar dari rumah sakit. Ia sangat sehat sekarang. Miren merindukan Baekhyun, Baekhyun ahjussi. Namun karena Taeyeon, gadis kecil itu tidak bertanya apa pun perihal ketidakmungkinan Baekhyun selama sebulan.

Taeyeon sekarang lega kerjasamanya dengan Baekhyun telah selesai. Ia tidak perlu lagi bertemu dengan Baekhyun saat rapat. Hanya saja ia sedikit sibuk dengan Jongdae. Lelaki itu malah memaksa Taeyeon agar bertemu dengan Baekhyun ketika Taeyeon sendiri sangat muak melihat pria itu.

"Kau tidak bisa terus melakukan ini." Jongdae memeluk pinggang Taeyeon yang tengah berada di ayunan.

"Melakukan apa?" Taeyeon pura-pura tak paham, meski pun ia tahu Jongdae akan membahasa Baekhyun lagi dan lagi.

"Miren sangat merindukan Baekhyun, kau tahu itu, bukan?"

"Ayolah, berhenti membahas Baekhyun. Miren punya aku dan dirimu sekarang. Bagi Miren, Baekhyun hanya sekadar Ahjussi teman eommanya."

Jongdae tersenyum melihat wajah cemberut Taeyeon.

"Kau lupa bahwa darah lebih kental dari air?"

Taeyeon berdiri dari ayunan, melangkah cepat masuk ke dalam rumah. Jongdae, ia sangat mencintai Jongdae. Tapi dia selalu saja membahas tentang Baekhyun, membuat Taeyeon jengah.

"Taeyeon, dengarkan aku dulu." Taeyeon pura-pura tidak mendengar suara Jongdae, ia terus melangkah.

"Taeyeon, argh." Taeyeon berhenti melangkah. Ia menoleh ke Jongdae dan terkejut melihat pria itu telah jatuh terduduk.

"Jongdae!" Taeyeon berlari menghampiri Jongdae, tidak, Jongdae harus baik-baik saja.

HUHUU MAAF BANGEEET BARU UP. KARENA AKU SIBUK DI RL. Maaf ya. Adakah yang nunggu aku up?

Baek: Taeyeon Needed!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang