Baekhyun melangkahkan kakinya menjauh dari kamar Taeyeon. Tidak ada hal yang membuatnya harus berada di rumah sakit. Bagi Baekhyun sekarang, pekerjaannya lebih penting dari kondisi Taeyeon.
Seseorang yang terlihat tergesa-gesa membuat Baekhyun memperlambat langkahnya di koridor rumah sakit. Baekhyun rasanya familiar dengan pria berkemeja itu. Ah iya! Pria itu adalah pria di wallpaper ponsel Taeyeon, Baekhyun ingat akan kulitnya yang sedikit tan.
"Apa itu oppa Taeyeon? Syukurlah, aku tak perlu merasa bersalah untuk meninggalkannya," ujar Baekhyun dalam lirih, lantas mempercepat langkah kakinya.
****
"Apa maumu Baekhyun? Kau telah melepaskan bayi ini. Tidak seharusnya kau melakukan ini padaku. Kau tidak perlu membelikanku sepatu ini. Aku harus bisa baik-baik saja merawat bayi ini sendiri, tapi kenapa kau terus membuatku bergantung padamu?" Taeyeon mengeluh dalam hati. Apa yang Baekhyun lakukan itu salah. Sekarang Taeyeon mulai takut Baekhyun akan mengambil anaknya nanti. Ah tidak! Lagipula Taeyeon memiliki surat itu, surat pelepasan hak orang tua dengan tanda tangan Baekhyun di atasnya."Taeyeon!" Suara seorang pria begitu pintu kamarnya dibuka membuat Taeyeon menoleh.
"Oppa!" Mata Taeyeon berbinar. Ia benar-benar melihat oppanya di sini. Ia pikir Kai tidak akan peduli padanya.
"Gwenchana?" tanya Kai begitu tubuh mungil Taeyeon mendarat di dada bidangnya. Taeyeon mengangguk, sangat senang mendengar suara oppanya.
Kai memandangi adik satu-satunya itu. Wajahnya pucat, tubuhnya sedikit berisi namun tampak lemah, belum lagi infus di tangannya membuat hati Kai serasa teriris. Bagaimana pun Kai sangat menyayangi perempuan ini. Bohong kalau Kai membenci Taeyeon karena dia hamil. Kai hanya marah, pada dirinya sendiri yang tidak dapat menjaga Taeyeon.
"Kau di sini sendiri?"
"Ne, memangnya kenapa?"
"Tadi aku ke sini karena mendapat telepon dari ponselmu, dan itu seorang pria. Aku pikir dia di sini bersamamu."
Taeyeon terdiam, itu pasti Baekhyun.
"Apa dia orangnya?" pertanyaan Kai membuat Taeyeon mendongak. "apa itu ayah dari bayimu?" lanjut Kai.
Taeyeon menggeleng.
"Dia atasanku. Lagipula bayi ini tidak punya ayah."
"Mwo!?" Kai membelalakkan matanya.
"Dia meninggal?"
"Aniya! Kami telah berbicara dan kami pikir ini jalan yang terbaik. Laki-laki itu tidak memiliki hubungan apa pun dengan bayiku sekarang."
"Kau serius? Apa yang kau lakukan? Bukannya meminta dia menikahimu aku malah membiarkan dia lari dari tanggung jawab? Apa kau pikir kau bisa membesarkan anakmu sendirian?!" Kai benar-benar kesal sekarang, sebenarnya apa yang dipikirkan Taeyeon?.
"Oppa, aku serius. Ini yang terbaik, dan aku akan membesarkan anak ini semampuku. Bahkan jika Oppa.."
Kai memicingkan matanya.
"jika Oppa benar-benar tidak menganggapku adik lagi, aku rasa aku akan tetap kuat bersama bayi ini."
Kai mengelus rambut Taeyeon pelan, lantas tersenyum.
"Mianhae. Oppa tidak akan meninggalkanmu. Ini memang bukan sesuatu yang benar, tapi aku tidak mungkin membenci keponakanku sendiri."
Taeyeon tersenyum, setidaknya dia dapat memastikan ada orang yang selalu ada di sampingnya sekarang.
****
Setelah kejadian yang membuat Taeyeon hampir kehilangan bayinya, ia memilih untuk berhenti bekerja. Teman-temannya seperti Jennie pun maklum karena yang mereka tahu Taeyeon pingsan karena anemia."Maaf."
Taeyeon menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengemasi dokumen. Ia menoleh, lantas sedikit menaikkan alis ketika menemukan Joy di pintu ruangannya.
"Maaf atas penderitaan yang kau rasakan karena Baekhyun." Joy masuk ke ruangan Taeyeon, lantas membantu memasukkan kertas-kertas ke kardus di atas meja.
"Kau tidak perlu meminta maaf. Lagipula aku akan baik-baik saja sekarang."
"Taeyeon, menjadi ibu tunggal tidak pernah benar-benar baik-baik saja." Joy menatap Taeyeon serius, sementara yang ditatap malah tertawa pelan.
"Benarkah? Tapi sepertinya aku akan baik-baik saja selama aku bersama anak ini," ujar Taeyeon sambil mengelus perutnya.
"Terserahlah, yang jelas aku telah meminta maaf padamu. Ah iya, uang pesangonmu telah masuk ke rekening. Yah, walau pun uang itu tidak berarti apa-apa buatmu."
Taeyeon menutup kotak di atas meja, ia telah selesai berkemas.
"Terima kasih," ucap Taeyeon sebelum meninggalkan ruangannya. Joy duduk di meja Taeyeon, lantas menatap kepergian Taeyeon dengan tatapan kasihan sekaligus rasa bersalah.
***
Taeyeon langsung menuju ke basement. Ia telah berpamitan pada teman-teman yang baru berkenalan dengannya sebentar."Taeyeon-ah!"
Panggilan Baekhyun membuat Taeyeon yang hendak membuka pintu mobil berbalik.
Baekhyun menghampiri Taeyeon dengan langkah cepat.
"Ada apa?" Taeyeon sedikit gugup, ia sama sekali tidak menyangka akan kedatangan Baekhyun.
"Apa yang akan kau lakukan setelah keluar dari sini?"
"Hah?" Taeyeon mendongakkan kepalanya.
"Apa kau akan mengurus perusahaanmu lagi?"
Taeyeon menggeleng.
"Aku hanya akan istirahat. Aku benar-benar tidak mau mengambil risiko," ucap Taeyeon sambil mengelus perutnya, membuat mata Baekhyun tidak sengaja menatap perut Taeyeon yang sudah tidak terlalu rata.
Baekhyun menatap Taeyeon, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia hanya ingin melihat Taeyeon sebelum dia pergi. Sebenarnya di dalam hati yang tidak ingin Baekhyun akui, ada rasa khawatir, mengingat Taeyeon baru saja keluar dari rumah sakit.
"Hati-hati." Hanya itu yang Baekhyun ucapkan. Taeyeon mengangguk, lantas masuk ke dalam mobil. Baekhyun sendiri hanya diam mematung sambil melihat mobil Taeyeon yang melaju pelan.
****
Baekhyun's POVSudah hampir dua bulan sejak Taeyeon memutuskan keluar dari kantor. Aku melihat kalender, itu berarti kandungan Taeyeon berusia 4 sampai lima bulan. Ah! Lagi-lagi pikiran itu. Sebulan ini, aku terus dibayangi pikiran tentang bayi itu, bayi yang bahkan belum aku ketahui bentuknya. Tadi malam aku iseng mencari di internet dan harusnya bayi itu berukuran sebesar buah pisang, ah, apa bayi itu berukuran terlalu kecil lagi?.
Aku menyadarkan diriku. Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Ini mungkin hanya perasaan karena rasa bersalah. Aku harus berhenti memikirkan bayi itu, lagipula aku sudah resmi bukan ayahnya lagi.
"Baekhyun, kau sudah siap?" Eomma muncul di pintu kamarku. Aku mengangguk, hari ini aku akan mengantar Eomma bebelanja di supermarket. Hanya demi Eomma, hanya demi dia aku mau menyingkirkan pekerjaanku.
***
Aku sedang iseng melihat bungkus sabun saat Eomma sepertinya tak sengaja menabrak orang di sampingnya."Ah, mianhae," ujar Eomma pada orang itu, aku sendiri masih melihat tulisan komposisi sabun.
"Gwenchana." Aku menoleh. Suara itu membuatku reflek menoleh. Taeyeon! Aku mengamati wanita di depan Eomma. Rambutnya diikat separuh, tangannya memgang troli yang berisi kebutuhan rumah tangga, dan perutnya terlihat lebih besar dari terakhir kita bertemu. Siapa pun yang bertemu Taeyeon pasti tahu bahwa dirinya sedang hamil.
"Sepertinya aku pernah melihatku," ujar Eomma. Taeyeon yang gugup karena melihatku hanya bisa terdiam.
"Bukankah kau yang pernah marah di rumahku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baek: Taeyeon Needed!
FanficBaekhyun dan Taeyeon. Tidak ada ikatan, tidak ada rasa. Tapi satu malam singkat merubah keduanya. Baekhyun dan Taeyeon sama-sama belajar menjadi dewasa setelah malam itu. Apalagi Taeyeon, yang hidup dengan kesedihan sekaligus kebahagiaan karena Baek...