E31 (Berani)

1.6K 183 16
                                    


"Ada apa?" tanya Baekhyun pada Taeyeon yang sedikit bengong. Taeyeon menoleh, lalu menggeleng.

Siang ini mereka sedang berjalan-jalan di mall. TAdinya bersama Kai, Krystall, dan Daniel, tapi mereka pulang ebih dulu. Kini tinggal Baekhyun, Taeyeon, dan Miren yang terlelap di dada Baekhyun.

"Jadinya kau ingin makan apa?" Baekhyun menunggu jawaban Taeyeon. Tadi wanita itu meminta mereka mampir makan karena ia belum makan.

"Kita langsung pulang saja. Aku tidak tega membangunkan Miren."

"Tapi hanya kau yang belum makan. Ayolah, aku yang menjaga Miren." Baekhyun mengajak Miren ke salah satu restoran Jepang.

Tak butuh lama hingga ramen pesanan Taeyeon datang. Taeyeon melirik ke Baaekhyun. Laki-laki itu sedang tertawa sambil memainkan rambut Miren di pangkuannya. Sepertinya Miren sangat nyaman di sana.

"Wae? Kau tidak makan?"

"Ah, iya." Taeyeon segera menyantap makanannya. Beberapa kali dia mendengar suara Baekhyun yang tertawa gemas hanya karena melihat Miren tidur. 

Taeyeon jadi ingat beberapa tahun yang lalu. Saat itu Miren baru berusia dua tahun. Dia sedang perjalanan bisnis dan terpaksa makan di restoran sederhana karena badai salju membuatnya terjebak. Miren tantrum waktu itu. Dia terus menangis hingga Taeyeon tidak dapat menyentuh makanannya sedikit pun. Bahkan salah seorang pegawai memintanya pergi karena dianggap mengganggu pengunjung lain. Mungkinsaat itu akan sedikit menyenangkan jika ada yang bisa menjaga Miren seperti yang Baekhyun lakukan sekarang.

"Kau baik-baik saja?"

"Memangnya kenapa?"

"Kau menangis," ucap Baekhyun pelan. Taeyeon buru-buru mengusap pipinya yang ternyata sudah basah.

"Bisakah kita pulang? Aku kenyang,"pinta Taeyeon.

"Kau yakin? Kau bahkan baru makan separuh makananmu.

"Aku yakin, Baek. Aku ingin pulang." Baekhyun menurut, ia berdiri dengan Miren yang sedikit menggeliat di gendongannya.

***

Mobil Baekhyun melaju sedikit pelan. Ia ingin menikmati waktunya bersama Taeyeon sedikit lebih lama. Mungkin Taeyeon akan bercerita kenapa dia menangis tadi.

"Kenapa kau tidak pernah bilang kau di rumh sakit saat Miren lahir?"

Baekhyun mengerutkan keningnya. "Kai yang memberitahumu?" Baekhyun tersenyum. "Aku kira dia sudah lupa."

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku?"

"Untuk apa? Bahkan setelah enam tahun pun kau masih tetap marah padaku. Memangnya akan ada yang berubah jika kau tahu aku ada di sana malam itu?"

"Tentu saja!" Taeyeon segera mengecilkan suara saat erangan Miren yang terusik terdengar. "Jika aku tahu kau ada saat Miren lahir, mungkin aku tidak akan semarah ini. Kau tahu? Aku selalu merasa kasihan setiap melihat Miren. Aku kasihan betapa dia sangat tidak diinginkan oleh appanya sendiri. Jika aku tahu kau di sana, Baekhyun, mungkin aku tidak pernah mengatakan pada Miren bahwa appanya telah meninggal dunia."

Baekhyun mengeratkan pegangannya di setir mobil. Dia tak menjawab kata-kata Taeyeon. Dia membiarkan wanita itu duduk gelisah dengan beberapa kali melirik ke arahnya. Ah, sepertinya mengemudikan mobil sedikit lambat adalah pilihan buruk malam ini.

***

"Appa  mencintaimu." Baekhyun mengecup kening Miren sat gadis itu sudah terlelap. Tadi dia sempat bangun untuk bersih-bersih dan berganti baju. Tak ingin mengganggu putri kecilnya, Baekhyun melangkah pelan keluar kamar.

Saat turun dari tangga, dilihatnya Taeyeon sedang mengatur belanjaan yang tadi mereka beli. Taeyeon hanya meliriknya sekilas, lalu tangannya sibuk menata belanjaan lagi.

"Miren sudah tidur." Baekhyun berusaha basa-basi, yang dijawab Miren dengan anggukan.

"Miren, dia tidak pernah tidak diinginkan oleh appanya," ucap Baekhyun membuat Taeyeon menghentikan kegiatannya.

"Kau lupa? Kau pernah menarikku ke Xiumin untuk menggugurkan kandungan."

"Aku menyesal, Tae. Meski pun kau melarangku untuk menyesal, aku selalu menyesal. Hari itu Xiumin Hyung mengirimiku detak jantung dan foto USG Miren. Aku mendengarkan rekaman itu setiap hari. Aku bahkan masih menyimpan itu sampai sekarang."

Taeyeon terdiam, ia ingat di kamar bayi di rumah Baekhyun ada USG Miren yang dipigura.

"Kau tidak mencari Miren selama bertahun-tahun. Dia bahkan membenci dirimu." 

"Aku tidak ingin mengganggu kalian lagi. Aku cukup banyak melukaimu di  masa lalu, dan aku ingin memperbaikinya, Tae. Dulu kupikir melepaskan kalian adalah yang terbaik. Aku akan segera lupa dan aku bisa membangun keluarga di waktu yang lebih tepat. Tapi aku salah. Aku bahkan tidak bisa menikah sampai sekarang, Taeyon. Karena bayangan kalian masih ada di kepalaku."

Taeyeon tak menjawab, dia hanya berdiri sambil meremas ujung meja.

"Kau tahu, Taeyeon? Aku bahkan akan menyerahkan seluruh duniaku untuk kalian berdua," ucap baekhyun sebelum pamit. 

Taeyeon memandang punggung Baekhyun yang berjalan menjauh.

***

Baekhyun menenggak gelas sojunya. Dia tidak tahu kenapa Taeyeon tiba-tiba menangis dan bertanya seperti tadi. Baekhyun berpikir semua telah baik-baik saja. Miren telah menerimanya sebagai appa. Tap dia lupa, ada sesuatu yang belum ia selesaikan, posisinya. Dia selalu memosisika diri sebagai ayah Miren, sebagai keluarga mereka berdua. Tapi Baekhyun terkadang lupa pada posisinya di hadapan Taeyeon. Dia bukan suaminya, dia hanya ayah dari putrinya-yang bahkan menyeret Taeyeon untuk menggugurkan kandungan.

Baekhyun bangkit dan berjalanmenuju kamar yang ia siapkan untuk Miren. Jika dia mengalami hal buruk Baekhyun pasti datang ke kamar ini. Dia akan duduk lama sambil memandangi foto USG Miren dan mendengarkan detak jantungnya, semua itu akan membuatnya jauh lebih tenang.

Baekhyun baru ingin meraih pigura ketika bel rumahnya berbunyi. Bel itu dibunyikan beberapa kali, dibunyikan dengan tidak sabaran. Untunglah Baekhyun tidak mabuk, jadi dia bisa segera ke depan untuk membukakan pintu.

"Taeyeon." Baekhyun tertegun saat melihat TAeyeon di hadapannya. Dilihat dari cara Taeyeon memarkir mobil, wanita ini pasti terburu-buru. Baekhyun menelan ludah saat melihat Taeyeon menatapnya tajam. Rasanya dia yang minum soju, kenapa Taeyeon yang mabuk?.

Bugh!  Taeyeon memukul lengan Baekhyun. Tidak terlalu keras, tapi cukup membuat Baekhyun terkejut.

"Taeyeon!" Baekhyun mencoba menyadarkan Taeyeon saat wanita itu melanjutkan pukulannya beberapa kali.

"Aku membencimu! Aku benar-benar membencimu!" Taeyeon seperti kesetanan memukuli Baekhyun berulangkali.

"Taeyeon!" Baekhyun akhirnya berhasil menahan bahu Taeyeon. Beberapa waktu yang lalu dia dengan mudah mengalahkan penculik Miren, tapi kenapa sulit sekali menguasai Taeyeon?.

"Katakan, ada apa?"

Taeyeon tak menjawab, dadana naik turun karena nafas yang memburu.

"Kim Tayeoen."

"Ya Byun Baekhyun!" Taeyeon berteriak menyela ucapan Baekhyun. 

"Byun Baekhyun, menikahlah denganku."





Baek: Taeyeon Needed!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang