E10 (dongeng)

2K 236 25
                                    

Orang-orang sering mengatakan apa yang terjadi pada kita adalah sebuah kebetulan. Kebetulan saja kita dipertemukan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diterima hati. Taeyeon ingin sekali menganggap semua ini hanya kebetulan. Kebetulan saja ia dipertemukan dengan Baekhyun,  plus dengan ibunya. Atau ini adalah yang Taeyeon sangkal?  Sebuah takdir.

"Jadi,  namamu Taeyeon?" Taeyeon mengangkat wajahnya,  lantas mengangguk. Setelah pertemuan tadi,  ibu Baekhyun mengajak (read: memaksa)  Taeyeon untuk makan siang bersama Baekhyun. Dan dengan bodohnya,  Taeyeon tidak bisa menolak permintaan ibu Baekhyun untuk makan di restoran shusi. Untunglah Taeyeon tidak terlalu mual jika berhadapan dengan seafood. Ibu Baekhyun memilih tempat duduk lesehan,  agar lebih nyaman katanya.

"Namamu cantik sekali," puji ibu Baekhyun pada Taeyeon.

"Nyonya berlebihan.."

"Ah! Jangan panggil aku begitu,  kau bisa memanggilku Mama Byun"

"Eomma! Kenapa Taeyeon harus memanggilmu seperti itu?" Baekhyun yang tengah mengambil daging tuna sedikit protes.

"Memangnya kenapa? Dia sangat cantik dan baik, ah, andai aku punya anak perempuan seperti Taeyeon."

"Mama Byun terlalu berlebihan. Kita baru berkenalan,  bagaimana kau bisa menganggapku anak yang baik?" Taeyeon menunduk,  lebih tepatnya menghindari mata Baekhyun.

"Eomma,  memangnya kurang memiliki anak sepertiku? Aku tampan,  kaya,  sukses,  apa lagi yang kurang?"

"Perempuan, aku ingin anak perempuan. Atau setidaknya beri aku cucu perempuan. Taeyeon saja telah hamil,  kenapa kau tidak berencana memiliki anak?"

Taeyeon dan Baekhyun sama-sama terdiam. Kalimat Nyonya Byun membuat mereka teringat kembali pada masalah keduanya. Taeyeon sendiri penasaran,  bagaimana reaksi Nyonya Byun jika tahu anak yang dikandungnya adalah anak Baekhyun?.

"Taeyeon-ah, boleh aku bertanya?"

"Tentu saja, aku akan dengan senang hati menjawabnya."

"Waktu itu, kenapa kau datang ke rumah kami dengan kemarahan?  Kau juga melempar uang pada Baekhyun,  apa yang terjadi?"

"Masalah lelang." Baekhyun yang melihat Taeyeon sedikit panik segera menjawab.

"Kami mengambil keputusan yang salah terhadap lelang dan aku telah mengeluarkan banyak uang. Taeyeon marah karena kesalahan itu karena aku tidak mau mendengarkan nasihatmu."

Taeyeon mengangguk, berusaha meyakinkan Nyonya Byun.

"Berapa usia kandunganmu?"

"Dua minggu lagi lima bulan," jawab Taeyeon sambil mengelus perutnya tanpa sadar.

"Apa berat badannya baik-baik saja?" Mata Taeyeon membulat saat mendengar pertanyaan Baekhyun. Baekhyun sendiri tampak gugup,  apalagi kini Nyonya Byun menatapnya curiga.

"Terakhir kali bertemu denganku bukankah kau bilang berat bayimu sedikit kurang?  Dan itu alasanmu meninggalkan kantor, agar fokus merawat kehamilanmu." Taeyeon hanya mengangguk, mengiyakan alasan Baekhyun agar Nyonya Byun tidak curiga.

"Taeyeon,  kau membuat keputusan yang tepat. Sebanyak apa pun uang yang kita dapat, itu tidak akan sebanding dengan kebahagiaan melihat putra kita tumbuh sehat. Untuk bayimu,  makan ini." Sepotong daging telah berpindah ke mangkuk milik Taeyeon.

"Tapi meski pun beratnya normal,  dia memberiku kekhawatiran lain. Harusnya dia sering bergerak, tapi aku merasa gerakannya sedikit lemah dan tidak sesering bayi lain."

"Jangan sedih, jika kau makan dengan baik, anakmu juga akan sering bergerak."

Taeyeon tersenyum,  tapi kemudian sedikit meringis, tapi segera tersenyum kembali.

"Tapi rasanya ia sedikit aktif hari ini, aku dapat merasakan tendangannya sedikit keras dari biasanya."

Lekukan tipis tergurat di bibir Baekhyun,  segera saja pria itu mengambil makanan untuk menutupi senyumannya.

"Lihat kan? Mungkin dia tidak karena bosan. Kau harus sering mengobrol dengan orang lain. Ah,  aku jadi teringat saat aku mengandung Baekhyun. Saat awal dia bergerak,  ayahnya ada di luar kota dan dia menendang dengan lemah,  namun begitu ayahnya pulang, ia sangat aktif." Nyonya Byun tertawa,  Taeyeon juga ikut tertawa,  sedangkan Baekhyun tampaknya tak terlalu tertarik.

"Apa kau sering mengobrol dengannya? Suruhlah ayahnya untuk membacakan dongeng sejak dia masih dalam kandungan. Aku dengar itu bisa membuat anakmu terlahir cerdas."

Taeyeon menunjukkan wajah datar,  matanya melirik Baekhyun untuk sepersekian detik.

"Nyo, ah, maksudku Mama Byun. Aku harus pergi sekarang. Maaf tidak bisa menemanimu makan hingga selesai." Taeyeon bangkit dari duduknya dengan sedikit kesusahan.

"Baiklah,  hati-hati di jalan dan makanlah dengan baik,  bayimu perlu banyak nutrisi." Nyonya Byun ikut bangkit,  lantas memeluk Taeyeon. Ini pertrmuan pertama mereka,  tapi nyonya Byun merasa telah menyayangi Taeyeon.

"Aku... Akan mengantarmu ke luar," ujar Baekhyun.

Baekhyun dan Taeyeon berjalan bersama keluar raestoran. Baekhyun dari tadi tidak bisa berhenti melihat perut Taeyeon yang muncul dengan malu-malu.

"Kau tahu kisah anak kelinci yang nakal? "

"Hah?" Taeyeon menatap Baekhyun penuh tanda tanya.

"Anak kelinci itu benar-benar nakal. Bahkan tetangga-tetangganya membenci anak kelinci itu. Anak kelinci itu juga suka kabur, ia berpikir orang tuanya mulai membencinya juga. Tapi tanpa anak kelinci itu tahu,  ayah dan ibunya selalu mengikutinya kemana pun. Mereka diam-diam menyamar agar dapat memastikan anak kelinci itu tidak kesulitan. Anak kelinci itu akhirnya tahu, dan dia berpikir,  bagaimana orang tuanya bisa sesabar itu menghadapi dia? Tapi,  begitulah orang tua,  mereka sedikit pun tidak ingin anaknya terluka. Dan aku yakin,  kamu adalah orang tua seperti itu." Baekhyun dan Taeyeon telah sampai di tempat parkir.

"Aku tidak tahu apa yang coba kau bicarakan. Tapi terima kasih atas pujiannya." Taeyeon menatap Baekhyun dengan pandangan kosong. Tanpa mengucapkan kalimat lain,  Taeyeon berjalan menuju mobil.

Baekhyun menatap mobil Taeyeon yang menjauh dari parkiran. Mereka sepakat untuk tidak bertemu lagi. Tapi jika takdir memutuskan pertemuan mereka, Baekhyun tidak keberatan,  toh iya 'hanya' mantan atasan Taeyeon.

"Aegiya... Ini mungkin adalah pertama dan terakhir kalinya aku mendongeng untukmu. Tapi ibumu adalah orang yang baik,  lahirlah jadi anak yang cerdas." Baekhyun bergumam tanpa sadar. Namun ia segera menarik nafas dalam,  ia sepertinya mabuk ikan tuna.

                        ****
"Kau benar-benar menendang lebih keras hari ini." Tangan kiri Taeyeon mengelus perutnya,  sementara tangan kanan memgang kemudi.

"Kenapa? Apa kau mengenal dia? Dia tampan kan? Kau tahu? Dia adalah pejerja keras,  dia berbakat,  dan dia hebat. Tapi sayangnya dia bukan ayahmu. Aegi.. Hiduplah bersama Eomma,  ayahmu telah meninggal."

Bulir-bulir air mata mengalir di pipi Taeyeon. Wanita itu benar-benar membenci semua hal tentang Baekhyun sekarang. Ia telah dibuang,  lalu kenapa takdir harus menyelaraskan namanya dengan Baekhyun?  Ini tidak adil.
             
                          ****
Hai!  Maaf ya pendek. Oh iya,  giveawaynya batal ya karena pesertanya sedikit 🌹
Jadi yang udah ngelaksanain rules,  sorry 🙏🙏🙏🙏🙏

Baek: Taeyeon Needed!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang