📒 11 📒

1.1K 101 14
                                    

Ternyata benar, sesudah hujan kadang memang muncul pelangi.

•••

 "Rani?"

Rani berbalik ke arah sumber suara. Seorang lelaki berjalan mendekatinya. Ia tersenyum menatap Alvin berjalan ke arahnya.

"Nanti malam pesta ulang tahun aku." Alvin menjeda sejenak ucapannya, membuat Rani seketika menatapnya penuh rasa bersalah karena tidak tahu kalau ini adalah hari ulang tahun Alvin.

"Maaf, Kak. Aku ... nggak tahu."

"Nggak apa-apa, yang penting kamu datang aja, ya." Alvin tersenyum lembut.

Rani menganggukkan pelan kepalanya, kemudian melihat ke arah Alvin yang berjalan menjauh, ia melompat menaiki panggung tadi, mengecek setiap permainan musik yang dimainkan oleh orang-orang di sana.

"Oh iya, Ran! Tema dress-nya Prince and Princess!"teriak Alvin dari atas panggung, beberapa orang terlihat menghentikan permainannya, tersenyum-senyum menatap Rani dan Alvin.

"Iya, Kak." Rani membalasnya dengan ucapan pelan.

"Kamu pakai dress biru, ya? Biar kita serasi." Lagi-lagi lelaki itu memancing sorakan riuh dari semua orang yang ada di aula.

Rani tersenyum manis melihatnya. Dalam hati, ia memang mengagumi lelaki ini. Ia terlihat disukai oleh banyak orang. Kecuali Rani, sepertinya. Bahkan ia sangat berharap kalau cintanya justru jatuh pada Alvin. Tapi nyatanya tidak semudah itu untuk mengaturnya.

📒📒📒

Rani terlihat duduk di depan sebuah meja rias di rumah Alya. Ia meminta pada perempuan itu untuk memberikan make up pada wajahnya yang sebenarnya sudah cantik alami. Rani tidak tahu sama sekali tentang alat make up. Ia pernah mencoba memakai milik ibunya, alhasil membuat wajahnya terlihat mengerikan.

Alya terlihat memoles blush on di pipi Rani. "Lo udah bener-bener yakin sama Kak Alvin?"

"Emang gue keliatan nggak yakin ya, Al?" Aura wajah perempuan itu seketika meredup. Alya beralih tersenyum lembut menatap Rani tepat di depan perempuan itu, yang sedang terpejam merasakan eyeshadow dipoles di atas kelopak matanya.

"Nggak kok, lo keliatan yakin banget malahan."

Rani mengembuskan napas pelan, sedikit lega mendengar hal itu dari bibir sahabatnya sendiri. Sekarang Alya terlihat sibuk dengan alis Rani.

Hening beberapa detik, Rani tersenyum memperhatikan wajahnya di depan cermin itu.

"Akting lo," ucap Alya tiba-tiba. Ia beralih menatap Rani lewat cermin rias di depannya. "Yang bagus itu ... akting lo."

Rani seketika berbalik menatap Alya. Melemparkan pandangan heran.

"Tapi ... baru kali ini sih lo niat banget pengen di-make up."Alya terlihat berpikir. Membuat Rani ikut mengulum senyum memikirkan alasannya.

"Mungkin ... karena gue mulai suka sama Kak Alvin." Rani tersenyum manis ke arah cermin itu. Kali ini senyumnya terlihat tulus, membuat Alya terdiam beberapa detik memikirkannya, apakah Rani memang sedang tersenyum? Atau karena aktingnya yang semakin bagus?

"Gue ... cuma mau berusaha bikin dia seneng punya pacar kayak gue," ucap Rani, dengan wajah polosnya. Kali ini membuat Alya benar-benar yakin bahwa perempuan ini mulai menjatuhkan cintanya pada Alvin.

"Bagus deh, haha! Ciee." Alya tertawa senang.

📒📒📒

Sebuah rumah mewah bak istana dalam dongeng-dongeng Disney terlihat dipenuhi oleh orang-orang. Semua pasti sudah tidak heran kalau Alvin memiliki rumah semewah ini, karena ia memang pemegang saham besar di kampus yang ditempati oleh orang-orang yang ada di sana sekarang.

120 Lembar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang