📒 16 📒

1K 95 4
                                    

Kupikir awalnya ini hanya kepingan dari mimpi burukku. Tapi ternyata aku salah, ini nyata.

•••

Januari 2016

Rani terlihat memasuki area rumah sakit kampus, berjalan biasa di sana. Berusaha menjaga image-nya. Membalas senyum saat ada orang yang tidak sengaja menatapnya, berusaha terlihat seramah mungkin.

Di sana terlihat ramai, bukan hanya pasien, para suster dan dokter terlihat sibuk berbolak-balik. Mereka terlihat sangat gesit. Rani mengangguk paham, mungkin itulah sebabnya Karel akan meninggalkannya tiba-tiba bila ada panggilan dari rumah sakit.

Rani berjalan asal menyusuri koridor rumah sakit, hingga pandangannya mendapati seseorang dengan jas putih lab, berada di dalam sebuah ruangan dengan kaca transparan yang jelas dari luar. Lelaki itu sedang fokus dengan pipet dan gelas ukur di bawahnya, ia terlihat memindahkan sebuah cairan.

Rani tersenyum senang melihat lelaki itu. Tanpa merasa bersalah sedikitpun, perempuan itu membuka pintu ruangan tersebut dengan sangat keras, berniat mengagetkan orang yang ada di dalam sana.

Sesaat kemudian, Rani hanya menganga akibat kagum. Karel bahkan tidak tersentak sedikitpun. Betapa fokusnya lelaki itu. Ia tidak mudah goyah dengan ketetapannya sendiri.

Rani berjalan mendekat, duduk di kursi dekat lelaki itu. Kebetulan mereka hanya berdua di ruangan ini. Rani menopang wajahnya dengan kedua tangannya, memperhatikan wajah serius Karel yang entah kenapa sama sekali tidak membuatnya bosan.

"Kamu nggak ke kantin?" tanya Karel, ia melirik sejenak ke arah Rani, tapi tangannya masih terlihat berhati-hati menjatuhkan cairan itu. Ia pasti tahu, ini jadwal Rani makan di kantin, dan ia selalu bersama Alya.

"Aku nggak suka makan sendiri. Alya masih ada kelas," jelas Rani.

"Kamu harus cari teman lain, sebelum kelaperan," tegas Karel.

Rani terlihat merengek pelan. "Aku mau makan sama kam—"

Karel berdecak, membuat Rani seketika diam. Ia menatap malas ke arah cairan-cairan itu, yang nyatanya lebih membuat Karel fokus, dan mengabaikan Rani yang ada di sampingnya.

Hingga tidak sengaja, tangan Rani menyenggol sesuatu di belakangnya.

Prang!

Seketika mereka berdua terkejut dan menatap ke arah sumber suara. Rani tidak sengaja menyenggol sebuah botol kecil cairan di sana, dan akhirnya terjatuh dan tumpah sedikit. Ia terlihat panik. "Yaampun ini gimana?! Ini gimana?!"

Rani terlihat sangat panik, ia mengambil berlembar-lembar tisu dari tasnya, hingga terlihat sangat tebal. Tapi ia terlihat bingung, bagaimana cara mengambilnya, ia takut kalau saja itu cairan berbahaya.

Kegelisahan Rani justru membuat Karel tersenyum miring, sepertinya ada sebuah ide dalam kepalanya.

"AWAS, RAN!" Teriak Karel tiba-tiba.

"HAH? APA? KENAPA?!" Rani terlihat semakin panik dibuatnya.

"AWAS! ITU TUH CAIRANNYA KALO KENA KULIT BISA BIKIN TERBAKAR!!"

"TERUS GIMANA, KAK?!" Rani yang cengeng itu, refleks sudah menjatuhkan beberapa tetes air matanya. Rani berniat menyiram cairan itu dengan air, ia mengambil botol minuman dari tasnya.

"JANGAN! ITU KALO KENA AIR BAKAL MELEDAK!"

Rani terlihat semakin panik.

"TERUS HARUS GIMAN-"

120 Lembar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang