📒 23 📒

830 79 3
                                    

Kupikir ilusi. Ternyata itu memang kamu. Seseorang yang pernah kutitipkan rasa.

•••

Lima bulan kemudian

Terlihat sebuah gedung opera megah yang didesain berbentuk mirip cangkang dan dilapisi keramik putih Swedia, membuat pantulan sinar mentari dari fajar hingga senja menghasilkan nuansa artistik yang sangat jelas. Wajar, gedung opera ini dimasukkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Sydney Opera House, Australia.

Rani tersenyum senang di sana. Pandangan matanya mengedar ke berbagai arah, memperhatikan setiap detail gedung megah di depannya, yang pasti untuk penggemar hal-hal berbau seni seperti dirinya, sangat senang berada di sini.

Liburan semester kali ini, Alvin mengajak Rani ke gedung megah yang merupakan sebuah pencapaian arsitektur yang diabadikan sebagai ekspresi terhadap estetika dan seni, di Sydney, Australia.

Pandangan Rani beralih perlahan ke seseorang yang terlihat akrab berbicara dengan orang lain. Senyum lelaki itu selalu terukir di wajahnya. Ia selalu terlihat asyik berbicara dengan siapa pun. Seketika membuat Rani sadar, betapa beruntungnya ia bertemu lelaki ini.

Mereka terlihat berjalan berdampingan. Menikmati pemandangan indah di sekelilingnya. Kebetulan pula sekarang sedang acara, semacam lomba yang membuat di sana terlihat sangat ramai, di luar gedungnya terlihat lebih mirip pameran seni dan beberapa kreativitas lain yang tergambar jelas estetika seni di dalamnya.

Rani tersenyum samar, ia jadi teringat saat-saat lombanya beberapa bulan lalu. Euforia kebahagiaan terlihat jelas dari beberapa orang yang juga mengikuti acara tersebut.

Alvin menggenggam erat tangan Rani, kemudian menariknya pelan menyusuri kerumunan orang banyak.

Rani tertawa senang merespon gerakan Alvin. Baru pula ia sadari, ternyata lelaki ini memiliki kegemaran yang hampir sama dengan Rani.

Sama-sama menyukai dunia seni.

Rani ikut berlari mengikuti langkah kaki seseorang yang menariknya, mereka saling tersenyum mengekspresikan kebahagiaan yang nyatanya tidak pernah mereka sadari sebelumnya.

Alvin sesekali berbalik ke arah Rani di belakangnya, memberikan senyum manisnya. Gingsul lelaki itu terlihat jelas di dekat gigi taringnya. Membuat Rani terdiam sejenak.

Dia ... manis.

Rani mengulum senyum melihatnya. Kenapa pula ia tidak pernah menyadari ini sebelumnya. Ternyata ini yang merupakan perasaan cinta yang sebenarnya.

Langkah mereka terhenti tepat di depan sebuah flower crown yang tersusun rapi di sana. Tapi ini terlihat beda. Pembuatnya mengumpulkan berbagai macam bunga dengan gabungan warna yang terlihat sangat indah.

Alvin memakaikannya di kepala Rani, membuat perempuan itu terlihat semakin cantik lagi. Warna bunga-bunganya terlihat sesuai dengan warna kulit cerah Rani.

Rani mengulum senyum, membuat Alvin tertegun beberapa detik melihat perempuan itu. "Ran?"

"Hm?"

Pandangan Alvin masih terpaku ke arah Rani. Entah kenapa perempuan itu memang memiliki magnet tersendiri untuk orang-orang. Bahkan tanpa lapisan make up berlebihan seperti perempuan-perempuan lainnya.

"Aku mau kasih tau dua hal sama kamu."

Rani menatap heran ke arah seorang lelaki di depannya, dengan senyum yang tak kalah manis. "Apa?"

120 Lembar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang