📒 15 📒

1K 100 15
                                    

Tidak ada satu pun ketakutan dalam hal kehilangan, yang melebihi rasa takutku akan kehilangandirimu.

•••

31 Desember 2015

Rani meloncat girang melihat pernak-pernik tahun baru di sekelilingnya. Beberapa jenis terompet, kembang api dan berbagai macam hiasan lainnya. Ia berhenti sejenak, pandangannya menatap bebas dari ujung ke ujung tempat yang terlihat sangat ramai ini.

Melihat langkah Karel yang semakin menjauh dari pandangannya, perempuan itu berusaha mengejarnya. Hingga sampai beberapa langkah di belakang lelaki itu, Rani memelankan jalannya, ia tersenyum seraya menunduk, masih tidak percaya bahwa dirinya bisa menjadi salah satu orang penting dalam hidup lelaki itu.

Tangan kanan Rani tergerak pelan, ingin bergenggaman tangan dengan pacarnya. Perempuan itu tetap berusaha meraih tangan Karel, sekalipun lelaki itu juga berkali-kali menarik tangan kirinya, tidak ingin digenggam.

Rani mengerucutkan bibirnya, merasa kesal. "Yaudah, aku jalan sendiri."

Baru saja perempuan itu ingin beralih ke arah lain, dan meninggalkan Karel. Sebuah genggaman di tangan kiri Rani menghentikan langkahnya. Jelas membuatnya terdiam seketika.

"Aku cuma nggak suka pegangan di tangan kiri," bisik lelaki itu seketika. Kemudian ia menarik perlahan genggaman itu, mengajak Rani berjalan dengan saling bergenggam tangan. Jelas membuat senyum manis semakin bertahan lama terukir di wajah Rani.

Riuhan heboh beberapa orang terdengar ribut, ada yang tertawa, berteriak, bahkan saling kejar dengan teman-temannya. Terlihat di sisi kiri ada seorang ibu-ibu yang tersenyum ramah, memilihkan terompet tahun baru untuk anaknya yang berusia sekitaran lima tahun.

Rani tersenyum lebar, ia mengembuskan napas pelan, merasa kebahagiaan sudah benar-benar merasuki setiap sisi kehidupannya, ikut meracuni setiap detakan jantungnya. Ada rasa senang, yang tidak dapat ia tafsirkan dengan apa pun. Ia berada di titik puncak paling membahagiakan dalam dirinya.

Seorang lelaki terlihat berjalan mendekat ke arah mereka, ia tersenyum simpul melihat sekilas kemesraan antara Rani dan Karel.

Rani melambaikan tangannya dengan semangat, menyadari seseorang yang ia kenal sedang berjalan mendekat ke arahnya.

"Awalnya gue nggak percaya, tapi ... sekarang gue percaya," ucap Alvin, sesaat setelah ia sampai di hadapan Rani dan Karel.

Alvin ingin berbicara menatap ke arah Rani, hanya saja rasanya agak sungkan kalau itu di depan pacarnya. "Kalian udah berapa lama jadian?" Ia memilih memperhatikan seorang penjual yang sibuk merapikan dagangannya.

"Dua bulan lebih." Karel yang menjawabnya. Membuat Alvin mengangguk-angguk pelan.

"Gue ... inget banget dulu-dulu pas kalian belum jadian, Rani tuh udah jelas banget suka sama lo."

Rani meringis pelan mendengar Alvin seolah membuka kartunya di depan Karel. "Nggak usah dikasih tau, Kak." Ia menunduk malu.

Karel hanya terkekeh pelan mendengarnya. Ia tersenyum miring menatap Rani. "Semua orang tau," ketusnya.

Alvin tertawa mendengar ucapan Karel. Membuat Rani segera memalingkan wajah, mencari objek lain yang bisa ia jadikan pelampiasan rasa malu.

"Oh iya," ucap Alvin pelan, kali ini tatapannya mengarah kepada Karel. Ia menepuk pelan bahu lelaki itu. "Jagain Rani semampu lo, karena ...." Alvin beralih menatap perempuan di samping Karel, tersenyum simpul melihat Rani yang masih menunduk-nunduk malu bak seorang anak kecil. "Dia cengeng banget."

Karel terkekeh pelan mendengarnya. "Tanpa lo suruh pun."

📒📒📒

Sebuah bianglala dengan warna serba biru terang terlihat membuat Rani diam beberapa detik melihatnya. Di tengah suasana langit yang terlihat gelap, kerlap-kerlip lampu dari wahana itu membuat Rani sedikit tertegun melihatnya.

Dengan senyum mengembang, Rani menarik Karel menuju wahana itu. Ekspresi lelaki itu awalnya terllihat menolak, tapi lama kelamaan, ia hanya mengikut saja. Setelah Rani memesan tiketnya, akhirnya mereka berhasil menaiki salah satunya. Rani terlihat buru-buru menatap ke arah jendelanya, memperhatikan setiap pemandangan yang dapat ia lihat dari atas sini.

Karel terlihat mengeluarkan buku tentang anatomi dengan ukuran yang cukup kecil, ia terlihat fokus membaca buku itu. Ia mengeluarkan headphone yang sejak tadi ia gantungkan di lehernya. Ia terlihat mendengarkan musik-musik melalui ponselnya di sana.

Rani mengembuskan napas pelan, melihat pacarnya yang bahkan masih asyik membaca buku di saat-saat seperti ini. Perempuan itu hanya bisa berusaha memakluminya, tidak ingin mengganggu ketenangan yang dirasakan Karel saat ini.

Lantunan musik mulai terdengar dari area itu, mungkin itu tanda bahwa sebentar lagi jam dua belas malam. Rani menutup telinganya mendengar suara musik yang cukup keras itu. Berusaha menghalangi musik-musik itu masuk ke dalam gendang telinganya, tapi sepertinya sulit.

Sebuah headphone seketika menutup kedua telinganya. Jelas membuat perempuan itu membulatkan matanya beberapa detik, mendengarkan lagu dari Daniel Bedingfield dengan judul If You're Not The One memenuhi pendengarannya. Karel membalikkan perlahan posisi Rani yang tadinya membelakanginya, jadi menghadap tepat di depannya.

I don't wanna run away but i can't take it i don't understand, if i'm not made for you then why does my heart tell me that i am? Is there any way that i can stay in your arms? Lantunan musik di headphone itu seolah menjadi latar belakang sendiri untuk perasaan Rani saat ini.

"K-Ka ... rel? Kenapa ...?" Rani menatap lelaki itu dengan pandangan mata yang berbinar, memantulkan kerlap-kerlip lampu di area sana.

Tanpa memedulikan pertanyaan Rani, lelaki itu mematikan musik di ponselnya, kemudian mendekatkan wajahnya perlahan ke arah Rani, hingga bibir mereka bersentuhan pelan. Karel memejamkan matanya, menikmati sentuhan lembut yang ia rasakan di bibirnya.

Di tengah sorot lampu yang mengarah ke biang lala yang sedang berada di puncak itu, menampilkan bayangan dua orang yang mulai melepas ciumannya, dan seorang lelaki di sana terlihat menarik perempuannya ke dalam dekapannya.

Suara kembang api mulai terdengar ribut, langit malam mulai berwarna-warni setelahnya. Rani tersenyum senang merasakan semua kebahagiaan ini. Menyadari satu hal, Karel memeluknya tepat di jam dua belas pergantian tahun. Perlahan, kedua tangan Rani tergerak membalas pelukan itu dengan erat, seolah tidak ingin kehilangan orang di depannya.

Sebuah ketenangan, kenyamanan, keamanan. Entah kenapa dapat ia rasakan seutuhnya saat bersama lelaki ini. Dengan berada di samping Karel, Rani selalu mendapatkan semua hal yang ia inginkan, meski pun ia juga tidak tahu kenapa ia bisa mendapatkannya.

📒📒📒

See you on the next chapter 😉

Jangan lupa vote + komen yaa😘😘

Kalau kalian liat kesalahan penulisan atau typo atau apapun ituu, komen langsung yaaa, biar bisa aku perbaikinn🙏

Makasiiihhh❣️

120 Lembar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang