"Kamu kenapa?"
"Aku tak apa, gi."
"Kenapa cemberut seperti itu. Senyumlah."
"Untuk apa?"
"Untuk ku, aku ingin kau bahagia."
-senyum-
"Sepertinya senyum mu tak ikhlas. Ada apa?"
"Aku hanya menyembunyikan sejuta rasa yang ku tanggung melalui senyum ku."
"Kenapa? Ceritalah."
"Tidak, kau tak akan mengerti. Seberapapun akan ku jelaskan padamu kamu pasti tetap meninggalkanku. Jadi buat apa aku jelaskan?" Terdengar isak tangisku.
"Aku hanya ingin tau seberapa pentingnya aku dalam hidupmu."
"Perlukah ku jelaskan? Seberapa pentingnya sosok dirimu di dalam hidupku, gi?"
"Tentu saja."
"Kau sangat penting. Sangat. Aku tak tau cara menjelaskannya. Tapi, apakah kau tak bisa melihat kehidupanku tanpa mu? Kehidupan ku hancur gi. Benar-benar hancur. Aku kehilangan seseorang yang selalu ku harap dapat membuat ku tersenyum. Dan aku kehilangan senyumku gi."
Seiring senja memudar aku mulai menangis. Tak semua rasa yang ku tanggung bisa ku jelaskan. Tidak. Tidak semua. Itu hanya sedikit. Benar-benar sedikit.
"A..a..Aku tak tau. Maaf, seharusnya aku membuatmu bahagia. Maaf, aku membuat mu menangis. Kemarilah, aku ingin merasakan bebanmu."
Dia memelukku.
Aku menangis di pelukannya.
Dia menghapus air mataku."Sudah jangan menangis senyumku. Kamu adalah salah satu alasan kenapa aku selalu tersenyum. Aku tak akan meninggalkan mu. Sekarang tersenyumlah." Dia tersenyum padaku.
"Janji?"
"Iya,aku janji."
Aku tersenyum.
-Sederhana bukan? Kamu bisa membuat seseorang bahagia sebentar hanya karna melihatmu tersenyum-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia
شِعرIni tentang kisah luka masa lalu yang selalu memberi harapan untuk masa depan. Bahwa sekarang harus menunggu ketidakpastian yang memilukan, ditengah ketidaksempurnaan kata kita.