Bab 1

32.5K 1.1K 135
                                    

Happy Reading

***
Aku menatap kagum dengan desain interiornya acara pernikahan kakak ku Mia. Aku sungguh bangga padanya mempunyai pekerjaan yang pas di suatu perusahaan. Bahkan ia dapat menikah dengan teman kuliahnya. Aku cukup kenal dengan kak Azka. Ia sungguh lelaki yang baik, taat agama bahkan setia dengan kak Mia. Bahkan ketika kak Mia lulus dari kuliah, ia langsung menerima kak Mia di perusahaannya. Menempatkannya di tempat yang bagus untuk cepat menaikkan kariernya.

Suasana begitu ramai, bahkan kak Azka sudah ada di depan pak penghulu yang siap menghantarkannya kedalam kehidupan pernikahan bersama kak Mia. Tak lupa ada papa yang tampan dengan beskapnya. Sungguh aku juga memimpikan suatu saat akan menikah dengan orang yang tepat dan juga mencintaiku.
Sebelum kejadian gila itu menimpaku.

Azka mengerutkan dahinya ketika melihat waktu sudah diundur selama dua jam. Bahkan para tamu pun mulai membicarakan dimana wanita mempelai yang akan di nikahkan.

"Om, Mia dimana ya?" ucap Azka

"Om belum tau Azka, mungkin ia sedang di make up"

"Tapi om, ini sudah dua jam. Bahkan pak penghulu pun juga harus ketempat lain" ucap Azka

Om Bhram atau tepatnya papa Mia dan Miranda pun hanya menghela nafas gusar. Ia berpikir kemana sebenarnya Mia.
Aku yang sedari tadi mengamati mimik wajah mereka, semakin kalut dimana sebenarnya kak Mia. Tiba tiba pundaku di tepuk oleh seseorang, ternyata Sinta.

"Ya Tuhan, ada apa Sin?" ucapku lirih

"Mbak, mbak Mira harus ikut sama aku ya" ucap Sinta.

"Loh, kemana Sin? Aku kan harus liat prosesi pernikahan kak Mia" ucapku

"Ikut saja mbak, ini juga perintah dari bude" ucap Sinta.

Aku pun mengerutkan dahi. Perintah bude berarti perintah bunda. Sebenarnya ada apa ini. Kenapa mendadak aku harus bertemu bunda yang notabene berada dikamar rias kak Mia.

"Ayo mbak!" ajak Sinta membuatku tersadar dari lamunanku.

Sesampainya di kamar rias aku di kejutkan dengan kondisi bunda yang menangis tersedu sedu di pundak bulek Sari.

"Bunda" panggilku. Seketika beliau mengangkat kepalanya sambil menatapku sendu. Ya Tuhan, ada apa ini.

"Bun, kenapa menangis?" tanyaku

Bunda tiba saja memelukku erat bahkan bahuku sudah basah karena air mata. Ku lihat sekitar, tidak ada kak Mia. Dimana kak Mia?

"Bun, dimana kak Mia?"

Bunda menatapku. "Dia kabur sayang" ucap bunda. Hal itu membuatku seperti terserang halilintar di siang hari.

"Apa maksud bunda?" ucapku

"Dia pergi, entah kemana sayang" ucap bunda kemudian menangis lagi. Astaga, kenapa kak Mia bisa melakukan hal seperti itu.

"Bun, lalu apa yang harus kita lakukan? Bahkan tamu sudah berkumpul"  ucapku.

"Menikahlah dengan Azka" ucap bunda.

Seluruh tubuhku menegang, kenapa bisa seperti ini. Aku menjadi istri pengganti. Pengganti kakak ku yang kabur. Padahal dalam kamus hidupku, tidak ada pernikahan pengganti. Ya Tuhan, apa maksud dari takdirmu ini.

"Tap...tapi bun, kak Mia..."

"Lupakan Mia! Dia bukan keluarga Alexander lagi!" ucap bunda dengan nada bergetar karena marah dan tangis.

"Bun, tapi kan dia juga putri bunda" ucapku menenangkan bunda.

"Miranda!  Kamu berniat bahagiakan bunda bukan? Maka lakukan permintaan bunda! Menikahlah dengan Azka" ucap bunda tegas.

Aku semakin terkejut dengan keputusan bunda dan ekspresi yang di berikan bunda. Karena selama ini, bunda tidak pernah marah sperti itu.

Bulek Sari mengajak bunda untuk duduk menenangkan diri. Sedangkan aku di bawa maju ke depan meja rias. Ya Tuhan... Rasanya aku ingin menangis dengan takdir ku ini. Tapi aku bisa apa jika bunda sudah berkata seperti itu. Kata kata bunda memang menyakitiku karena aku belum bisa membanggakannya.

"Kak, jangan nangis ya" ucap Sari menenangkanku karena aku sudah menangis ketika akan di rias.

****
Rasanya aku masih tidak menyangka, jika sekarang statusku bukan jomblo lagi tapi istri. Aku masih mengingat, bagaimana ketika tadi kak Azka mengucapkan kalimat sakral itu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Miranda Alexander binti Bhram Alexander dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai. Sah... Sah... Alhamdulillah"

Aku tersenyum miris mengingatnya, tanpa sadar aku sudah menangisi lagi takdir yang menerpaku. Usai acara resepsi, kak Azka bahkan belum kembali ke kamar. Mungkin dia masih ada tamu pikirku. Pada akhirnya kuputuskan untuk mandi kemudian tidur, acara pernikahan ini membuatku lelah. Lelah fisik dan pikiran.

Suara adzan subuh membangunkanku, kulihat tempat tidur sampingku kosong, bahkan sofa pun kosong. Apa mungkin kak Azka tidak kembali ke kamar? Ya Tuhan.. Mungkin ia juga cukup terkejut dengan apa yang terjadi.

Aku pun mandi dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh. Setiap usai sholat aku selalu berdoa agar di berikan petunjuk dimana kakakku berada serta tabahkan hati suami hamba dan juga hamba.

Usai sholat subuh aku membereskan baju. Ketika aku mengambil ponselku yang berada di atas nakas, terdapat kertas yang berisi pesan.

"Aku pergi.. Jangan cari aku... Langsung pulang ke apartementku saja...

-Azka Gostaro-"

Aku pun menghela nafas, mungkin karena kak Azka belum terbiasa denganku. Maka dia pun menjadi seperti ini.
Kuputuskan hari ini untuk pergi ke apartement kak Azka. Kulihat di balik kertas terdapat alamatnya.

Ketika masuk ke apartementnya kulihat ruangannya begitu luas bahkan rapi tidak ada baju yang berserakan.
Aku pun membuka pintu kamar salah satu. Ternyata itu adalah kamar kak Azka, karena terdapat foto foto kak Azka dan kak Mia. Sesaat aku tersenyum melihatnya. Pasangan serasi

Kemudian aku berjalan ke kamar yang tak jauh dari kamar kak Azka. Disana ada kamar tamu. Aku pun tersenyum dan mulai bersemangat untuk menata baju yang sudah bunda persiapkan kemarin di koperku.

Di tempat lain, terdapat Azka yang usai pernikahannya ia menyibukan diri dengan pekerjaannya. Ia begitu marah ketika Mia meninggalkannya begitu saja di acara pernikahan yang sudah di persiapkan sejak tahun lalu. Bahkan ia sudah menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk mencari dimana keberadaanya. Tapi kata mereka nihil. Dimana sebenarnya Mia? Apakah dia lupa bahwa sebelumnya sudah menikah siri dengan Azka?.

Azka sebenarnya tak tega meninggalkan begitu saja Miranda, tapi ia terlanjur sakit hati, bahkan ia akan menyengsarakan hidup Miranda karena wanita itu yang akan menjadi pengganti Mia nantinya.

****

TBC

Aku akan lanjutkan jika sudah banyak yang baca dan respon dengan cara vote dan komen ya..

Second Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang