Karma berjalan seorang diri ditaman yang terbilang cukup ramai. Hari ini dirinya tidak pulang bersama dengan sang nii-nii karna Karma tidak mau Ren-melihat memar-memar yang dibuat oleh Gakushuu. Karma harus menghindari bertemu dengan Ren sampai memarnya menghilang atau bisa dipaatikan Gakushuu akan masuk rumah sakit karna dihajar habis-habisan oleh Ren.
"Hahh." Karma menghela nafas lelah. Ia benar-benar lelah, bukan tubuhnya iya lelah lebih pada hati dan pikirannya.
#dukk
Sebuah bola sepak mengelinding dan mengenai ujung kakinya.
"Nii-chann!! Oper kesini!!" Seru seorang anak yang melambaikan tangan padanya.
"Ha'i!" Karma menendang pelan bola tersebut tepat menuju sang anak. "Nii-chan boleh ikut bermain?" Tanya Karma.
"Tentu Nii-chan!" Sahun anak itu dan teman-temannya yang bermain bola tadi.
"Oke!!!" Karma meletakan tasnya dibawah pohon dan berlari menuju tempat mereka bermain.
Taman yang dilewati oleh Karma memang cukup ramai oleh anak-anak yang bermain karna memiliki lahan yang cukup luas dan pepohonan yang rindang.
Karma bermain dengan riang bersama anak-anak tersebut. Melupakan sejenak pikiran-pikiran yang membuat otak dan tubuhnya lelah. Ia ingin melupakan semua untuk sedetik saja, walau sedetik ia ingin pikiran dan hatinya beristirahat, ia ingin melepas semuanya saat ini. Melepas semua rasa sakitnya dengan tertawa sekeras-kerasnya bersama dengan anak-anak yang bahkan tidak dia kenal ataupun mengenalnya.
Karma tertawa lepas sore itu, tertawa hingga semua beban yang berada dipundaknya berkurang, tertawa lepas seolah-olah dia tak lagi memiliki hari esok untuk sekedar tertawa. Ia akan tertawa sampai dia puas bersama dengan anak-anak yang bermain dengannya, ia tertawa karna ia tahu bahwa esok hanya akan ada rasa sakit yang akan menyambutnya. Maka dari itu biarlah ia tertawa walah hanya sedetik lebih lama, ia juga ingin merasakan kebahagiaan yang mungkin tidak akan pernah lagi dia rasakan.
"Hah.. Hahh.. Hahh.." Karma menghapus pelu yang bercucuran diwajahnya. Ia tak menyangka bermain dengan anak-anak ini sangat menguras tenaga. Namun, sangat menyenagkan.
"Nii-chan, kami pulupang dulu ya." Kata salah seorang anak diantara mereka.
"Hati-hati dijalan, jangan kemana-mana dan langsung pulang, oke?" Nasehat Karma.
"Oke Nii-chan!! Jaa matta!!" Anak-anak itu berlalu sambil melambaikan tangan pada karma yang dibalas dengan lambaian dan tak lupa sebuah senyum lebar terpatri diwajahnya.
Karma mengambil tasnya yang tergeletak dibawah pohon. Ia baru saja akan beranjak sebelum retina matanya menangkap seorang anak kecil yang duduk disebuah kursi roda dan melamun, tak ada seorangpun disekitar anak itu.
Tanpa dirinya sadari, ia sudah melangkahkan kakinya mendekati anak tersebut.
"Hei, tidak mau pulang? Sebentar lagi gelap." Ujar Karma.
Anak itu melirik Karma sekilas sebelum menundukkan kepalanya lagi.
"Pergilah, jangan pedulikan aku." Ujar anak itu liri.
Seolah tak mendengarkan apa yang anak itu katakan, karma malah mendudukan dirinya dikursi taman yang kebetulan berada tepat disamping anak itu.
"Mau cerita?" Tawar Karma.
"Jangan sok peduli, lebih baik kau pergi saja sekarang." Jawab anak itu ketus.
"Kau ini tidak ramah sama sekali ya." Nilai Karma sambil tersenyum lebar.
"Bukan urusanmu, lagi pula siapa kau? Seenaknya duduk dan mengajakku bicara, aku bisa saja teriak kalau kau berniat ingin menculikku." Ujar Anak itu masih mempertakankan nada tak menyenangkannya.
"Akabanai Karma, yoroshiku." Ujar Karma memperkenalkan diri.
"Aku tidak tanya namamu." Kata sang anak.
"Hei, mau dengar cerita?" Tawar Karma seolah tak terpengaruh dengan nada tak bersahabat yang dikeluarkan anak itu.
"Aku bukan anak kecil yang akan percaya dengan dongeng-dongeng bodoh itu." Jawabnya masih tetap ketus, meski terselip sedikit nada penasaran. Well, anak kecil mana yang tidak tertarik dengan dongeng?
"Ini bukan dongeng biasa kau tahu, ini cerita tenang seorang yang terlahir tidak sempurna, ia terlahir dengan kaki yang tidak mungkinkan untuknya dapat berjalan. Dan dia adalah satu-satunya anak dikeluarganya yang memiliki kelainan tersebut, kakak dan adiknya terlair sempurna dan berwajah rupawan." Karma menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan ceritannya.
"Ia melalui hari-harinya dengan penuh kesendirian, kedua orang tuanya tidak peduli padanya dan lebih memperhatikan kakak dan adiknya yang memiliki fisik lebih sempurna dibandingkan dirinya. Kakak dan adiknya juga tidak pernah menganggapnya karna mereka malu mempunyai seorang saudara sepertinya. Sampai suatu hari anak itu mulai memasuki sekolah dan apa kau tahu apa yang terjadi disekolah tersebut?" Sang anak mengelengkan kepalanya sebagai jawaban, ia mendengarkan cerita yang disampaikan oleh karma dengan saksama.
"Ia dibully, ia dibully oleh teman-teman disekolahnya karna fisiknya yang tidak sempurna. Ia dijahui bahkan tak jarang ia juga dijahili oleh teman-temannya. Ia sering pulang dalam keadaan penuh luka ditubuhnya namun kedua orang tua dan saudaranya seolah tak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya, mereka menutup mata dengan semua yang terjadi pada anak itu bahkan mereka justru menyalahkan sang anak." Karma mendongak menatap langit senja diatasnya sementara anak disampingnya mulai berkaca-kaca mendengarkan cerita Karma.
"Pada tahun kedua ia bersekalah ia akhirnya mempunyai seoramg teman, teman itu baik padanya dan selalu berada disisinya. Namun, tak kebahagiaan itu tidaklah kekal. Temannya tersebut ternyata hanya memanfaatkan kepintarannya saja, ia tidak benar-benar mau berteman dengannya. Sang anak hancur ia terpuruk, tak pernah disangkanya teman yang sangat baik ternyata hanya memanfaatkannya."
"Namun, ia tidak menyerah ia membuktikan bahwa ia juga dapat meraih kebahagiaan. Ia mendapat beasiswa full di Universitas Tokyo. Dan ahirnya anak tersebut dapat mendirikan sebuah perusahaan yang sangat sukses dan mempunyai cabang diseluruh jepang." Akhir Karma.
Anak disampingnya merenungkan cerita yang baru saja diceritakan boleh Karma.
Karma tersenyum dan mengusap sayang rambut anak tersebut. "Semua orang ditakdirkan untuk mendapat kebahagiaan."
"Ne, Nii-chan, apa aku juga berhak untuk bahagia?" Anak iru memperhatikan kakinya yang tidak bisa digerakan.
"Kau tidak perlu terlahir sempurna untuk dapat bahagia. Karna kau dapat melakukan yang bahakan orang yang terlahir dengan sempirna tidak dapat melakukannya." Jawab Karma.
"Tatsuya, Tatsuya Yawamizu." Ujar anak itu tiba-tiba.
"Are?" Karma mengerjapkan matanya bingung.
"Namaku Tatsuya Yawamizu." Ulang anak itu a.k.a Tatsuya.
"Oke, salam kenal Tatsu-kun." Ujar Karma dengan sentum lebar yang tak lepas dari wajahnya.
Sore itu Karma menjalin sebuah ikatan dengan seorang anak yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dan ia akan menjaga ikatan tersebut meski apapun yang terjadi.
TBC
Leon kembaliiii, ada yang kangen ga? 😝 kali ini Leon munculin lagi satu oc nih namanya Tatsuya.
Leon pingin buat Tatsuya jadi temen Karu-chan biar Karu-chan ga sedih terus, ga tega Leon buat Karma nangia hampir disemua chapter, jadi chapter kali ini Karu-chan leon buat bahagia. Tapi belum tentu chap depan Karu-chan juga akan bahagia 👿
Oke, tunggu chap depan yaaa
Pai~ pai~
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Self (boyxboy)
Fanfictionbagaimana jika Karma Akabane memiliki sebuah masa lalu yang tidak ada seorangpun yang tahu, bahkan sang teman masa kecil, Nagisa Shiota. Lalu bagaimana jika sosok Karma Akabane yang selama ini mereka kenal bukanlah sosok yang sebenarnya??