song:
Cross Your Mind - Sabrina Claudio10 tahun kemudian
Tampak seorang gadis berambut panjang sepundak menatap pria di depannya dengan tatapan menyala penuh emosi. Gadis itu tidak terima atas pernyataan yang ayahnya lontarkan.
Dia adalah Petra, gadis yang dulu hanya bisa merengek itu kini menjelma menjadi seorang gadis remaja yang mulai beranjak dewasa, wajah cantiknya diperkaya oleh hidung yang lancip, bibir yang tipis, dan sepasang mata berwarna coklat yang indah.
"Sudah berapa kali aku katakan kalau aku tidak ingin pergi ke tempat itu, Ayah!" ucap Petra begitu lantang, ia tidak peduli jika suaranya itu bisa membuat amarah Andrew semakin memuncak.
"Ayah tidak peduli! Kau harus pergi ke sana, Petra! Semua keperluanmu sudah Ayah urus, apalagi yang kau permasalahkan? Tiket pesawatmu pun sudah Ayah pesan, kau akan berangkat ke sana satu minggu lagi!" balas Andrew dengan nada meninggi.
Isak tangis yang sejak tadi Petra tahan mulai terdengar di telinga Andrew. Gadis itu menangis, "Kenapa Ayah melakukan ini padaku? Aku tidak menginginkannya, Ayah! Aku ingin tetap di sini!"
Andrew membuang napasnya pasrah, "Karena Ayah menyayangimu, Petra!"
"Begini cara Ayah menyayangiku? dengan membuang anaknya pada orang yang tidak dikenal?"
Sedetik kemudian pipi kiri Petra langsung terasa panas, Andrew mendaratkan satu tamparan keras hingga telinganya berdengung.
"Siapa yang mengajari berbicara seperti itu?! Ayah tidak pernah memiliki pikiran seperti itu, Petra! Disana ada Harry dan keluarganya, kau akan aman di sana."
Petra tidak membalas ucapan Andrew, ia menutupi satu sisi wajahnya yang mulai memerah, mengusapnya kasar dan berharap itu bisa mengurangi rasa sakit yang mendera.
"Ayah menamparku?"
"Oh, Sayang, apa yang baru saja Ayah lakukan padamu? Maafkan, Ayah!" Andrew memandang tangannya tidak percaya, ia telah lepas kendali.
Petra langsung memutar tubuhnya ke belakang, gadis itu berjalan dengan langkah cepat meninggalkan Andrew yang kini menatapnya pungguhnya yang menjauh, "Kau ingin pergi ke mana, Petra?"
"Bukan urusan Ayah!" gadis bernama Petra itu mempercepat langkahnya menuju garasi rumahnya, tidak berselang lama indera pendengar Andrew menangkap suara mobil yang melaju kencang.
Petra pergi meninggalkannya.
•••
Meski matahari baru tenggelam, tetapi keadaan kelab malam yang berada di sudut kota San Diego ini telah ramai oleh pengunjung, dari orang yang menyendiri pasca seharian bekerja dengan ditemani segelas wine di tangannya, sampai sepasang kekasih yang tanpa rasa malu bercumbu di depan orang banyak. Namun, semua itu tidak menarik perhatian Petra yang duduk lesu di depan meja bartender. Gadis itu tampak berantakan dengan kedua matanya yang sembap, riasan di wajahnya pun mulai memudar.
"Jarang sekali kau datang ke sini, ada apa? Ingin menemaniku? Rasanya tidak mungkin." ucap seorang bartender sembari tersenyum sinis, ia lalu menyodorkan shot glass berisi whiskey ke arah Petra.
Petra diam tak bersuara.
Bartender itu lantas melipat kedua tangannya di dada, memerhatikan gadis di depannya ini dengan sebelah alis yang terangkat ke atas, "Kau ada masalah? Ceritakan padaku sekarang, aku akan mendengarnya." Ucap bartender itu menggapai tangan mulus Petra, ia lalu menyalurkan rasa sayangnya dengan mengusap lembut kulit mulus Petra.
Petra tidak meresponsnya, gadis itu masih melamun.
"Come on, Petra! Why do you keep ignoring me?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert Husband
Любовные романыSetelah 10 tahun tidak bertemu, Dimas tidak mengira jika Petra yang pernah ia temui saat kecil itu kini menjelma jadi seorang gadis berparas cantik yang berhasil meruntuhkan pertahanannya, Dimas seakan tenggelam dalam pesona gadis berusia 19 tahun i...