"Aku berangkat dulu!"
Langkahnya terangkat begitu cepat. Berlari menuju halte untuk segera sampai di tempat favorit dimana semua anak seusianya membenci tempat itu. Sekolah. Khusus untuk siswa dan siswi pandai yang menyukai sekolah. Tapi gadis ini berbeda, ia mencintai sekolah karena seseorang di sana menarik perhatiannya.
Valea Cherry. Sisiwi kelas duabelas MIPA-1, hobinya sederhana. Yaitu memandangi Zayyan –guru olahraganya yang tampan, berkarisma, dan begitu ... seksi. Kesenangannya menjahili Zayyan dengan gombalan recehnya.
Contohnya pagi ini. Valea sudah duduk manis di salah satu bangku kantin menunggu pujaan hatinya, dia hafal sekali kalau setiap pagi pak Zayyan selalu datang untuk sarapan.
Mata Valea berbinar saat melihat pria tampan dan maskulin duduk di salah satu kursi yang tak jauh dari tempatnya. Kelihatannya orang itu tidak mengetahui keberadaannya.
Dengan langkah cepat Valea langsung menghampiri meja orang itu dan ikut duduk di sampingnya.
Orang itu adalah –Zayyan Ferdiand– Guru olahraga Valea, umurnya dua puluh tujuh tahun. Selisih sepuluh tahun dengan Valea. Tapi Valea tidak perduli, bukannya cinta tidak memandang usia ya?
Zayyan mendesah lelah saat melihat Valea duduk di sampingnya,
"Selamat pagi pak Zayyan." Sapa Valea dengan senyum lebarnya.
Zayyan memberikan senyum terpaksa. "Pagi Valea. Kamu tidak masuk kelas?"
Valea menggeleng, "hehe nanti aja pak Zayyan, sekarang Valea mau tungguin bapak sarapan dulu."
"Terserah kamu saja."
"Pak Zayyan, memangnya dirumah gak ada yang masak ya sampai setiap pagi selalu beli sarapan di sekolah?"
Pesanan Zayyan datang, pria itu tak menghiraukan pertanyaan Valea, Zayyan dengan santai menyeruput kopinya dan tak menatap Valea samasekali, bahkan pria itu tidak menganggap Valea ada.
Valea mencebikkan bibirnya kesal. "Pak Zayyan! Jawab pertanyaan Valea dong!"
Zayyan menatap Valea dengan lelah, "iya Valea, di apartmen hanya ada saya, saya tidak bisa masak jadi saya selalu beli sarapan di sekolah. Sekarang kamu sudah mendapat jawaban kan? Kembalilah ke kelas."
Valea tersenyum manis. "Makanya bapak cepet nikahin Valea dong biar setiap pagi ada yang masakin! Gini- gini Valea pinter masak loh pak Zayyan,"
Zayyan hampir saja menyemburkan kopinya saat mendengar ucapan Valea.
Zayyan menatap Valea dengan tajam. "Jaga sopan santun kamu Valea! Saya ini guru kamu!"
"Memangnya ada larangan murid suka sama gurunya ya pak?"
Zayyan terdiam sesaat. "Saya sudah punya kekasih. Tolong jauh-jauh dari saya,"
"Bohong! Valea gak percaya!"
Zayyan menatap Valea dengan frustasi. "Mau kamu ini apa sih?!"
Valea tersenyum lebar. "Bapak jadi pacar Valea?"
"Maaf saya tidak bisa." Zayyan bediri dari kursinya, pria itu menatap Valea dengan prihatin. "Sebaiknya kamu cari pacar yang seumuran dengan kamu."
Valea ikut berdiri, "gak mau! Pokoknya Valea maunya pak Zayyan, titik."
Zayyan memijat pelipisnya karena merasa pusing. "Saya sudah hampir kepala tiga dan kamu— umur kamu masih tujuh belas. Kamu lebih cocok jadi keponakan saya daripada kekasih
saya."Valea menatap Zayyan dengan sedih. "Huwaaa jadi pak Zayyan nolak cinta Valea nih?!!"
Zayyan menatap sekeliling, untung saja suasana kantin pagi ini masih sepi. Kalau tidak, orang-orang pasti beranggapan bahwa Zayyan sudah berbuat macam-macam hingga Valea berteriak seperti orang kesurupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession is You
Teen FictionValea, seorang gadis SMA yang terobsesi pada seseorang. Umur yang terpaut jauh tidak membuatnya menyerah. Sepeti api yang terus membara. Meski terkena air pun akan membangkang. Valea ingin memilikinya. Memiliki seorang Zayyan, guru olahraganya yang...