p a r t -8-

4.4K 61 0
                                    

FLASHBACK

Tahun pertama masuk sekolah menengah akhir adalah hal paling berat yang mungkin di alami sebagian banyak orang. Memiliki kakak kelas judes, otoriter dan menang sendiri adalah hal paling menyebalkan. Sungguh, bahkan Valea sendiri pun pernah merasakannya.

Valea yang pendiam dan tidak banyak bicara saja masih di kata-katain sok cantik sama kakak kelas, yah padahal aslinya dia memang sudah cantik, kakak kelas aja yang iri.

Awalnya, Valea adalah tipe gadis periang dan mudah bergaul. Tapi semenjak kepergian ayahnya satu tahun lalu membuatnya menjadi gadis pendiam. Valea benci sekolah. Sebab, dia harus menyesuaikan diri mulai dari awal lagi. Mulai dari teman, lingkungan.

Semenjak kepergian ayahnya, Valeria berusaha mencurahkan kasih sayang lebih pada Valea, namun nyatanya hal itu tidak merubah Valea samasekali. Valea tetap menjadi gadis pendiam dan murung,

"Eh goblok, kalo jalan pake mata dong!" Salah satu kakak kelas menabrak tubuh Valea hingga membuatnya sedikit terhuyung ke belakang,

"M-maaf kak, saya gak sengaja."

"Lo—"

"Ada apa ini?" Suara maskulin seorang laki-laki menginterupsi ucapan kakak kelas yang menabrak Valea.

"E-eh pak Zayyan... Enggak ada apa-apa kok pak, ini nih ada junior yang sengaja nabrak saya. Terus saya tegur malah nyolot,"

Valea hanya mengerutkan sebelah alisnya mendengar ucapan kakak kelas yang tidak sinkron dengan kenyataannya.

Zayyan menganggukkan kepala ringan. "Begitu..., Tapi saya melihat kamu bentak bentak junior kamu dengan mata kepala saya sendiri, jadi siapa yang 'nyolot' disini sebenarnya?"

Siswi itu langsung diam seketika dan menatap Zayyan dengan gelisah,

"Perbuatan kamu sama seperti bullying, kalau saya mengetahui kamu melakukan perbuatan itu lagi, saya akan mengadukan masalah ini ke guru konseling."

"Ma-maaf pak... Tolong jangan aduin saya ke guru konseling, nanti orangtua saya bisa dipanggil," ucap siswi itu dengan takut.

"Kalau begitu jangan ulangi perbuatan kamu lagi. Sekarang, kamu bisa pergi." Ucap Zayyan dengan nada tegas.

Setelah kakak kelas itu pergi, barulah Valea bisa bernapas lega. Valea mendongakkan wajahnya berniat berterimakasih pada guru yang sudah menolongnya. Namun...

Deg!

Nafasnya memburu, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat melihat wajah malaikat penolongnya,

"Are you okay?"

Pertanyaan itu menyadarkan Valea dari lamunan. Gadis itu menatap malaikat penolongnya dengan malu-malu,

"Sa-saya baik-baik saja pak. Terimakasih sudah menolong saya,
pak—" kalimat Valea menggantung,

"Zayyan. Panggil saya pak Zayyan."

Valea menganggukkan kepala dengan kikuk,

Zayyan menepuk puncak kepala Valea beberapa kali hingga membuat gadis itu mengerjabkan mata beberapa kali,

"Saya pergi dulu. Lain kali kalau dapat bullying langsung lapor guru konseling, oke?"

Valea hanya mengangguk-angguk.

Mungkin itulah awal pertemuan Valea dengan pak Zayyan. Sejak bertemu pak Zayyan, Valea yang pendiam mulai berubah menjadi ceria kembali. Valea mulai sanggup mengikhlaskan kepergian ayahnya dan kembali memulai hidup dengan normal. Setiap hari, dia selalu mengamati pak Zayyan secara diam-diam. Waktu itu, melihat wajah pujaannya saja sudah merasa sangat bahagia.

Saat menginjak kelas dua, Valea mulai memberanikan diri untuk mendekati pak Zayyan secara terang-terangan. Valea suka menjahili pak Zayyan di kantin dengan gombalannya, Valea juga suka memberi bekal dan surat cinta untuk pak Zayyan, menyelipkan minuman dingin ke lokernya, atau sekedar menonton pak Zayyan bermain bola dengan teman laki-lakinya. Dan masih banyak hal lain lagi. Intinya, semenjak kenal dengan pak Zayyan, dunia Valea yang suram berubah jadi berwarna.

Kelas tiga adalah hal yang paling di nanti-nanti oleh Valea. Selain sudah menjadi senior seutuhnya, dia juga merasa sangat senang karena pada saat itu kesempatannya berdekatan dengan pak Zayyan akan semakin besar. Karena apa? Karena pak Zayyan lah yang mengajar pelajaran olahraga di kelasnya.

Valea tau jika pak Zayyan menolak kehadirannya berulang kali, bahkan laki-laki itu menunjukkan ketidaksukaannya pada Valea secara terang-terangan. Valea juga tau, mungkin pak Zayyan merasa terganggu dengan sikap jahilnya. Bahkan sudah berulang kali pak Zayyan memberikan ultimatum pada Valea agar menjauhi laki-laki itu. Namun bagi Valea pak Zayyan adalah mataharinya, sumber kehidupannya. Bagi Valea, pak Zayyan adalah sumber kekuatan keduanya setelah mamahnya.

Pak Zayyan banyak memberikan dampak positif dalam kehidupannya. Dan Valea benar-benar tidak bisa berjauhan dengan pak Zayyan, walaupun laki-laki itu sendiri yang meminta Valea agar menjauhinya.

Sudah tiga tahun dan Valea tidak pernah merasa bosan mengagumi ciptaan Tuhan yang sempurna itu. Kata orang, jika kamu mencintai seseorang dan perasaanmu hilang dalam dua minggu, itu artinya kamu tidak benar-benar menyukainya melainkan hanya kagum. Namun, jika kamu bertahan mencintai seseorang hingga bertahun-tahun lamanya, itu bukan hanya sekedar perasaan kagum, melainkan cinta. Begitulah kira-kira perasaan Valea pada pak Zayyan. Valea mencintai pak Zayyan, bukan hanya sekedar perasaan kagum.

Tapi kenapa pak Zayyan tidak pernah meliriknya? Apa karena bagi laki-laki itu Valea hanya sekedar murid tidak lebih?

Valea sering berkaca di cermin besar yang ada di kamarnya. Dia tidak jelek jelek amat kok, malahan wajahnya imut seperti boneka.

Lalu kenapa pak Zayyan tidak tertarik dengannya? Apa karena dia bocah ingusan dan belum dewasa? Apa di mata pak Zayyan, Valea terlihat kekanak-kanakan? Huftt entahlah... Hanya pak Zayyan yang mengetahui jawabannya.

FLASHBACK END

*****

"Hai baby Valea!"

"Kak Kafka? Kakak ngapain disini?"

"Ya jemput kamu lah, emang mau ngapain lagi? Motong rumput di depan?"

Valea menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "kirain mau jemput pacarnya yang ngajar disini, hehe."

Kafka memutar bola matanya kesal. "Sorry ya my baby Valea, aku cuma tertarik sama cewek imut kaya kamu. Bukan perempuan dewasa yang lipstiknya tebal!"

"Dih!" Valea mencibir,

"Yaudah buruan masuk. Tuh lihat, kakak jadi bahan tontonan temen-temen cewek kamu! Mana ilernya sampe netes gitu lagi," Kafka bergidik ngeri.

Valea mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kafka benar, saat ini mereka menjadi bahan tontonan bahkan cibiran para siswi yang sedang lewat,

"Eh itu bukannya cewek yang nguber nguber pak Zayyan? Oh jadi dia udah punya pacar... Terus ngapain tiap hari caper sama pak Zayyan, ya? Sad amat hidupnya."

Bisikan salah satu siswi yang kebetulan berjalan melewati Valea terdengar di telinganya. Yah bagaimana enggak kedengeran? Nyinyirin orang di belakang aja suaranya keras banget kaya toa masjid!

Valea hanya menatap kesal perempuan yang lewat itu.

"Valea, ayo buruan masuk! Malah ngelamun disitu,"

Valea menoleh, ternyata kak Kafka sudah berada di dalam mobil. Lalu ia dengan cepat membuka pintu dan ikut masuk kedalam.

"Habis ini temenin kakak makan dulu yah? Laper nih,"

"Iya."

Setelah itu mobil Kafka melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan parkiran sekolah.

Tak jauh darisana, seorang laki-laki menatap kepergian Valea dengan pandangan yang sulit dibaca.

Laki-laki itu menghembuskan nafas panjang dan masuk kedalam mobil Ferrarinya dengan perasaan campur aduk,

Laki-laki itu adalah Zayyan.

*****

My Obsession is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang