p a r t -15-

3.3K 47 4
                                    

Ini adalah hari Minggu. Valea bangun pagi-pagi sekali. Suasana hatinya sedang baik, setelah mencuci muka ia pergi ke dapur berniat memasak sesuatu.

"Pagi non Valea, tumben pagi-pagi udah bangun." Sapa bik Santi.

Valea hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal, "hehe iya bik, Valea mau masak sesuatu buat orang spesial."

"Orang spesial? Pasti Zayyan nih?"

Valea berbalik, ia menemukan mamahnya berada tak jauh darinya.

Valeria mendekati Valea yang saat ini menampilkan wajah malu-malu, tingkah Valea membuat Valeria tertawa. Valeria jadi ingat dirinya waktu muda dulu, selalu penuh semangat dan pantang menyerah. Dulu ayah Valea adalah orang yang cuek, tidak terlalu perduli dengan perempuan. Tapi Valeria dengan sikap optimisnya terus mengejar cinta ayah Valea hingga akhirnya mereka menikah.

"Mau pergi ke tempatnya Zayyan, ya?" Tebak Valeria.

"Iya mah," Valea mengangguk malu-malu.

"Ciee yang udah jadian..."

"Ish mamah apaan sih!"

Valeria terkekeh, "yaudah sini mama bantu masak. Kamu mau bikin apa?"

Valea berbinar, "mau bikin udang asam manis mah! Itu salah satu makanan favoritnya pak Zayyan!"

*****

Valea mencoba menekan pin katasandi apartment pak Zayyan.

Klik!

Berhasil!

Valea tersenyum kecil. Ia tidak asal tebak soal pin apartment pak Zayyan, laki-laki itu sendiri yang memberitahunya tentang hal itu. Valea jadi senyum-senyum sendiri mengingat chatnya dengan pak Zayyan sebelum datang kesini.

Romantis banget, kan?

Valea masuk kedalam dan mengedarkan pandangan di seluruh ruangan. Masih sepi, tidak ada tanda-tanda pak Zayyan disana.

Mungkin masih mandi. Pikir Valea,

Valea melangkahkan kakinya di dapur. Ia memutuskan menata makanan di meja makan sambil menunggu pak Zayyan keluar.

Tak lama kemudian, orang yang Valea tunggu memunculkan wajahnya juga. Pak Zayyan sudah rapi dengan kaos polo dan celana jeans-nya. Rambutnya masih basah dan acak-acakan menambah kesan seksi.

Mata Valea hampir menggelinding melihat penampilan hot pak Zayyan.

"Pagi. Udah nunggu lama? Maaf saya baru mandi,"

"Ermm pagi pak Zayyan, nggak nunggu lama kok, Valea baru datang."

Zayyan mengangguk dan duduk di samping Valea.

"Kamu bawa apa?"

"Udang asam manis. Kata tante Kiran, pak Zayyan suka makanan itu. Yaudah buruan dimakan, mumpung masih hangat. Valea buatnya pagi-pagi banget."

Zayyan menatap Valea dengan teduh, "kamu masak pagi-pagi cuma buat saya?"

Valea mengangguk kecil.

Zayyan tersenyum tulus, "makasih."

Senyum Zayyan ikut menular pada Valea. "Sama-sama,"

Setelah itu tidak ada obrolan antara mereka. Zayyan sibuk memakan masakan Valea dan Valea sibuk mengamati Zayyan. Zayyan sadar ia sedang di perhatikan, laki-laki itu menatap muridnya— err kekasihnya dengan pandangan bertanya,

"Kamu nggak makan?"

Valea menggeleng, "Valea udah makan kok." Bohong. Bahkan Valea tadi buru-buru datang kesini dan melupakan sarapannya.

"Buka mulut." Perintah Zayyan,

Valea menatap bingung tapi tetap membuka mulutnya. Sejurus kemudian Valea terperangah melihat Zayyan menyuapinya.

"Tutup mulut dan kunyah makanannya, Valea."

Valea buru-buru menghilangkan ekspresi kagetnya dan mengunyah makanan yang di suapkan oleh pak Zayyan. Valea sesekali melirik kekasihnya itu dengan pipi bersemu,

"Kalau lagi berdua panggil Zayyan aja. Gak usah pakai 'pak'." Ucap Zayyan.

"Huh?"

"Panggil sayang juga boleh."

Oke, Valea benar-benar tersedak kali ini.

"Uhuk uhuk!"

"Kalau makan itu pelan-pelan." Zayyan menyodorkan air putih pada Valea.

Valea berusaha mengatur nafasnya. "Valea boleh panggil pak Zayyan sayang?" Ucapnya dengan berbinar.

"Boleh. Kalau lagi berdua."

"Oke!"
"Kalau Valea panggil pak Zayyan sayang, pak Zayyan panggil Valea apa?"

Zayyan menatap Valea sebentar, "bocah ingusan?"

Valea menggembungkan pipi kesal. "Ihh nggak mau!"

Zayyan terkekeh kecil. Lagi-lagi Valea dibuat terperangah. Valea tidak pernah melihat pak Zayyan tertawa selama ini. Di depannya, pak Zayyan selalu memasang wajah dingin.

Setelah makanan di piring Zayyan habis tak tersisa, Valea mencucinya. Zayyan sebenarnya sudah melarang, tapi gadis itu tetap melakukannya. Zayyan hanya bisa memantau Valea dari tempatnya duduk.

Valea cantik, pandai memasak, mandiri. Tidak ada minus sekalipun pada diri Valea, manja sebagai pengecualian.

Zayyan tidak keberatan dengan sifat manja Valea. Walaupun dulu ia sempat terganggu, tapi Zayyan bisa menerimanya sekarang. Ia menyadari kalau Valea tetaplah gadis remaja yang sesekali bisa bersikap sangat manja.

Valea sudah selesai dengan pekerjaannya. Saat berbalik, ia menemukan pak Zayyan sedang menatapnya lekat membuatnya sedikit deg-degan.

"K-kenapa kamu lihatin aku kayak gitu? Penampilanku berantakan, ya?"

Zayyan menggeleng kecil. Ia berjalan mendekati Valea. Zayyan membenarkan rambut Valea yang sedikit berantakan,

"Meskipun berantakan tetep cantik kok." Zayyan tau ini sangat bukan dirinya sekali. Ia sendiri tidak tau kenapa jadi alay begini waktu berdekatan dengan Valea.

"Ermm... Makasih."

"Mau ke pantai?" Tawar Zayyan.

"Mau!"

*****

Zayyan dan Valea menghabiskan waktu seharian penuh di pantai. Zayyan memperhatikan Valea dari dermaga, gadis itu sedang main air, Zayyan tidak ingin basah-basahan kali ini. Jadi ia hanya memantau Valea dari jauh.

Valea terlihat bahagia. Bahkan gadis itu melambaikan tangan sesekali pada Zayyan dan dibalas senyum tipis,

Zayyan memperhatikan jam di tangannya. Setelah cukup membiarkan Valea bersenang-senang, laki-laki itu menghampiri kekasihnya,

"Hey udah cukup main airnya. Nanti kamu bisa sakit."

Valea mencebikkan bibirnya lucu. "Sebentar lagi. Valea masih pengen main,"

Zayyan berbisik pelan. "Dasar anak kecil!"

Valea mendengarnya dan ia merasa kesal dikatai anak kecil. Valea tersenyum jahil, ia mencipratkan air di wajah Zayyan.

"Valea!" Zayyan menggeram kesal.

Valea tertawa dan berusaha melarikan diri dari kejaran Zayyan.

Zayyan berhasil menangkap Valea. Laki-laki itu memeluk Valea dari belakang dan menggelitik pinggang gadis itu.

"Zayyan... Stop, gelii!!!"

Zayyan berhenti. Mereka berdua saling berpandangan,

"I love you..." Ucap Valea dengan tulus.

Zayyan terdiam sesaat, laki-laki itu mencium dahi Valea membuatnya memejamkan mata.

"Kamu ganti baju dulu ya, terus kita makan. Ini udah siang, nanti kamu bisa sakit."

*****

My Obsession is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang