p a r t -19-

2.7K 35 0
                                    

Sudah seminggu ini hubungan Valea dan pak Zayyan belum kunjung membaik. Setelah kejadian itu, mereka saling mendiamkan satu sama lain.

Valea memilih mengalah. Saling diam tidak akan menyelesaikan masalah. Ia berencana minta maaf terlebih dahulu dengan pak Zayyan. Setelah ia pikir-pikir, sifatnya sangatlah kekanakan. Waktu itu, ia tidak mendengarkan penjelasan pak Zayyan dan langsung pergi dari apartment laki-laki itu, wajar kalau laki-laki itu marah.

Valea berjalan mondar-mandir menunggu kedatangan pak Zayyan, ia tidak perduli jika ada seseorang melihatnya dan bertanya-tanya apa yang ia lakukan di parkiran khusus guru,

Yang ia inginkan saat ini hanya bertemu pak Zayyan dan minta maaf. Masalah ini tidak boleh dibiarkan terus berlarut.

"Pak Zayyan!" Valea berbinar ketika melihat kekasihnya sedang berjalan ke arahnya,

Jujur saja, ia sangat merindukan laki-laki itu.

Pak Zayyan berdiri di hadapannya. Menatapnya dengan lekat,

"Aku mau minta maaf." Ucap Valea dengan cepat.
"Maaf kalau aku egois, aku enggak dengerin penjelasan kamu. Kamu mau kan... Maafin aku?"

Zayyan menarik nafas panjang, "masuk ke mobil."

"Huh?"

"Jangan bicara disini, nanti ada yang lihat."

Valea mengangguk. Gadis itu menuruti perintah Zayyan untuk masuk kedalam mobil. Zayyan mengemudikan mobil keluar dari area sekolah. Setelah dua puluh menit menempuh perjalanan tanpa saling bicara, Zayyan memberhentikan mobilnya di sebuah taman yang kebetulan sedang sepi pengunjung.

"Turun."

Valea menahan perasaan aneh yang bergejolak di dadanya. Ia merasa ada yang berbeda dengan pak Zayyan, tapi dia tidak tau apa.

Mereka mengambil duduk di sebuah bangku yang terletak di sudut taman,

"Bukan kamu yang harus minta maaf, tapi aku." Zayyan memulai pembicaraan.

Valea menatap pak Zayyan dengan mulut sedikit terbuka, "pak Zayyan enggak salah, Valea yang salah. Valea nggak dengerin penjelasan pak Zayyan dan langsung pergi."

Zayyan merapikan rambut Valea yang berantakan terkena angin, "Valea—,"

"Pak Zayyan janji ya, jangan tinggalin Valea lagi. Valea nggak suka diem-dieman sama pak Zayyan," ucap Valea dengan cepat.

Zayyan mengangguk pelan. "Harusnya aku yang bicara begitu. Kamu nggak akan pergi dari aku, kan? Bagaimanapun kondisinya?"

Valea mengangguk tanpa ragu. "Valea cinta sama pak Zayyan. Jadi, Valea gak akan pernah ninggalin pak Zayyan."

"Aku juga sayang sama kamu." Zayyan tersenyum tipis.

Valea memberanikan diri untuk memeluk pak Zayyan. Ia bisa merasakan kalau laki-laki itu balik memeluknya dan mengusap punggungnya dengan lembut.

"Aku akan jelasin soal Kenya ke kamu."

Valea menggeleng pelan, "Valea enggak mau bahas perempuan itu kalau pak Zayyan belum siap."

Zayyan memegang wajah Valea agar gadis itu bisa menatapnya,

Zayyan mengamati wajah cantik kekasihnya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Aku nggak ngerti lagi, kamu itu terbuat dari apa? Kenapa kamu bisa sebaik ini,"

Valea tersipu, "eh-m pak Zayyan—"

"Kita lagi berdua, jangan panggil aku 'pak' lagi."

"Eh iya..." Valea menjawab dengan gugup.

"Waktu itu Kenya bilang apa ke kamu?" Tanya Zayyan dengan wajah penasaran.

My Obsession is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang