"Valea sayang... Kamu nggak papa?" Tanya Valeria ketika melihat putrinya melamun di teras depan. Lagi.
Valea menggeleng namun matanya tetap lurus kedepan.
Valeria menghela nafas panjang dan ikut duduk di sebelah putrinya, "kamu udah janji sama mamah bakal ngelupain laki-laki itu."
Valea menoleh menatap mamahnya. Gadis itu tersenyum kecut. "Waktu itu dia udah janji sama Valea kalau dia akan kembali, mah."
"Valea..." Valeria kehabisan kata-kata untuk menghibur putrinya,
"Sudah dua bulan sayang, dan dia sama sekali nggak ada kabar. Memangnya kamu yakin dia masih ingat sama janji-janjinya?"Valea menggigit bibirnya dan berusaha sebisa mungkin tidak menangis mendengar ucapan mamahnya.
"Kamu harus bangkit sayang, jalan kamu masih panjang."
Valea mengangguk kecil. Mamahnya benar. Dia tidak bisa terus menerus memikirkan seseorang yang belum tentu memikirkannya juga.
"Kamu jadi mau kuliah di London, kan? Disana ada kak Kafka yang bisa jagain kamu."
Valea terdiam selama beberapa saat sebelum kembali merasakan usapan lembut di kepalanya,
"Dia nggak akan kembali. Mamah yakin itu." Valeria tau ucapannya memang sedikit kejam. Tapi mau bagaimana lagi? Ini semua gara-gara Zayyan. Laki-laki yang sangat ia percaya untuk menjaga putrinya justru menghianati putrinya. Laki-laki itu pergi dan menghilang tanpa kabar dan menebar luka di hati putrinya.
"Iya mah Valea jadi kuliah di London."
Valeria tersenyum hangat. "Ayo kita masuk, disini dingin."
"Mamah masuk duluan aja, Valea masih mau disini sebentar lagi."
Valeria mengangguk kecil. "Jangan lama-lama ya sayang," pesannya.
Valea hanya mengangguk.
Setelah itu Valea kembali merenung. Gadis itu menghela nafas lelah berulang kali. Sudah dua bulan, ya? Waktu berlalu begitu cepat namun tidak dengan perasaan Valea untuk Zayyan.
Pertemuan terakhirnya dan pak Zayyan adalah saat di bandara. Setelah itu pak Zayyan tidak pernah mengabarinya, laki-laki itu menghilang begitu saja. Padahal setelah ia lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya, ia ingin membagi kabar bahagianya pada pak Zayyan, namun laki-laki itu tidak pernah muncul dalam hidupnya.
Selama dua bulan ini ia sudah berusaha keras untuk mencari pak Zayyan. Mulai dari mendatangi rumah orangtua laki-laki itu, mengirim pesan lewat chat, bahkan media sosial juga. Namun ia harus menelan pil pahit karena semua yang ia lakukan terasa sia-sia. Dimulai dari tante Kiran, mamah pak Zayyan. Saat ia mendatangi rumah tante Kiran ia tidak pernah bertemu dengan wanita itu melainkan selalu bertemu asisten rumah tangga yang mengatakan kalau tante Kiran sedang tidak berada di rumah. Lalu keanehan kedua adalah, nomor pak Zayyan tiba-tiba sudah tidak aktif dan tidak dapat dihubungi. Lalu akun sosial medianya pun juga sudah off sejak lama.
Kejadian itu tentu saja membuatnya sakit hati. Ia berpikir kalau pak Zayyan meninggalkannya begitu saja. Bahkan tante Kiran yang biasa mengirimkan pesan untuk sekedar menanyakan kabarnya sekarang nomornya sudah tidak bisa dihubungi lagi. Intinya semua orang seperti menutupi sesuatu. Valea sudah menyerah dan lelah mencaritahu. Satu bulan belakangan ini dia menghentikan pencariannya. Mamahnya pun juga ikut memberikan dukungan karena sedih melihatnya terpuruk.
"Kamu udah janji gak akan nangisin dia lagi." Valea mengipasi matanya yang tiba-tiba berair.
Lalu mata Valea turun ke bawah, menatap benda yang menggantung di lehernya. Kalung pemberian pak Zayyan,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession is You
Teen FictionValea, seorang gadis SMA yang terobsesi pada seseorang. Umur yang terpaut jauh tidak membuatnya menyerah. Sepeti api yang terus membara. Meski terkena air pun akan membangkang. Valea ingin memilikinya. Memiliki seorang Zayyan, guru olahraganya yang...