Zayyan mengantar Valea pulang saat hari sudah mulai gelap. Sebenarnya ini semua salah Valea, perempuan itu terus mengulur-ulur waktu untuk pulang dan jadilah Zayyan baru bisa mengantar Valea pulang sekarang.
"Ini rumahmu?"
"Iya. Pak Zayyan gak mau masuk dulu?" Valea menatap pak Zayyan dengan penuh harap.
"Enggak. Saya harus segera pulang ke apartment,"
Valea menarik nafas panjang, begitu ia turun dari mobil, seorang laki-laki yang sangat ia kenal menghampirinya dengan tergesa.
"Valea! Kamu dari mana ajasih? Udah pulang telat, di telfon gak di angkat! Bikin khawatir semua orang tau gak?!" Kafka mengomeli Valea.
Tanpa disangka, Zayyan keluar dari mobilnya. Laki-laki itu menghampiri Kafka yang sedang memarahi Valea,
"Maaf sebelumnya, jangan marah dengan Valea. Ini salah saya, saya tadi mengajaknya pergi ke suatu tempat hingga membuatnya pulang terlambat." Ucap Zayyan menjelaskan,
Valea membulatkan mata kaget melihat pak Zayyan membelanya di depan kak Kafka.
Kafka menatap Zayyan dengan tidak suka, "lo siapa sih? Pacarnya? Lo udah buat mamahnya Valea khawatir! Ngajak anak gadis orang kok gak izin!"
"Hah mamah udah pulang? Bukannya kata mamah malam ini ada lembur ya?" Sahut Valea,
"Emang ada, tapi sebelum kamu ngilang tanpa ngabarin orang rumah! Bibik yang khawatir langsung telfon tante Valeria. Tante Valeria langsung balik cepet denger kamu belum pulang,"
Valea menatap Kafka dengan wajah bersalah, "iya maaf. Habisnya hape Valea tadi lowbat."
"Ibu Valea ada di dalam? Biar saya jelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman." Zayyan berujar dengan tenang.
"Ayo diminum dulu tehnya nak Zayyan."
"Iya tante terimakasih." Zayyan memberikan senyum tipis pada Valeria. Ia mengalihkan tatapannya pada Valea yang saat ini balik menatapnya dengan wajah cemas.
Tadi, setelah Zayyan memperkenalkan diri Valeria langsung menyambutnya dengan hangat. Untungnya Valeria bukan tipe orangtua galak seperti bayangan Zayyan. Wanita itu ternyata sangatlah baik.
"Pertama, saya ingin minta maaf sama tante karena membuat tante khawatir. Sebenarnya, Valea tadi mengalami kecelakaan kecil, kakinya cidera, saya berniat mengantar Valea pulang tapi karena ada sesuatu yang harus saya ambil di apartment, Valea terpaksa ikut dengan saya terlebih dahulu. Disana, saya mengobati kaki Valea sekalian. Tapi tante tidak perlu khawatir, saya tidak berbuat macam-macam pada Valea." Zayyan terpaksa mengarang sedikit cerita agar mereka tidak terkena masalah.
Valea mengerjabkan mata beberapa kali. Ini adalah pertama kalinya ia mendengar pak Zayyan bicara panjang lebar.
"Ya Tuhan sayang, jadi kaki kamu tadi cidera?" Valeria menatap Valea dengan khawatir.
Valea mengangguk kecil, "iya mah, tapi udah gapapa kok."
"Oh God! Apa kakimu masih sakit, princess?" Kali ini Kafka yang bicara.
"Udah enggak kak, tadi pak Zayyan obatin kaki Valea."
Kafka mengernyit sambil menatap Zayyan, "sebenernya laki-laki itu siapa sih? Kenapa kamu panggil dia 'pak'?"
"Engh dia guru olahraga Valea."
Kafka melotot. Jadi laki-laki itu adalah guru Valea? Kafka pikir dia adalah kekasih Valea.
"Kalau gitu saya pamit pulang dulu tante, sekali lagi saya minta maaf udah buat tante khawatir."
"Kamu gak seharusnya minta maaf, tante yang harus berterimakasih sama kamu karena kamu udah nolongin Valea,"
Zayyan hanya tersenyum tipis. "Saya permisi."
"Valea, kamu antar nak Zayyan sampai luar ya."
"Iya mah."
Setelah itu Valea mengantar pak Zayyan sampai halaman depan rumahnya. Pak Zayyan kembali menampilkan wajah tanpa ekspresi, tanpa berkata-kata laki-laki itu masuk kedalam mobil Ferrarinya.
"Pak Zayyan... Hati-hati," bisik Valea sangat pelan namun masih sanggup terdengar di telinga Zayyan.
Zayyan menurunkan kaca mobilnya, laki-laki itu menatap Valea dengan wajah dingin,
"Berhenti nyusahin saya terus Valea. Saya capek."
Dan setelah itu mobil Zayyan melesat dengan cepat dari pandangan Valea.
Kepergian pak Zayyan menyisakan kesedihan di hati Valea. Kenapa sih sikap dingin pak Zayyan tidak pernah bisa mencair juga? Apa ini sudah saatnya baginya untuk menyerah? Sebenarnya ia juga sudah capek berpura-pura baik-baik saja di depan laki-laki itu.
*****
"My baby Valea, gue perhatiin akhir-akhir ini wajah lo di tekuk terus, kenapa sih? Lagi pms ya?" Alga duduk di samping Valea. Tentunya setelah mengusir Gita pindah ke bangku belakang.
Valea menoleh sekilas, "gue gakpapa."
"Biasanya cewek kalo ngomong 'gakpapa' pasti lagi ada apa-apa."
"Berpengalaman banget, mas?" Sahut Doni, cowok yang duduk di bangku samping Valea.
"Berisik lo!" Alga mengalihkan tatapannya pada Valea kembali, "pulang sekolah mau jalan gak? Lo masih suka novel kan? Nanti ada bazar buku gitu di deket GNI."
Valea langsung menatap Alga dengan penuh minat. "Mau!!!"
Alga tertawa senang, "yaudah nanti gue jemput."
*****
Alga memilih beberapa komik sedangkan Valea sedang sibuk dengan beberapa novel yang menurutnya bagus. Di tangannya sudah ada lima novel dengan genre berbeda, lumayan kan mumpung lagi setengah harga.
Tatapannya berhenti pada sebuah buku dengan judul menarik. Valea mengambil buku bergenre spiritual itu,
'1001 pelet ampuh.' itulah judul bukunya. Valea berpikir keras. Ia sudah melakukan segala cara untuk memikat hati pak Zayyan dan semuanya berakhir gagal. Apa ini saatnya ia—
"Buset! Ngapain lo megang buku gituan?" Alga merebut buku itu dari tangan Valea dan mengembalikan ke tempat asalnya.
"Ih Alga! Kenapa dibalikin?!"
"Ngeri tau, Ya. Udah gila ya lo mau beli buku gituan?"
Valea hanya mendengus. "Dih sotoy. Siapa juga yang mau beli buku gituan?"
"Hmm yadeh percaya. Udah selesai belum milih bukunya?"
"Udah."
"Gue juga udah selesai milih komiknya. Yaudah siniin novelnya."
"Ish mau ngapain? Gue bisa bawa sendiri kok,"
"Sini, biar gue bayar sekalian."
Sebelum Valea sempat protes, Alga sudah menyerobot novel di tangannya.
"Enggak perlu, Alga! Gue bisa bayar sendiri."
"Sttt. Gue kan yang ngajak lo keluar. Jadi malam ini gue yang bayarin lo. Lagian bayarin lima novel lo ini gak akan buat gue jatuh miskin kok, Ya."
Valea hanya memutar mata malas.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Obsession is You
Teen FictionValea, seorang gadis SMA yang terobsesi pada seseorang. Umur yang terpaut jauh tidak membuatnya menyerah. Sepeti api yang terus membara. Meski terkena air pun akan membangkang. Valea ingin memilikinya. Memiliki seorang Zayyan, guru olahraganya yang...