p a r t -34-

1.6K 20 0
                                    

Hai, aku Zayyan.

Kalian pasti sudah tau cerita hidupku, kan?

Dimulai sejak kecil, orangtuaku, tepatnya mamah ingin memiliki anak perempuan dan ternyata malah melahirkan aku. Ermm aku tidak menyimpan dendam pada mamah yang mendandaniku layaknya boneka sejak kecil, atau marah pada papah yang jika pulang dari perjalanan bisnis selalu membelikanku boneka. Aku mengerti perasaan mereka, mereka bukan tidak menyayangiku. Tapi mereka melakukannya karena mamah tidak bisa hamil lagi setelah melahirkanku.

Bisa di bilang, aku memiliki perjalanan hidup yang lika-liku. Mulai dari ditinggal kabur tunanganku dan bertunangan dengan saudara kembarnya, ditinggal meninggal oleh tunanganku, dan... Bertemu dengan gadis manja, polos, dan impulsif seperti Valea.

Jelas, gadis itu memporak porandakan hidupku dan mengusik ketenangan yang aku bangun selama ini. Demi Tuhan, awalnya aku tidak pernah menganggap kehadirannya semasekali karena aku merasa dia hanya cinta monyet denganku. Tapi lama-kelamaan perasaan itu berubah. Aku nyaman dengan keberadaannya di sekitarku dan mempunyai rasa ingin memiliki yang besar terhadapnya.

Menjalin hubungan dengan gadis penuh perhatian seperti Valea membuatku merasakan hidup yang benar-benar hidup. Valea membuatku melupakan orang yang sangat aku cintai di masalalu dengan cepat. Valea itu gadis yang luar biasa, kuat, dan ajaib. Aku ingat waktu pertama kali dia mulai terang-terangan mendekatiku, aku selalu bersikap ketus dan tidak bersahabat. Tapi entah terbuat dari apa hati gadis keras kepala itu sehingga dia tetap bertahan di sisiku.

Saat bersamanya aku merasa seperti remaja labil yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Hubungan kami baik, sangat baik, kami sering bertemu, pergi jalan-jalan seperti sepasang kekasih pada umumnya, dan pergi ke suatu tempat berdua.

Semuanya terasa menyenangkan sebelum dua bulan kemudian aku di diagnosis menderita tumor otak. Tumor ini terletak di batang otak yang mengendalikan sistem syaraf otonom, jantung, pernapasan, dan posisinya membuatnya tidak bisa di bedah. Dan walaupun bisa, dokter menyarankan aku pergi ke luar negeri karena alat medis dan dokter disana lebih mendukung operasi penyakitku.

Tapi nyatanya operasi tidak semudah yang aku bayangkan. Aku pernah datang ke Singapura seorang diri dan menanyakan perihal penyakitku. Tumor ini memang bisa di angkat, tapi resikonya sangat tinggi. Kata dokter disana, mereka bisa mengangkat tumor di kepalaku tapi mereka harus memotong bagian batang otak, sepotong nukleus merah yang membantu mengendalikan bagian kiri tubuhku. Thats mean, aku bisa sembuh tapi bagian tubuh kiriku akan lumpuh. Dan resiko kegagalan operasi ini adalah kematian. Not a good options at all, right?

Jadi, aku memutuskan untuk tidak menjalani kemo atau operasi dan kembali menjalani hidupku. Terdengar egois memang, tapi aku merasa takut. Semua resiko pengangkatan tumor di kepalaku terdengar sangat mengerikan. Dan, aku tidak memberitahu soal penyakitku pada siapapun. Tidak Valea, tidak juga orangtuaku. Rasanya, berat memberitahu kabar buruk pada orang-orang yang sangat kita sayangi.

Tapi memang ada benarnya pribahasa sepandai-pandainya kita menutupi bangkai, baunya akan tercium juga. Pagi itu, setelah pulang dari reuni SMA aku menemukan Kenya ada di apartmenku. Perempuan itu duduk di sofa sambil menangis sesenggukan. Disitulah pikiran-pikiran buruk langsung menyerang kepalaku. Semalam aku mabuk dan tidak ingat apapun, apa jangan-jangan kami—

"Sejak kapan, Yo?" Tanyanya memulai pembicaraan.

Aku mengernyit tidak mengerti, "apa yang kamu lakukan disini?" Tanyaku balik.

"Aku yang bawa kamu pulang kemarin."

"Aku nggak ngelakuin hal macam-macam kan—"

"Enggak!" Potongnya. Kenya langsung menghampiriku dan menunjukkan sebuah kertas di depan wajahku,
"Sejak kapan kamu sakit?"

My Obsession is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang