📌 Permohonan Javier 📌

3.1K 329 12
                                    

Jangan lupa vote ya!

Sekali lagi aku memeluk Nyonya Espe, beliau telah baik padaku selama aku tinggal di Granada. Bahkan ia sempat menahanku untuk tidak pulang dulu, ia masih merindukan sosok anak perempuan. Ralat, bukan merindukan tapi menginginkan. Maka setiap ada perempuan muda tinggal di rumahnya ia akan sangat senang.

Tuan Ramirez mengangguk sambil tersenyum padaku, ia juga sangat baik selama aku tinggal di sini. Meski kami jarang mengobrol. Ivan juga ada saat aku pamitan. Ia juga bilang suatu saat nanti akan berkunjung ke Indonesia, ia ingin ke Bali. Tapi, aku sama sekali tidak melihat Javier. Apa ia tak ingin bertemu denganku untuk yang terakhir kali? Tapi itu bagus, aku tak perlu melihat wajah Matt pada tubuh Javier. Hanya semakin membuatku merana saja.

“Baiklah semuanya, aku pamit dulu. Kapan-kapan giliran kalian ya yang berkunjung ke Indonesia,” pamitku. Untuk yang terakhir kali aku memeluk Nyonya Espe dan menempelkan kedua pipi kami beberapa kali.

“Hati-hati Haya, kabari kami jika sudah sampai di Indonesia,” ujar Nyonya Espe, matanya berembun. Aku pun mengangguk sembari tersenyum.

Aku berbalik, menyeret koperku, meninggalkan keluarga Matamala. Di dekat pintu gerbang ada sebuah taksi yang sudah dipesan Yoda, Yoda juga sudah menunggu di dekat taksi.

“Tunggu Haya!” suara bariton itu membuat langkahku terhenti. Aku menoleh ke belakang. Di sana tampak Javier beridiri sembari menenteng ransel berwarna hitam di pundakknya. Ia mengenakan jaket berwarna hujau tentara dan jelana jeans hitam. Rambutnya terlihat lebih rapi dan sepertinga ia baru saja mencukur kumis dan cambangnya. Ya Allah, itu semakin membuatnya sangat mirip Matt di masalalu. Lagi-lagi jantungku berdegup kencang.

“Aku ingin ikut ke Indonesia,” katanya santai.

“Ikut ke Indonesia? Untuk apa, Javier?” tanyaku kaget. Ini benar-benar mengejutkan. Apa tujuannya untuk ikut aku ke Indonesia. Ya Allah, ini akan semakin membuatku teringat Matt, berada di sisi Javier untuk waktu yang cukup lama, sepertinya.

“Aku sudah mempersiapkan paspor dan visa jauh-jauh hari. Aku tahu kau akan pulang ke Indonesia dan aku perlu ikut.”

“Iya tapi untuk apa, Javier?”

Come on, Haya. Tentu saja untuk Sekar. Aku ingin mencarinya dan kuharap kau bisa membantuku.”

“Javier, kau jangan nekat, Nak. Untuk apa kau masih mencari Sekar? Lupakan saja dia.” Kali ini Tuan Ramirez angkat bicara, ia berjalan mendekati Javier.

“Tidak, papa. Aku merasa bahwa aku masih punya harapan. Tolong biarkan aku berjuang untuk cintaku. Bukankah kau melihatku bahagia? Dan Sekar adalah kebahagiaanku, Papa.”

“Biarkan dia, Ramirez. Dia sudah dewasa dan tahu yang terbaik. Bukankah dulu kau rela menentang ayahmu juga hanya untuk bisa menikahiku?” Nyonya Espe memberikan dukungan.

Gracias, mama.” Javier menghambur memeluk ibunya. Dan akhirnya Tuan Ramirez pun pasrah.

-o0o-

www.matthewworld.blogspot.com

Monday, 5 January 2015

Seeing you smile is a gift, my light
If i can grab you and locking you in my arms
I’ll not feel dark, my light
You’re a light from heaven of God for me

Hugging you is a hope, baby, oh my light
Every night i light a candle in the dark
So i can see my light
And you are very difficult to achieve

MAAF. SEBAGAIAN DIHAPUS GUNA KEPENTINGAN PENERBITAN.

Terima kasih suda vote.

Gunungkidul, 18 Juni 2018

Di Bawah Langit Granada (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang