📌 Di Bumi Bagian Ayodya 📌

2.9K 333 2
                                    

Jangan lupa vote ya!

Jangan lupa vote ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hahahahahahaha ....”

Terdengar gelak tawa Yoda memenuhi ruangan, hingga beberapa pengunjung menoleh ke arah kami sambil menggumamkan kecaman karena sikap Yoda dianggap sangat mengganggu. Aku reflek memukul Yoda dengan buku menu yang ada di hadapanku.

“Kamu nggak sopan banget sih, Da.”

“Habisnya lo lucu banget, Ay,” jawab Yoda masih dengan tawanya, ia tak peduli kecaman orang-orang karena sikap tidak sopannya.

Lo? Yoda kembali menggunakan sebutan itu? baru beberapa saat sikapnya sangat manis dan agak sopan. Hanya agak. Tapi kali ini ia baru saja kembali pada sifat aslinya. Kurasa memang ada yang tidak beres dengan otak Yoda.

“Lucu? Apa maksudmu?” tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku.

“Bener-bener sulit buat menggapai lo, Ay?” Yoda menghentikan tawanya, ia meraih gelas jus jeruknya, lalu menyedotnya hingga habis.

“Maksudmu apa sih, Da?” Yoda merebahkan punggungnya di sandaran kursi, lalu ia menyilangkan kakinya. Kedua matanya tertuju padaku.

“Gue kira lo bakalan luluh sama gue seperti gadis-gadis lain. Eh, ternyata sulit juga bikin lo melting. Lo malah mirip terdakwa yang akan kena hukuman mati. Apa lo nggak pernah dirayu sama cowok, Ay?”

“Biasanya nih ya, kalau ada cewek yang gue perlakuin seperti lo tadi, setelahnya bakalan nempel terus ke gue. Kenapa lo nggak sih, Ay? Gue malah pengin ketawa lihat ekspresi lo tadi. Ternyata percobaan gue gagal. Hahahahaha.”

PLAK!.

Reflek tanganku menampar pipi Yoda dengan sangat keras. Lalu aku berlari secepatnya keluar restoran, meninggalkan Yoda yang kesakitan. Aku tak menyangka Yoda akan mengeluarkan kalimat-kalimat itu dari mulut buayanya. Oh ya Allah, apa yang sedang kualami sekarang ini? Dirayu oleh sahabat sendiri. Ralat! Dijadikan bahan percobaan oleh sahabat sendiri, lebih tepatnya percobaan untuk mempraktikkan jurus buayanya. aku tak mengerti kenapa sebutan untuk lelaki yang gemar memainkan hati perempuan adalah buaya. Padahal, kenyataannya itu buaya hanya setia pada satu pasangan saja. I don’t care. Yang kupedulikan sekarang adalah betapa sakitnya hatiku.

Entah mengapa aku merasa sangat sedih dan marah hingga tanganku reflek menampar Yoda. Yoda memang keterlaluan. Belum cukupkah ia mempermainkan hati para gadis yang menjadi korbannya, hingga ia tega berbuat itu padaku. Sahabatnya.

“HAYA!” ternyata Yoda mengejarku. Aku tak mempedulikannya, aku terus berlari. Aku benar-benar merasa sedih, marah dan sangat malu. Bisa-bisanya tadi aku merasa tersanjung ketika Yoda mencoba merayuku. Apa yang kulakukan tadi? Ya Allah.

“HAYA TUNGGU!” Yoda terus berteriak dan berlari mengejarku.

I can explain it!” ujar Yoda dengan tegas ketika ia berhasil meraih pergelangan tanganku. Aku mengerang dan memberontak, akan tetapi cengkeraman tangan Yoda begitu kuat. Gadis mungil sepertiku tak akan mampu melawan kekuatan pria dewasa seperti Yoda.

I’m so sorry for it, Haya.” Yoda menatapku sambil terus mencengkeram pergelangan tanganku. "Gue nggak tahu kalau apa yang gue lakukan akan menyakiti perasaan lo. Gue hanya ...”

“Hanya ingin mempermainkan aku seperti gadis-gadismu itu? Ingat Yoda! Aku nggak sama seperti mereka.” Akhirnya airmataku meleleh. Entah mengapa aku merasa sangat sedih hingga harus menteskan airmata seperti ini. Ada apa denganku? Biasanya saat Yoda berbuat usil padaku, aku selalu biasa saja. Tapi kenapa yang satu ini rasanya sangat menyedihkan?

“Nggak seperti itu ... Please! Maafin gue. Lo tahu, Ay. Gue nggak akan pernah bisa benar-benar menyakiti lo. Kita udah bersahabat sejak kecil. Jangankan orang lain yang menyakiti lo, gue nggak akan pernah bisa maafin diri gue sendiri kalau sampai lo tersakiti.”

Aku masih bergeming. Aku sendiri juga tak faham dengan apa yang kurasakan saat ini. Otak dan hatiku benar-benar tidak bisa selaras. Apa yang Yoda lakukan tadi sangat menyakitkan. Bayangkan! Jika kamu di perlakukan seperti itu oleh sahabatmu sendiri. Bagaimana perasaanmu? Itu sangat menyakitkan, bukan?

“I love you more than all girls i’ve ever met. We are best friend, aren’t we?”

Tiba-tiba tubuhku tertarik kedepan. Sekejap aku tidak bisa memprediksi apa yang telah terjadi padaku. Semuanya terasa begitu gelap. Tapi aku merasakan sekujur tubuhku menghangat, nyaman namun begitu sesak. Hingga aku sulit bernafas. Aku juga mendengar sesuatu yang mirip suara genderang perang. Sedang berada di bumi bagian mana aku sebenarnya? Kenapa semua terasa begitu memusingkan dan aneh.

Oh tidak! Ternyata aku sedang berada di bumi bagiana Ayodya. Tidak! Yoda memelukku. Yoda benar-benar memelukku. Bahkan aku bisa mencium aroma tubuhnya. Aroma parfum pria, keringat dan wine bercampur jadi satu. Dan suara mirip genderang perang tadi adalah suara degup jantung Yoda. Tidaaaaak! Reflek aku mendorong tubuh Yoda dengan kasar.

PLAK! Tanganku kembali menampar pipi Yoda, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Yoda benar-benar sudah tidak waras.

“Satu hal lagi, Yoda!” jari telunjukku ter arah pada wajah Yoda yang, yang sangat menawan. Ya ampun. “Kamu nggak bisa seenaknya menyentuhku atau memelukku seperti para gadismu itu.” aku berlari, meninggalkan Yoda yang kesakitan. Lagi.

-o0o-

Iqro
Iqro
Iqro
I can’t read, he said
And Gabriel hugged him so tight
Then Gabriel said, read in the name of your God
After that a big event heppened
A noble man has been sent to be the last Messenger
He is Muhammad ibn Abdullah SAW

Sebelum tidur aku membaca buku puisi pemberian Matt. Aku selalu menyempatkan membacanya. Puisi-puisi yang ditulis Matt membuatku bisa lebih mencintai Rasulullah SAW. Setelahnya aku selalu membaca sholawat, sebagai salam rinduku pada beliau SAW. Semoga dengan ini beliau akan memberiku syafaatnya di Yaumil Akhir nanti. Peace be upon him.

Terdengar suara ketukan pintu. Aku mengenakan jilbabku asal, aku pun bergegas membuka pintu. Ternyata Tante Anggi.

“Boleh tante masuk, sayang?” tanya Tante Anggi lembut sambil membelai pundakku.

“Silahkan, Tante.”

Kami pun masuk. Tante Anggi membawaku duduk di tepi ranjang. Tante Anggi membelai punggung tanganku, lalu beralih ke wajahku. Setelah itu Tante Anggi memelukku dengan erat.

“Katakan pada Tante! Apa yang terjadi padamu dan Yoda?” tanya Tante Anggi akhirnya.

“Aku ... dan ... Yoda? Ti ... tidak ada apa-apa, Tante. Kami baik-baik saja.”

“Kalian nggak bisa membohongi tante. Tadi kalian pulang masing-masing. Apa kalian bertengkar tadi?”

“Tidak.”

Tante Anggi menangkup wajahku. Seketika jantungku berdesir. Aku jadi merindukan ambu. Rasanya sudah lama aku tidak diperlakukan seperti ini oleh ambu. Saat aku sedang bersedih, pasti ambu akan memperlakukanku seperti ini. Dan itu mampu membuat hatiku tenang.

“Tante nggak pernah melihat Yoda semenderita tadi. Air mukanya sangat memprihatnkan. Dan sebagai seorang ibu, tante tahu ada hal yang terjadi pada anaknya. Tapi tante nggak tahu itu apa. Katakan pada tante, Haya!”

“Yoda hanya sedang lelah saja, Tante. Tadi Haya merajuk minta ditemani belanja souvenir tapi Yoda menolak. Itu salah Haya, tante. Seharusnya Haya nggak memaksa Yoda seperti tadi.” Aku terpaksa berbohong. Aku tak mungkin  mengatakan yang sebenarmya pada Tante Anggi.

“Baiklah. Tante harap kamu mengatakan yang sujujurnya.” Tante Anggi kembali memelukku.

Gunungkidul, 04 Juni 2018

Terima kasih sudah vote

Di Bawah Langit Granada (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang