📌 Tapi Tak Kembar 📌

3.2K 350 6
                                    

"Ay, ikut gue balik ke Barcelona yuk!" ujar Yoda tiba-tiba. Usai sholat maghrib aku dan Yoda duduk di halaman belakang rumah Keluarga Matamala. Sementara Javier belum pulang dari menjemput orangtuanya dan adiknya di stasiun.

"Ikut kamu? Buat apa?"

"Ketemu sama ayah sama bunda. Pasti mereka seneng ketemu lo. Mbak Tika juga pasti seneng deh. Udah lama banget kan lo nggak ketemu mereka."

"Jadi ... Mbak Tika juga ada di sini? Liburan ya? Dia jadi model di Indonesia kan? aku sempet lihat di acara TV, Mbak Tika jadi bintang tamunya," tanyaku terkejut. Mbak Tika adalah kakak perempuan Yoda yang menjadi model papan atas di Indonesia.

"Mbak Tika menetap di sini sekarang, baru 6 bulan sih di sini. Dia nikah sama seorang pengusaha asal Spanyol. Yaaah ... semacam cinlok gitu deh. Jadi, Mbak Tika pernah pemotretan di hotel miliknya. Sebenarnya mereka tinggal di Guadalajara, hanya kalau weekend mereka mengunjungi ayah sama bunda. Kalau gue sih lebih milih tinggal di apartemen. Kalau pengen pulang ke rumah ya pulang."

"Kangen juga sih sama mereka. Tapi ... jadwalku di sini padat dan aku juga akan segera pulang ke Indonesia."

Yoda mengerutkan keningnya, bibirnya mengerucut, sepertinya ia kecewa mendengar ucapanku barusan.

"Yah, Ay. Lo nggak kangen sama bunda gue? Padahal gue bilang sama bunda kalau lo ada di sini dan dia seneng banget karena gue mau ajak lo ke Barcelona. Gue bakal minta bunda buat bikinin Roti Unyil kesukaan lo deh." Bujuk Yoda dengan wajah memohon.

Dulu, aku memang dekat dengan Tante Anggi, ibunda Yoda. Beliau adalah orang yang baik dan jago masak. Saat beliau menjemput Yoda di rumah neneknya, beliau selalu membawakan aku oleh-oleh Roti Unyil. Cemilan khas Bogor yang bentuknya kecil, itu sebabnya kenapa namanya Roti Unyil.

"Memangnya Tante Anggi bisa bikinnya? Bukannya dulu itu beli ya?"

"Jangan remehin bunda gue, Ay! Doi jago banget bikin Roti Unyil. Asal lo tahu aja ya, dulu itu bunda gue bikin sendiri. Roti Unyil juga makanan kesukaan gue, jadi bunda sering bikin makanan itu buat gue."

"Serius? Waaah ... padahal dulu itu enak banget. Pantes aja aku pernah minta abah buat nyari seantero Bogor nggak ada yang rasanya mirip seperti yang Tante Anggi bawa."

Roti Unyil yang sering Tante Anggi bawakan untuk aku dulu memang sangat lezat, teksturnya sangat lembut dan manisnya pun pas. Dulu, setelah keluarga Yoda pindah ke Jakarta, aku tidak pernah lagi mendapat Roti Unyil itu. Aku sempat merengek-rengak pada abah untuk membelikan Roti Unyil yang rasanya mirip dengan yang selalu Tante Anggi bawakan untukku aku. Akan tetapi hasilnya nihil, tak ada satupun yang rasanya mirip seperti itu.

"Jadi lo mau kan ikut gue ke Barcelona, Ay? Gue yakin pasti bunda seneng ketemu lo. Dari dulu dia nanyain kabar lo mulu. Ya gue bingun jawab apaan, kita kan lost contact."

"Mmm ... memangnya kapan kamu pulang?"

"Besok malem. Abis memenuhi ajakan Javier buat ngerayain kelulusan adiknya, gue bakalan langsung cabut."

"Memangnya harus malam ya?"

"Ya iya lah, Ay. Paginya gue udah harus sampe kantor buat laporin liputan gue."

"Liputan apa? Aku lihat kamu sama sekali nggak meliput apapun. Malah sibuk memotret. Bahkan kamu nggak pernah sedikitpun mendengarkan penjelasan Javier."

Yoda meraih cangkir tehnya, lalu menyeruputnya perlahan. Ia menoleh ke arahku lalu tertawa. Aku selalu jengkel jika mendengar Yoda tertawa, nadanya selalu mengejek.

"Nggak usah khawatir, gue wartawan profesional. Nggak usah sok mengeritik gue deh lo!"

Benar. Ia mengejekku. Yoda sekarang menjadi pemuda yang sombong dan suka tebar pesona. Jauh berbeda dengan Yoda masa kecil dulu. Dulu, Yoda itu super culun dan sangat cengeng.

Di Bawah Langit Granada (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang