📌 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan 📌

3.2K 344 11
                                    

"Apa yang sedang kalian bicarakan dini hari seperti ini? Sepertinya asyik sekali." Javier menarik satu kursi di depanku. Ia menatapku dan Yoda secara bergantian.

"Kami hanya membicarakan rencana kami ke Barcelona nanti malam setelah merayakan kelulusan Ivan," jawab Yoda dengan nada santai. Hmmm ... Yoda memang pandai sekali berkilah.

Javier mengerutkan keningnya, "kalian akan ke Barcelona?" tanya Javier santai namun terlihat ada sedikit rasa terkejut yang tergambar di wajahnya.

"Iya, ibuku ingin bertemu dengan Haya. Sudah lama sekali tidak bertemu. Terakhir bertemu sekitar 10 tahun yang lalu," jelas Yoda kemudian menyeruput kopinya. "Kamu mau kopi, Javier? Akan kubuatkan." Yoda hendak berdiri namun Javier menahan tangannya.

"Tidak usah, aku tidak terlalu suka kopi," jawab Javier.

Javier tidak terlalu suka kopi, kenyataan ini membuatku yakin bahwa Javier memang bukan Matt. Bahwasannya Matt adalah penggila kopi dan teh Bahkan ia mengaku sangat menyukai Kopi Luwak asli Indonesia, katanya di London ada restoran Indonesia langganannya yang menjual Kopi Luwak. Pemilik restorannya adalah orang asli Indonesia yang sudah 20 tahun tinggal di London. Sedangkan Javier, ia lebih suka air putih.

"Kalau begitu silahkan lanjutkan obrolan kalian. Aku akan bersiap ke Masjid lalu aku akan menuju The Halal. Sudah lama aku tidak mengecek ke sana," kata Javier akhirnya dan kemudian ia beranjak pergi.

Di ruang makan aku dan Yoda masih terdiam dengan pikiran masing-masing. Aku yang memikirkan Javier dan Matt, apakah mereka orang yang sama atau bukan. Sementara Yoda, aku tak tahu ia memikirkan apa. Kurasa ia memikirkan hal yang sama denganku, karena pandangannya tak lepas dari Javier yang berjalan menaiki anak tangga.

"Ay, jangan-jangan Javier dan Matthew itu adalah saudara kembar yang terpisah," ucap Yoda spontan saat Javier sudah tak terlihat. Ucapan itu sontak membuat mataku membulat sempurna. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa pemikiran Yoda tersebut pernah terlintas dalam pikiranku. Kemungkinan itu memang bisa saja terjadi.

"Menurut lo gimana, Ay?" desak Yoda meminta pendapatku.

"Aku tidak tahu, Da. Aku saja belum tahu Matt itu seperti apa. Mungkin saja mereka hanya mirip. Katanya di dunia ini ada 7 orang yang mirip. Kamu tahu sendiri kan kalau keluarga ini menganggapku mirip dengan gadis bernama Sekar itu, padahal aku sendiri tidak tahu sekar itu siapa."

"Muka lo kan emang pasaran, Ay." Celetuk Yoda. Aku hanya mendengus pelan mendengarnya.

-o0o-

Di sinilah kami sekarang, di Mirador de San Nicholas menikmati matahari tenggelam. Untung saja saat ini musim semi, jadi kami bisa menikmati indahnya sunset. Ya, aku memang selalu menyukai matahari terbenam. Setelah kami puas berkeliling Albayzin, membeli pernak-pernik dan minum kopi di salah satu kedai kopi paling terkenal di distrik ini. Aku, Yoda dan keluarga Matamala memutuskan untuk mengakhiri rangkaian perjalanan kami di puncak Albayzin, lebih tepatnya di Miradir de San Nicholas. Tempat ini merupakan alun-alun kecil yang memiliki banyak bangku, kafe dan pedagang souvenir. Ada juga musisi jalanan yang memainkan gitar Spanyol-nya dengan indah. Saat ini ada seorang pemuda berwajah timur tengah sedang memainkan lagu Tengo Fe dari Carlos Vives.

Dari sini kami bisa melihat dengan jelas pemandangan yang menjadi ikon kartu pos Granada, yaitu Alhambra dan Generalife. Ditambah dengan pemandangan alam Lembah Darro dan Pegunungan Sierra Nevada yang bermandikan cahaya jingga keungu-unguan. Berulang-kali aku berdecak kagum. Sungguh ciptaan Allah tiada tara keindahannya.

Jika mengingat bagaimana medannya untuk dapat sampai di Mirador de San Nicholas ini, memang membutuhkan stamina yang prima, dengan medan yang menanjak. Sungguh melelahkan. Namun semua rasa lelah terbayar lunas saat sampai di puncak. Pemandangannya sungguh membuatku enggan beranjak.

Bagiku, senja adalah saat dimana Tuhan mengistirahatkan hamba-Nya,
dalam sujud
Bagiku, senja adalah kebaikan dari sang surya
Hendak kembali ke peraduan saja,
Ia menyuguhkan kemilau yang memukau
Bagiku, senja adalah dimana aku meminta pada Tuhan,
Untuk segera dipertemukanmu
Aku merindumu melalui doa.

Puisi itu baru saja kutulis di buku harianku. Aku membaca ulang puisi itu hingga 3 kali, entah mengapa hatiku bergetar saat membaca baris terakhir puisi itu. Rindu? Memangnya aku merindukan siapa? Memangnya aku ingin segera dipertemukan dengan siapa? Aku tersenyum geli membaca tulisan itu.

"Ternyata kamu pandai membuat puisi," suara seseorang mengagetkan aku. Sontak aku mengangkat wajah, ternyata Juan sudah berdiri di depanku.

"Kamu mengagetkanku, Juan."

"Lo siento." (Maafkan aku: Bahasa Spanyol)

"No hay problema," (Tidak masalah: Bahasa Spanyol) balasku seraya tersenyum. "Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku menulis puisi?"

"Aku hanya asal menebak saja. Tapi benarkan?" aku hanya menjawa dengan anggukan.

Juan pun mengambil posisi duduk di sebelahku. Kursi yang menhadap langsung ke spot utama tempat ini. Pemandangan Alhambra dan Generalife yang bermandikan cahya senja. Sementara yang lain memilih duduk-duduk sambil meminum teh di salah satu Kafe di Mirador de San Nicholas ini.

"Aku masih nggak percaya kamu ini bukan Sekar. Kamu nggak membohongiku kan? Karena jika kamu benar-benar Sekar, aku tidak akan segan-segan menyeretmu dari sini dan menyuruhmu menghilang dari kehidupan Javier," ujar Juan dengan nada tegas, membuatku menelan ludah mendengarnya.

"Juan, kamu masih tidak percaya? Aku ini bukan Sekar, bahkan aku sama sekali tidak mengenalnya. Memangnya apa kesalahan yang diperbuat oleh Sekar sehingga kamu sangat membencinya? Padahal kulihat anggota keluargamu yang lain biasa saja."

Juan menghela nafas panjang, perlahan matanya meredup. "Sekar itu adalah gadis Indonesia yang pernah tinggal di rumah keluargaku selama ia menyelesaikan pendidikannya di kota ini. Ia memang gadis yang baik, bahkan aku pernah menaruh hati padanya. Aku dan Javier bersaing untuk merebut hatinya. Hingga Javier rela mengubah keyakinannya menjadi muslim. Namun tidak dengan aku, kurasa cinta tidak perlu senekat itu. dan akhirnya aku mundur. Apalagi setelah aku mengetahui bahwa Sekar juga menyukai Javier." Juan terdiam, aku melihat kelopak matanya berembun. Tapi sekuat tenaga ia menahannya agar embun itu tak jatuh.

"Oh jadi ini menyangkut dengan cinta segitiga. Apa Juan sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan?" bisikku dalam hati.

"Dan aku pun ikhlas menerima kenyataan itu. Apapun akan kulakukan agar Javier bahagia, dia adalah adikku. Tapi Sekar telah membuatku kecewa karena tiba-tiba saja ia meninggalkan Javier tanpa kabar. Aku tidak terima Javier-adikku disakiti seperti itu. Ia sudah membuat Javier merubah keyakinannya, setelah itu ia meninggalkan Javier dengan luka yang sangat perih. Aku tahu itu karena Sekar adalah cinta pertama bagi Javier. Dan ia juga sudah membuat Javier hampir gila." Juan melanjutkan ceritanya, aku hanya diam mendengarkan dengan seksama.

"Sejak saat itu aku sangat membenci Sekar karena ia telah membuat Javier menderita. Itu sebabnya kenapa aku bersikap kasar padamu semalam, itu semua karena wajahmu sangat mirip dengan Sekar."

"Semirip itukah?" tanyaku ragu.

"Memang tidak sepenuhnya mirip. Kulit Sekar lebih cerah dan wajahnya lebih tirus dari kamu. Tapi penampilanmu lebih modis daripada Sekar."

"Tapi kamu tidak seharusnya membenci Sekar seperti itu. Javier saja yang tersakiti bersikap biasa saja, malah kulihat ia masih mengharapkan Sekar. Dari kacamatau sih."

"Sampai kapanpun aku akan tetap membenci Sekar. Karenanya Javier jadi kehilangan ..."

"Hai, kalian ada di sini rupanya. Woooo, Mr. Juan jangan bilang kamu berniat menggoda calon istriku?" Tiba-tiba saja Yoda datang. Serempak aku dan Juan menoleh.

"Hahahahaha ..." Juan tergelak. "Tentu saja tidak. Tenang saja, Mr. Anggara. Ok, aku akan pergi. Sepertinya kalian butuh waktu untuk berdua dan menikmati suasana yang sangat romantis ini." Juan pun beranjak pergi dan memberikan tempat duduknya pada Yoda. Yoda segera mengambil posisi duduk.

"Hai ... calon istri. Hahahahahahahaha ..." Yoda tertawa terbahak-bahak ketika Juan sudah menghilang. "Jangan lupa, setelah ini lo akan bertemu calon mertua. Persiapkan diri lo dengan baik, Haya sayang. Hahahahaha ...." Yoda kembali tergelak.

"Tidak lucu, Yoda!" bentakku.

Gunungkidul, 09 Mei 2018

Di Bawah Langit Granada (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang