We don't meet people by accident
They are meant to cross our path for a reason
~ Rubyaanne ~
**
Suara burung yang berdecit terdengar jelas dari kamar gadis yang terletak di lantai paling atas. Dari atas kamarnya juga, ia bisa langsung menghitung jumlah mobil yang melintas di depan rumahnya. Maklum saja, rumahnya terletak tepat di bagian pinggiran jalan; di salah satu perumahan terpadat.
Dari 24 jam yang bergulir, ia paling menyuai suasana pagi. Terlebih aroma pagi yang menyisakan bau hujan yang turun deras kemarin malam—begitu menyegarkan. Membangkitkan suasana hatinya jauh lebih lebih baik dari semalam.
Menyemprotkan dua kali lagi wewangian ke tubuhnya, ia kembali mengendus bau wangi dari lengan bajunya. Lantas tersenyum dengan paparan wangi yang menyeruak sengit ke indra penciumannya. Sungguh bau yang menyenangkan.
"So Hyun~ah!"
"Nde!" sahut si gadis terdengar riang dari atas kamarnya. Seruan yang membalas panggilan sang ibu yang berada satu lantai di bawahnya.
Tangannya bergerak sigap; mengambil ransel bermotif polos miliknya yang sudah ia persiapkan sedari malam. Mengenakan kacamatanya sebagai polesan terakhir, gadis itu siap berangkat sekolah.
"Gud mor~ning, Eomma." Bersenandung, begitulah cara gadis tanggung itu menyapa sang ibu. Diikuti gerakannya yang cepat menyambar selembar roti yang sudah dipersiapkan sang ibu di bangku meja makan.
"Gud morning, Appa. Mmuah ...!"
Belum luntur senyum sang ibu mengembang dibuatnya, kini gadis yang sama beralih menyapa ayahnya. Tak melupakan mengecup sebelah pipi sang ayah yang sibuk membaca koran paginya.
"Aigo ... tidak bisakah kau mengecup ayah selagi tidak mengunyah?"
Si ayah mengusap sisa remah roti yang menempel di pipinya.
"Kita berangkat sekarang?" tanya ibu yang sudah selesai menyelesaikan tugasnya, termasuk menyediakan sarapan untuk keluarga kecilnya.
So Hyun berjalan keluar lebih dulu sembari menunggu kedua orang tuanya. Tidak menunggu di dalam mobil, ia hanya berdiri di sebelah mobil yang terparkir di depan rumah. Kebiasaan sederhana yang membuat tetangga Kim cemburu pada kemesraan mereka. Namun, hal sesederhana seperti itu juga menyisakan kebanggaan bagi So Hyun, putri mereka semata wayang keluarga Kim.
Ayah So Hyun bekerja selaku Manager Bank. Sementara ibunya seorang akunting di yayasan pengelola sekolah. Untuk dirinya sendiri—So Hyun—, ia hanya seorang pelajar biasa. Kalau juara satu memang bisa dibilang biasa, maka So Hyun memang pelajar biasa
Semuanya terlihat menyenangkan; memiliki ayah dan ibu yang luar biasa. Tidak ada keinginan berlebihan yang diinginkan So Hyun selain selalu bisa tinggal bersama kedua orang tuanya. Seperti sekarang.
Ya ... cuma itu yang ia inginkan
Hingga saat itu tiba.
Bruk!! Tinnnnnnnnnn ...!
Bunyi klakson panjang berdengung tiada henti.
Hentakan hebat yang membuat So Hyun terhempas kuat dari bangku belakang. Tidak mudah dicerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Semuanya terjadi sangat cepat.
So Hyun bahkan tidak mampu mengingat berapa lama kedua mobil saling menerjang. Matanya kini terasa berat sekedar untuk terbuka.
Samar-samar ia hanya melihat kepala sang ayah yang menempel di klakson mobil. Sementara sang ibu, entahlah ... So Hyun tak bisa memeriksa keadaan ibunya. Untuk dirinya sendiri saja ia sudah sulit untuk bergerak. Tidak itu kepalanya, kaki atau tangannya, semuanya mati rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay As You Are [END]
Fanfiction#rank 21 ~ #Kimsohyun (05/08/2018) Cerita sederhana layaknya kisah cinta pada umumnya. Diawali dengan pertemuan yang tidak terlalu baik, membuat keduanya tidak menemukan kesamaan. Meski keduanya saling membutuhkan. Bukan hanya ketidakcocokkan. Pada...