~ Flashback. Seoul, 2018. ~
Yeay! So Hyun jadi topik pembicaraan hari ini.
Bukan karena prestasinya. Tapi tepatnya berkat Yerin. Gadis itu melampiaskan kemarahannya dengan mengolok-olok So Hyun. Menyebar rumor bahwa gadis kampung bernama So Hyun tidak tahu malu mendekati Jungkook. Bahwa Jungkook dipaksa belajar dengannya untuk menyelamatkan So Hyun agar dapat diterima di Universitas Seoul. Begitulah gosip yang dibuat Yerin dan kawan kawannya untuk menjatuhkan So Hyun.
Bukan sesuatu hal yang membuat So Hyun terharu-biru. Menjadi pihak yang dilecehkan, sudah membuatnya terbiasa dengan perlakuan buruk Yerin. Tapi baru kali ini yang dinilainya berlebihan—keterlaluan.
Jung Yerin seharusnya tidak mulai menguak masa lalu So Hyun.
Sengaja, Yerin memajang potongan berita mengenai kematian kedua orang tua So Hyun di mading sekolah. Suatu sensitifitas yang tidak dimiliki Yerin yang masih memiliki kedua orang tuanya—lengkap.
"Kau hanya pembawa sial! Bukan cuma sampah, orang tuamu juga sampai tidak ingin membawamu ikut bersama dengan mereka!" seru Yerin yang didampingi teman-teman lainnya, yang sama tidak pekanya.
So Hyun tak peduli bagaimana dengan hidupnya. Tapi selama ia hidup, tidak ada yang boleh menghina kedua orang tuanya. Tidak juga dengan Yerin yang tidak tahu apa arti orang tua baginya.
Dengan membawa sobekan berita yang sengaja ditempelkan Yerin, So Hyun berjalan ke depan Yerin dengan matanya yang nanar. Ia melemparkan sobekan kertas itu tepat di depan wajah Yerin.
So Hyun hendak melayangkan pukulan pada Yerin, sayang tangannya tertahan. Dan orang itu siapa lagi kalau bukan Jungkook yang menahannya untuk memukuli Yerin.
So Hyun berdecak tak percaya dengan bulir air matanya yang sudah jatuh. Mengira Jungkook akan membantunya atau membelanya, tapi sayang ia salah.
Jungkook tetaplah Jungkook. Ia masih bagian dari kumpulan dari orang bodoh seperti Yerin.
"Lepaskan aku!" teriak So Hyun menggila.
Jungkook mendorong tangan So Hyun. Sementara Yerin dengan sikap manjanya berusaha mengambil kesempatan dengan bersembunyi di balik tubuh Jungkook.
"Aku takut, Kook~ah. Gadis itu sudah gila. Tiba-tiba saja dia mengamuk." Yerin menampilkan lakonan apik—bersandiwara.
"Aku memang gila! Dan aku juga tidak segan membunuhmu kalau sekali lagi aku menemukan kau melakukan hal seperti ini. Kau mungkin boleh mengejekku, tapi tidak kedua orang tuaku!" teriak So Hyun dengan urat di lehernya yang tampak menegang.
So Hyun beranjak pergi. Bukan menuju kelasnya, tapi memilih pergi meninggalkan sekolahnya. Mungkin ini pertama kalinya ia membolos.
Ia tak peduli. Sungguh, ia tak peduli.
Di sisi lain, Jungkook mencengkram tangan Yerin dengan kuat setelah melihat kepergian So Hyun. Walau gadis itu merintih dan memohon untuk segera dilepaskan, tapi Jungkook tidak melepaskan Yerin semudah itu.
"Apa yang sudah kau lakukan padanya?" tanya Jungkook dengan tatapan dingin menembus batas keberanian Yerin.
"Akh ... lepaskan aku, Kook~ah. Kenapa kau menyakitiku karena gadis kampung sepertinya," tatih Yerin masih meringis kesakitan.
"Kau yang menyakiti dirimu sendiri. Katakan padaku! Apa yang sudah kau lakukan!" bentak Jungkook menyeramkan.
Yerin perlahan menujuk jarinya pada sobekan kertas yang masih bertebaran di sekitar kakinya.
Jungkook memiringkan kepalanya dan melepaskan tangan Yerin. Ia memungut sobekan kertas dan masih belum mengerti maksudnya.
"Apa ini?" tanya Jungkook lagi pada Yerin.
"Itu ... itu tentang berita kematian kedua orang tua So Hyun, 2 tahun lalu. Kecelakaan mobil."
Sekujur tubuh Jungkook membeku. Ia memungut sisa potongan yang masih tergeletak di lantai. Memandangi satu per satu, hingga tubuhnya terperosot sesaat membaca nomor plat mobil yang menjadi korban kejadian naas itu. Salah satu korban peristiwa kelam itu adalah kedua orang tua So Hyun, Kim Dong Wook dan Goo Hye Sun.
Tenaganya menguap. Jungkook tak kuasa menahan air matanya untuk turun.
"Jungkook~ah ... kau kenapa?" tanya Yerin yang tak mengerti perubahan sikap Jungkook.
Jungkook menghempaskan tangan Yerin. Dengan sisa tenaga yang ia punya, Jungkook berlari keluar sekolah.
**
Berada di luar sekolah, di salah satu bangku taman kota, di sana Jungkook mulai memejamkan matanya.
Dua tahun lalu ... tepat saat ia mengalami kecelakaan. Kejadian yang tidak mungkin dilupakannya seumur hidup.
~ Jungkook flashback ~
"Matilah kau dasar anak tak tahu diri! Sampai kapan kau akan terus mencoreng nama baikku? Mulai hari ini kau akan pindah! Jangan sampai kau berulah atau aku yang akan membunuhmu!"
Darah sang ayah, tuan besar Jeon, benar-benar mendidih melihat Jungkook yang tidak usai membuat kekacauan lagi. Berkelahi, mabuk di usia belum cukup, bolos, mengebut di saat tidak memiliki SIM, masih banyak keliaran yang tidak bisa disebutkan.
Jungkook mendengus sinis. Sangat hapal dan tahu ayahnya mengucapkan ancamannya dengan serius. Bagaimanapun, keluarga ini hanya peduli akan nama baik dibandingkan hidup kedua anak mereka.
"Kook~ah ... berhentilah bersikap seperti ini. Dewasalah," bujuk sang ibu yang tak berhenti bergetar melihat kemarahan sang suami.
Jungkook menatap ibunya. Terus terang saja, ia kasihan melihat ibunya; usaha yang sia-sia membujuknya.
Ia tidak akan berubah. Tidak selama keluarganya masih seperti ini.
"Ah ... bolehkan aku minta kuburanku dibuatkan dari keramik yang paling mahal Ayah," tutur Jungkook menantang. Semakin menyulut kemarahan sang ayah.
Jungkook menancapkan gas mobil yang diambilnya begitu saja dari rumah besar. Toh, ayahnya tidak akan langsung kehilangan satu mobil mewahnya kalau ia membawanya. Ayahnya masih memiliki mobil lain yang jauh lebih mahal daripada yang ia kendarai.
Jungkook seakan menilai murah dengan nyawanya sendiri. Masih sangat pagi untuk menguji nyalinya.
Jalanan sudah mulai terlihat padat dikarenakan rutinitas pagi setiap orang. Meski tidak dengan Jungkook yang mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Ia mungkin ingin mengabulkan permintaan sederhana sang ayah.
Dan tepat saat itu, Tuhan sepertinya benar mendengar nyali Jungkook. Lantas menjawab doanya.
Mobil yang dikendarai Jungkook mulai kehilangan arah saat akan menghindari mobil yang berada didepannya.
Semuanya terjadi begitu cepat.
Buk! Tinnnnnnnn ....
Bunyi klakson panjang masih berhasil didengarnya. Jungkook sempat memegang dahinya yang terasa mengeluarkan darah segar. Ia tersenyum menang. Mungkin ini saatnya ia akan mati. Setidaknya ia tidak menyesal bisa mengabulkan permintaan sang ayah.
Seiring semua orang berjalan mendekat semuanya ke arahnya, pandangannya mulai terasa samar dan perlahan terus menghilang.
Jungkook kehilangan kesadarannya.
***
😭😭😭😭
Mulai bisa nebak kenapa kan??
Moga masih nungguin kelanjutannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay As You Are [END]
Fanfiction#rank 21 ~ #Kimsohyun (05/08/2018) Cerita sederhana layaknya kisah cinta pada umumnya. Diawali dengan pertemuan yang tidak terlalu baik, membuat keduanya tidak menemukan kesamaan. Meski keduanya saling membutuhkan. Bukan hanya ketidakcocokkan. Pada...