Page 09

1.5K 281 21
                                    

~ still Flashback, 2018 ~

Cahaya lampu terasa menyengat matanya. Kekuatan untuk membuka pelupuknya seakan tidak mengikutinya. Meski pada akhirnya, kedua iris tersebut berhasil terbuka lebar.  Wajah sang kakak, Jeon Boram, menjadi orang pertama yang dilihatnya.

"Kau sudah sadar? Syukurlah. Aku akan segera memanggilkan dokter."

Belum sempat Jungkook menjawab, atensinya hanya bisa menuruti kepergian sang kakak yang melesat meninggalkannya.

Ingin rasanya menggerakkan tubuhnya; sekedar ingin mengganti posisi tubuh. Tapi rasanya begitu sulit. Semunya terasa berat.

Bukan cuma kakinya. Namun, untuk sekedar memiringkan badannya ke samping, Jungkook seakan tidak memiliki tenaga yang tersisa. Seluruh tenaganya menguap tak bersisa di daksa.

"Kau sudah sadar rupanya. Baguslah. Sekarang aku akan memeriksamu."

Jungkook yakin pria itu adalah dokter—yang dimaksud sang kakak. Bukan hanya karena sang kakak datang bersama dengan pria jas putih itu, melainkan karena pria yang sama tersebut yang satu-satunya mengeluarkan senter dan mengarahkan ke dalam kedua bola mata Jungkook.

Ia yang melakukan pemeriksaan pada Jungkook yang tidak bisa melawan sama sekali padanya.

.

.

.

.

.

.

~ Jungkook POV ~

Aku bosan.

Rasanya aku sudah terlalu lama berada di sini. Tempat yang sesak; berselimutkan bau obat yang menyengat di indra penciumanku.

"Noona ... kapan kita pulang?" tanyaku pada kakak perempuanku yang selalu setia menjagaku.

Hanya sekali ibuku datang dan mengunjungiku. Itu pun diisi dengan tangisan. Tapi tidak dengan ayahku yang sekali pun tidak pernah melihatku.

Ah ... mungkin dia menyesal kenapa aku tidak mati di saat itu juga. Nyatanya aku masih bertahan, rasanya jauh dari ekspektasinya.

"Kook~ah ... kau baru sadar setelah hampir dua minggu koma. Biarkan para dokter itu memeriksa dan memastikan kau benar-benar boleh pergi dari sini."

Aku merengut mendengar ucapan saudariku. Siapa yang tidak tersiksa menghabiskan waktu hanya dengan tiduran di tempat tidur? Kakiku masih terluka parah akibat terjepit saat mobil kecelakaan.

Dan ah ... aku lupa menanyakan ini pada kakakku.

"Noona ... apa waktu kecelakaan itu hanya aku yang terluka? Kau benar tidak berbohong orang di mobil yang kutabrak saat itu baik-baik saja?"

Tak banyak, tapi setidaknya ingatan tak pudar seutuhnya. Aku mengingat jelas saat itu mobilku tidak mengalami kecelakaan sendiri. Masih ada mobil lain yang bersama denganku yang mengalami kecelakaan.

Jangan tanyakan bagaimana perasaanku. Pastinya, aku akan merasa bersalah kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk dan menimpa penumpang di mobil tersebut.

"Bukankah sudah kubilang jangan khawatirkan orang lain. Khawatirkan dirimu sendiri kalau kau ingin cepat keluar dari sini!"

Aku heran. Rasanya tidak ada yang ganjil dengan pertanyaanku, tapi kenapa Noona sampai membentakku?

Aku hanya ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak lebih.

~ flashback off ~

Stay As You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang