Page 18

1.2K 233 21
                                    

Caution :

Engga dosa lho yang namanya ninggalin jejak

Klik ⭐️ atau comment, tetap ditunggu

Happy reading ♥️♥️

**

Jungkook bergerak tak menentu. Masih dengan jari yang menyentuh pelipisnya, ia bergerak dari kanan ke kiri— secara bergantian. Ibarat setrikaan, Jungkook terus bergerak dalam rute monoton di dalam ruangannya.

"Kau sedang apa?" tanya Kim Bum sesaat masuk ke dalam ruangan lelaki yang menjadi pimpinan tertinggi di Care Cosmetic.

"Aku pusing," jawab Jungkook singkat.

"Kalau begitu aku malah double pusing melihat tingkahmu," sahut Kim Bum lantas membuat Jungkook menghentikan langkahnya.

Ia—Jungkook—berjalan; mendekat pada Kim Bum yang duduk di kursi depan mejanya.

"Ahjussi ... aku rasa aku harus jujur kali ini padanya," tutur Jungkook gusar.

"Tentang?" Kim Bum membalikkan pertanyaan itu dengan begitu santai.

Sembari menyeruput kopi milik Jungkook yang tersaji sia-sia, Kim Bum masih gagal mengartikan pembicaraan Jungkook. Sama sekali tidak terjamah otaknya.

"Tentu saja tentang magang ini. Aku, ah ... bukan! Tapi kita. Kita sudah membohonginya. Dan aku tidak mau dia membenciku lagi."

Begitu cemas, Jungkook menggaruk bagian belakang kepalanya dengan kasar. Bahkan mengabaikan seringai licik Kim Bum yang terus menampilkan raut mengejek.

"Itu bukan mauku. Aku hanya menolongmu. Dan satu lagi, kau barusan bilang 'lagi'. Apa sekarang kau sudah baikan dengannya? Eiy ...."

Kim Bum tampak menikmati menggoda Jungkook. Tidak dengan Jungkook yang merasa kehadiran Kim Bum—lelaki yang jauh lebih matang darinya— sama sekali tidak menolongnya. Tidak juga ada lucu-lucunya.

"Jadi aku harus bagaimana, Ahjussi? Apa aku harus tetap berbohong atau jujur?" tanya Jungkook sekali lagi untuk memastikan keputusannya

.

.

.

.

.

.

Menerawangkan fokusnya, manik So Hyun begitu intens berpendar. Ia sedang mencari rekan kerjanya, sekaligus pria yang menjadi kekasih gelapnya. Waktu sudah siang, namun, yang ditunggu hingga sekarang belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Sesekali ia juga mengecek telepon genggam miliknya. Mungkin saja ada pesan yang terlewatkan olehnya. Mungkin saja sebenarnya pria Jeon itu sudah mengabari keberadaannya. Mungkin saja ia tak akan begini kalau memberanikan diri untuk memulai meneleponnya.

Ah ... bagaimanapun, harga dirinya masih begitu tinggi sekedar untuk memulai.

Pelik memang. Tapi So Hyun merindukan Jungkook. Harinya merasa bosan jika tidak melihat Jungkook. Biasanya, Jungkook akan tiba lebih pagi dan terlihat duduk di depan komputer. Lalu pria Jeon itu akan meng-input semua komponen kimia yang terdikte olehnya.

Tapi tunggu! Kalau dipikir lebih jauh, ada hal yang sebenarnya dari dul mengganjal di benak So Hyun.

Mengaitkan semua kebiasaan Jungkook dengan pekerjaan, Jungkook yang kerap ditemuinya meninggalkan kesan berbeda dengan Jungkook yang ia kenal saat sekolah.

Stay As You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang