Page 04

1.7K 277 22
                                    


~ Kim Sohyun POV~

Katakan ini keajaiban. Katakan bahwa aku sedang tidak bermimpi.

"Aw ...!"

Aku mencubit lengan tanganku sendiri. Sekedar meyakinkan kebenaran yang merayap di alam sadarku.

Sulit menahan senyum terbit di parasku. Ditambah dengan langkahku yang kini terasa lebih ringan. Ah ... aku bisa melangkah dengan riang.

"Seungwoo Oppa!"

Pria yang baru saja turun dari mobilnya itu, sepertinya terkejut melihat kedatanganku, gadis yang masih mengenakan bau seragam sekolah.

Inilah yang dinamakan keberuntungan. Selain mendapati berita baik, aku juga bisa bertemu dengan pria ramah yang kini menjadi kenalanku—mungkin. Memang, perkenalan kami terjadi kurang elit, bertempat di pemakaman ayah dan ibu. Tapi, hei! Tidak ada yang meminta pertemuan tidak sengaja itu akan terjadi di mana.

Balik lagi pada perjumpaan kami yang kedua, atensiku beralih pada papan nama yang dikunjungi pria bermarga Ong tersebut; sebuah restoran Jepang yang terkesan mahal.

"Kau baru pulang sekolah?" tanyanya menyentak lamunanku.

Aku menggangguk cepat. Masih mengulum senyumku, sepertinya irisnya begitu tanggap dan teliti menangkap raut bahagia di wajahku.

"Sepertinya ada yang sedang berbahagia. Apa kau bersedia menceritakannya padaku?"

Aku tersenyum. Kuakui hariku bertambah menyenangkan dapat berjumpa dengannya.

"Mungkin lain kali. Bukankah Oppa mau masuk ke dalam?"

Bergantian dia kini menganggukkan kepalanya.

Tepat seperti dugaanku. Ia—Ong Seungwoo—tidak terlihat seperti orang sembarangan. Restoran ini pastinya bisa dikujungi oleh orang-orang kaya. Dan dia, termasuk ke dalam  kelompok orang yang kumaksud.

"Ayo kita masuk!"

Dia menarik tanganku begitu saja. Tenaganya begitu besar hingga aku tidak sanggup melawan atau menolak untuk tidak masuk ke dalam restoran yang dimaksud. Tidak dengan penampilanku yang memalukan—seperti sekarang. Ia akan menjadi bahan ledekan kalau terlihat bersamaku.

"Tidak! Tunggu, Oppa!"

Masih berusaha melawan tenaganya, sayang usahaku gagal. Aku sudah terlanjur masuk ke dalam ruangan yang ternyata persis dugaanku.

Lampu yang teramang; tidak begitu gelap dan tidak begitu silau. Dekorasi yang penuh dengan bamboo, layaknya di Jepang. Bagaimana aku tahu sama seperti di Jepang? Setidaknya televisi pernah menujukkan padaku sekilas mengenai Jepang. Juga dari pengalamanku membaca buku. Aku bisa menyimpulkan bahwa tempat ini adalah restoran Jepang yang mewah.

"Selamat datang, Tuan Ong," sapa sang pelayan yang sepertinya sangat mengenal pria jangkung tersebut.

Berbeda denganku yang sontak membungkukkan tubuhku melihat pelayan itu menatapku. Rasanya aku seperti baru saja  melamar pekerjaan di sini. Badanku refleks bergerak.

"Hahaha ...."

Aku benci jenis tawa itu; tawa mengejek. Bisa- bisanya Seungwoo Oppa mentertawakanku yang hampir mati menahan malu.

"Anda sudah datang, Tuan Ong?"

Kali ini bukan pelayan pertama. Bisa kupastikan itu. Dari pakaian yang ia kenakan, penampilannya terlalu rapi untuk sekedar menyambut tamu. Mungkin dia sejenis manager tempat ini? Atau mungkin pemiliknya? Yang jelas, pria itu tampak lebih tua dari Seungwoo Oppa.

Stay As You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang