Page 12

1.4K 250 35
                                    

Seoul, 2020.

Mempercepat langkahnya, begitulah cara So Hyun menghilang dari sosok yang tak diharapkannya.

Bertemu dengan Jungkook, itu suatu pantangan untuknya. Apalagi berada dipelukannya, itu sama halnya seperti dosa besar.

Memeriksa detak di dadanya, So Hyun yakin jaraknya sudah cukup jauh untuk dikejar atau diikuti Jungkook. Bahunya turut bergerak—naik turun. Bukan karena deru napas yang memburu. Namun, salahkan karena hatinya yang kerap tak bersahabat dengannya. Selalu bergetar hanya karena seorang Jungkook.

Hal yang tidak bisa diampuni. Sulit mengakui bahwa hatinya terenyuh pada pembunuh kedua orang tuanya.

Jungkook mungkin bisa lepas dari jeratan hukum ketika kejadian itu dinyatakan 100% kecelakaan. Dikatakan bahwa mobil yang dikendarai Jungkook dalam kondisi 'bermasalah'. Begitu juga kondisi yang terjadi saat itu. Sejatinya bukan hanya mobil Jungkook yang terlihat ugal-ugalan di jalanan. Masih ada tiga mobil lainnya yang mengalami kecelakaan saat itu.

Hasil investigasi menyatakan bahwa pengendara mobil silver mettalic yang memicu kecelakaan pertama kalinya. Sementara mobil yang dikendarai Jungkook, yang berada dibelakangnya, hanya berusaha menghindar. Naas, mobilnya beradu dengan mobil orang tua So Hyun.

Penjelasan yang tidak lantas membebaskan Jungkook sebagai pihak yang bersalah dan menyebabkan orang tua So Hyun meninggal. Dan hal itu juga yang diyakini So Hyun sampai saat ini.

"Yoojung~ah!"

Fokus kebencian So Hyun menguap begitu merasakan ada panggilan masuk di ponselnya.

"Apa kau sudah menemukan tempat magangmu?"

Gadis Kim itu menepuk jidatnya—tidak terlalu keras. Benar saja. Hampir saja So Hyun melupakan hal sepenting itu. Padahal magang termasuk satu persyaratan untuk memenuhi kredit kuliahnya.

"Aku anggap tidak sebagai jawabannya." Masih suara Yoojung yang menjawab dari balik telepon.

"Apa di tempat magangmu masih bisa menerima satu orang tambahan lagi, Yoojung~ah?" Terdengar memelas, So Hyun mencoba membujuk sahabatnya. Lagi pula waktunya tak akan cukup mencari alternatif lainnya.

"Kenapa tidak minta tolong pada pacar tampanmu saja."

Jawaban Yoojung begitu ketus. So Hyun terlihat manyun. Ia sadar dan tak bisa melawan ocehan Kim Yoojung, satu-satunya sahabat yang ia miliki sejak masuk kuliah.

"Yoojung~ah ... sekali ini saja. Kumohon bantu aku." Melalui telepon, suara So Hyun terdengar merengek manja.

"Dasar kau ini! Baiklah. Aku akan coba bertanya pada manager-nya."

"Gomawo, Yoojung~ah.

Bahagia, So Hyun tersenyum menang.

Magang menjadi salah satu faktor penilai yang menentukan. Melakukan kerja praktek di tempat biasa tidak akan membuat ia terlihat menonjol.

Care Comestic, salah satu tempat magang yang sulit untuk dimasuki oleh para mahasiswa Jurusan Kimia. Selain termasuk sebagai perusahaan besar, jumlah anak magang yang diperbolehkan praktek di sana dikabarkan juga dibatasi.

Beruntung Kim Yoojung bisa berhasil magang di sana. Salah satu alasan terbesarnya karena sang paman merupakan pekerja di sana. Akan menjadi batu loncatan yang baik apabila So Hyun berhasil mendapatkan kesempatan yang sama di sana. Atau mungkin nantinya, kalau ia mampu menunjukkan kemampuannya, bukan tidak mungkin ia bisa mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sana.

**

"Apa kau tidak memerlukan magang, Tuan Jeon?"

Mulut yang tadinya terlihat sibuk mengunyah, kini terhenti tatkala Kim Bum, pria itu mengajaknya bicara di sela waktu jam istirahat.

Stay As You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang