Part 22

1K 225 28
                                    

Caution :

Engga dosa lho yang namanya ninggalin jejak

Klik ⭐️ atau comment, tetap ditunggu

Happy reading ♥️♥️

**

Tiupan angin sore yang sepoi mengantarkan wanita paruh baya tersebut larut dalam lamunan. Mengingat kesibukan dua anaknya, kini tak banyak yang bisa ia lakukan. Sebut saja salah satunya dengan lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian. Khususnya setelah sang suami tiada. Rasa sepi seakan tidak pernah usai dan lelah menggerogoti kerinduannya pada kehangatan rumah.

Sebuah rumah yang layak disebut rumah.

"Kim So Hyun ...."

Aneh memang. Entah kenapa ia tergeli untuk mengulang nama yang meninggalkan kesan mendalam untuknya. Meski tak ada penjelasan masuk akal kenapa ia begitu gigih untuk memutar rekaman wajah gadis itu.

Lantas ia memiringkan kepalanya. Mungkin bisa membantunya mengingat wajah gadis cantik itu terlihat akrab. Tetap masih potongan samar yang bergulat; saling menyatukan keping demi keping menjadi ingatan utuh.

Sungguh, di usianya yang semakin renta, mengingat menjadi hal yang menyebalkan. Lebih susah ketimbang menghapal nama gadis itu.

"Ibu!"

Wanita paruh baya tersebut memandang ke belakang; menyambut sang putri yang baru kembali menyelesaikan urusan—pekerjaannya.

Jeon Boram, putrinya yang berpostur kecil itu, mendekat dan mengambil posisi duduk persis di sebelah sang ibu. Usianya mungkin sudah matang, tapi kelakuannya tetaplah bak putri manja yang kerap merindukan sosok sang ibu. Keduanya saling merengkuh. Kedekatan sederhana yang tidak bisa dinikmati selalu, terutama mengingat kesibukan putra-putrinya kini. Belum lagi lagi sejak kegagalan pernikahannya, Boram lebih memilih bekerja demi mengisi kekosongan hatinya.

"Ttal ... ibu tiba-tiba teringat pada gadis yang kita jumpai di kantor siang tadi. Bagaimana kau bisa mengenalnya?"

Sang ibu tak tahan memuaskan rasa penasarannya. Bertanya pada Boram, mungkin bisa memenuhi ingin tahunya.

Boram lantas menegakkan punggungnya; sedang menatap lurus pada ibu yang mengusap surai pendeknya.

"Sekitar 2 atau 3 tahun lalu, aku tidak begitu ingat persisnya. Ibu ingat setelah Jungkook kecelakaan? Jungkook selalu mengeluh karena sakit kepalanya. Karena penyakitnya, Jungkook pernah beberapa hari tidak masuk ke sekolah. Dan gadis itu adalah teman sekelas yang pernah datang berkunjung ke rumah untuk menjenguk Jungkook. Tapi waktu itu penampilannya sangat jauh berbeda. Ia bahkan mengenakan kacamata dan tampak pendiam. Sangat berbeda dengan penampilannya sekarang. Sebenarnya, aku sempat tidak yakin apa dia gadis yang sama atau tidak," jelas Boram membuat sang ibu memanggutkan kepala—pertanda mengerti.

"Jadi dia teman Jungkook?"

Sang ibu memastikan kembali.

"Teman? Ah ... kurasa tidak bisa dibilang seperti itu, kalau mengingat yang pernah terjadi. Karena Jungkook ternyata sangat marah saat gadis itu datang ke rumah. Tapi yang membuatku heran ...,"

Boram menghentikan ucapannya tepat di saat rasa penasaran sang ibu memuncak.

"Kenapa?"

"Jungkook terlihat kesakitan saat gadis itu pergi. Dia yang mengusirnya, tapi malah Jungkook yang menangis. Pertama kali aku melihat Jungkook bersikap lemah seperti itu," sambung Boram menceritakan persis seperti yang tersimpan dalam ingatannya.

Stay As You Are [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang