XII. Amplop Merah

994 163 36
                                    


----

Jam pertama kelas XI IPA 3 pada hari Rabu adalah mata pelajaran olahraga.

Sedari pagi murid-murid sudah siap berganti pakaian dengan kaos olahraga identitas sekolah mereka.

Tak terkecuali Caca dan Dea yang baru saja keluar dari toilet untuk berganti pakaian. Setelah itu mereka menuju kelas untuk menyimpan seragam OSIS putih abu-abunya di loker.

Di setiap kelas memang di sediakan loker untuk memfasilitasi para murid-murid agar terhindar dari kehilangan barang-barang berharga ketika kelas kosong.

Ada 40 loker dari sebanyak 38 penghuni di ruang kelas Caca. Setiap murid memiliki satu loker yang sudah di tentukan sesuai nomer absen. Setiap loker memiliki nomer urut di depannya.

Caca kebagian loker nomer 8, dan sialnya loker tersebut berada di paling atas sendiri karena lokernya ada 4 tingkat dengan 10 deretan. 

Sempat kesal karena ia harus berjinjit untuk menggapai lokernya tersebut, namun akhirnya ia meminta seorang temannya yang bernama June untuk bertukar loker. Lumayan, loker June yang di tempati Caca saat ini berada di tingkat kedua jadi masih bisa di jangkau.

Caca membuka lokernya dengan menggunakan sebuah kunci yang di beri gantungan squishy kecil berbentuk donat berwarna pink.

Ia meneliti setiap isi lokernya jika saja ada sesuatu yang hilang atau terkadang ia menemukan beberapa buah surat cinta yang isinya tentang ungkapan rasa suka ke Caca. Entah, Caca tidak terlalu penasaran dengan siapa yang memberinya sebuah surat cinta tersebut. Jika sudah membacanya, ia akan menyimpannya begitu saja di tas dan tak ada yang ia beri tahu termasuk Dea, teman sebangkunya.

Dan benar saja, ia menemukan sebuah amplop berwarna merah yang ia yakini ada sepucuk surat di dalamnya. Namun, Caca sedikit heran karena tak biasanya ia mendapat surat yang terbungkus amplop. Biasanya, surat-surat yang di terima Caca tidak terbungkus apapun. Hanya selembar kertas yang bisa di masukkan ke dalam lubang loker yang tipis.

'Ini surat apa angpao?'

Caca mengambil amplop berwarna merah itu setelah seragam OSIS-nya ia taruh di dalam loker. Ia terdiam sebentar sambil membolak-balikkan amplop itu tanpa ia buka dulu. Sungguh Caca tidak merasa penasaran akan isi amplop itu, ia tidak peduli dengan puluhan surat cinta yang ia terima. Dan lagi amplop merah seperti ini malah mengingatkan dia tentang angpao yang sering ia terima dulu sewaktu masih kecil.

Namun, ia hanya penasaran akan suatu hal setelah menyadari ada sesuatu yang aneh. Bagaimana amplop setebal ini bisa masuk ke dalam lokernya?? Bahkan lubang tepi lokernya tidak sebesar itu.

Caca menutup lokernya pelan, kemudian ia mencoba memasukkan amplopnya tadi di sela-sela lubang tepi loker.

Dan hasilnya gagal. Tidak bisa masuk walau ia paksa hingga amplopnya sedikit sobek di tepinya. Caca terhenyak beberapa saat. Pantang menyerah, ia mencoba memasukkan amplop itu beberapa kali lagi ke dalam sela-sela lokernya.

Tapi sama saja, sia-sia. Amplop merah itu tidak bisa masuk walau sudah berbagai cara ia masukkan ke sela-sela loker.

Jadi, bagaimana amplop ini bisa masuk dengan mulus ke dalam lokernya? Apa mungkin ada seseorang yang menjebol lokernya? Tapi lokernya terlihat baik-baik saja tidak ada bekas bobolan. Lalu apa isi dari amplop ini?

Baru kali ini ia merasa penasaran dengan isi amplop yang di pegangnya itu dan siapa tersangkanya. Biasanya jika mendapat surat dari para secret admirer-nya, maka ia akan cuek dan tak ada rasa ingin mengetahui siapakah pengirim surat-surat itu.

Di bukanya lagi pintu loker yang sempat tertutup, kemudian ia membuka amplop dan mengeluarkan isinya dengan tergesa-gesa. Bukan berisi duit angpao, melainkan sebuah kertas putih yang sedikit agak tebal terlipat di dalamnya.

The Promise ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang