XVIII. Dugaan

785 150 26
                                    

-

Dua kali istirahat sekolah telah di lewatkan Caca dengan hanya duduk di dalam kelas. Tak ada selera untuknya keluar menuju kantin untuk mengisi perutnya. Bahkan roti isi yang telah di belikan Dea tidak ia makan sedikitpun. Sudah beberapa kali Dea menyuruhnya untuk memakan roti isi strawberry itu, tapi Caca tetap menolak dengan alasan tidak lapar.

Saat ini kelas mereka sedang jam kosong, karena guru yang bertugas berhalangan hadir. Seharusnya mata pelajaran bahasa inggris sudah berlangsung sekitar 15 menit yang lalu. Tetapi mereka hanya di beri tugas mengerjakan soal-soal fotocopy oleh guru petugas lain.

"Lo sakit?" tanya Dea yang sedari tadi merasa aneh terhadap sikap Caca. "Atau lo lagi ada masalah?"

Caca menoleh ke arah Dea, lalu menggeleng dan menampilkan senyum tipis. "Enggak. Gue baik-baik aja. Cuma lagi badmood."

"Yakin? Lo sekarang jago bohong tau ga! Cerita ke gu-"

"De, gue ke toilet dulu." Caca berdiri dari duduknya sebelum Dea selesai berbicara, berlari keluar kelas sebelum temannya itu menuntut penjelasan yang lebih jauh.

Sejujurnya ia tidak baik-baik saja. Sejak kejadian semalam dengan Jeffrey, sampai sekarang mereka bahkan belum saling berbicara satu sama lain. Biasanya Jeffrey setiap pagi sudah menjemputnya sekolah, tapi hari ini justru Jeffrey menyuruh Genta untuk menjemputnya. Bahkan sampai di sekolah, Caca belum melihat batang hidung Jeffrey sekalipun.

Dan setelah sampai di sekolah, Sekar dengan bahagianya memberitahu Caca bahwa ia di jemput oleh Jeffrey pagi ini. Sekar juga tidak lupa untuk mengatakan kata terima kasih kepada Caca yang telah membantunya dekat dengan Jeffrey.

Seharusnya Caca bahagia bukan? Akan tetapi, entah ia mendadak merasakan perasaan buruk dan ia tidak bisa tersenyum melihat Sekar yang bahagia.

Caca memutar keran wastafel di toilet, di basahinya tangannya kemudian ia sedikit membasuh wajahnya yang terlihat lebih kusut dari biasanya. Di pandanginya pantulan dirinya pada cermin di depannya. Ia menatap dirinya yang terlihat begitu menyedihkan dengan tampilan yang berantakan.

Segera ia mengambil tisu lalu menyeka wajahnya. Masih memandang cermin, ia menarik nafasnya dalam-dalam. Di paksanya sudut bibirnya untuk naik, agar bisa tersenyum seperti biasanya.

'Senyum Caca senyum! Bersihkan ke-badmood-an ini, bersihkan!'

Ketika ia tengah berfokus memandangi dirinya di depan cermin, tiba-tiba ada pantulan seseorang di cermin selain dirinya. Dan Caca segera sadar karena seseorang itu tengah berdiri di belakangnya sambil memandanginya lewat cermin. Caca segera menoleh ke belakang, mendapati seseorang yang ia cari-cari pada kemarin hari. Iya, itu dia, Karin!

 Iya, itu dia, Karin!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow.. hello Caca.." Karin berjalan menghampiri Caca dengan tangan yang di lipat di depan dadanya. Sampai di samping Caca, cewek itu sedikit mengibas rambutnya sambil memandangi Caca penuh seringai. "Gue kira, lo bakal nyari gue setelah June nyamperin lo kemarin."

The Promise ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang