XXVIII. Bad Liar

799 152 31
                                    

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari berpura-pura untuk mengacuhkan seseorang yang sebenarnya sangat dirindukan.

Iya, Jeffrey telah menyakiti dirinya sendiri. Di saat rasa kekhawatiran sekaligus rindu yang mengisi penuh seluruh rongga dadanya, ia hanya bisa menahannya sendirian dalam diam. Ia telah menyiksa dirinya sendiri untuk mengacuhkan Caca. Ini bukanlah hal yang mudah, ini terlalu sulit. Tapi ia harus melakukannya, karena ini demi kebaikan Caca.

Berpuluh-puluh pesan dari Caca terpaksa hanya bisa ia baca dengan perasaan gusar dan tidak tenang. Jarinya sangat ingin membalasnya, untuk sekedar menanyai bagaimana kondisinya saat ini. Tapi keinginannya tertahan begitu saja di saat bayangan kejadian minggu malam itu terlintas di dalam benaknya. Ia tidak bisa membiarkan Caca mengalami kejadian mengerikan itu untuk kedua kalinya.

Yang lebih membuat Jeffrey merasa frustasi adalah, bahwa kenyataannya Caca menderita akibat dirinya. Seseorang telah mengurung Caca karena dirinya. Kenyataan itulah yang membuatnya sangat merasa bersalah. Maka dari itu, ia sudah membulatkan tekad penuh untuk menjauhkan diri dari Caca, agar sahabatnya itu tidak mengalami kejadian yang lebih mengerikan lagi.

Pada akhirnya, ia harus menyakiti dirinya sendiri untuk bersikap dingin kepada Caca yang berada di hadapannya kini. Demi Tuhan, ini sangat sulit.

Melihat wajah pucat Caca di depannya membuat ia ingin segera merengkuh tubuh lemahnya itu kedalam pelukannya. Jeffrey ingin mengatakan bahwa ia ingin terus berada di sisinya untuk menjaganya. Jeffrey ingin Caca tahu bahwa ia mengkhawatirkannya. Dan Jeffrey juga ingin Caca tahu bahwa dia sangat merindukannya.

Namun, lagi-lagi semuanya tertahan begitu saja. Semuanya tertutupi oleh wajah dinginnya ketika menatap sepasang mata Caca yang terlihat sendu. Ia tahu bahwa Caca mencarinya, ia tahu bahwa Caca menunggunya. Tapi, ia tidak bisa merubah semua rencananya dari awal. Ia tidak mau Caca tersakiti karena dirinya lagi.

'Maafin gue, Ca.'

Berkali-kali ia hanya bisa mengatakan kata maaf di dalam hatinya, tanpa bisa ia ucapkan langsung kepada Caca.

"Gue pergi duluan."

Dan hanya itu yang dapat Jeffrey katakan setelahnya. Beberapa detik berhadapan dengan Caca sudah membuat niatnya itu goyah.

Jeffrey meninggalkan Caca dengan perasaan bersalah yang teramat sangat. Ia terus melangkahkan kakinya dengan berat, menjauh dari sosok yang ia rindukan. Ada segelintir niat untuk membalikkan badan, tapi ia tetap tidak bisa.

Setelah beberapa langkah menjauh, Jeffrey melihat sosok seorang perempuan yang ternyata sudah menunggunya. Sekaligus sosok yang sebenarnya telah ia curigai akan keterkaitannya dengan peristiwa Minggu malam yang menimpa Caca.

Maka dari itu, selama dua hari ini Jeffrey mendekati Sekar untuk menyelidiki tentang sesuatu hal. Lalu semua itu malah menjadi gosip anak sekolah yang mengatakan bahwa dirinya ada hubungan special dengan Sekar. Tapi Jeffrey tidaklah peduli dengan semua gosip norak itu, yang terpenting baginya adalah menemukan siapa pelaku yang telah menjebak Caca di dalam gudang sialan itu!

Seperti biasa, Sekar menyambut Jeffrey dengan senyum lebarnya, "Jadi kan pulang bareng?"

Jeffrey hanya mengangguk, lalu Sekar mengikutinya untuk berjalan menuju parkiran. Selama perjalanan menuju tempat parkiran, Sekar membicarakan ini itu yang hanya di jawab gumaman dan anggukan oleh Jeffrey.

Demi Tuhan, pikiran Jeffrey masih melayang ke sosok seseorang yang ia tinggalkan tadi. Sungguh, ia merasa khawatir, ia merasa bersalah, ia ingin kembali!

Jeffrey tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, membalikkan badannya dan menatap kosong ke arah belakang. Seperti ada sesuatu yang mengganjal, seperti ada seseorang yang memanggilnya.

The Promise ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang