XXXII. Terungkap

787 150 30
                                    

--

Awan hitam mulai menyelimuti langit sore ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awan hitam mulai menyelimuti langit sore ini. Air dari atas langitpun akhirnya tumpah membasahi permukaan bumi. Caca berlari tergopoh-gopoh menerobos rintik-rintik hujan dengan memeluk buku diary Leah. Beberapa panggilan dari Gisel yang masih mencari payung di rumah Leah tidak ia hiraukan. Caca hanya ingin segera menemui Genta dan memberi tahu apa yang sudah ia temukan di kamar Leah.

Sesampainya di pelataran rumah Genta, dengan rambut setengah basah ia masih terus berlari dan memanggil nama Genta beberapa kali. Namun saat ia sudah berhasil mencapai pintu rumah Genta, ia terkejut dengan keberadaan Jeffrey di dalam rumah Genta. Caca mengurungkan niat untuk segera masuk ke dalam, ia terdiam di balik pintu melihat interaksi antara Jeffrey dan Genta yang sedang mengobrol dengan sangat serius hingga mereka tidak menyadari kedatangan Caca.

"Bangsat!"

Caca semakin mendelik di belakang pintu, ia jelas-jelas mendengar Genta mengumpat dengan keras.

"Ternyata dia orangnya!"

Lagi, Caca mendengar suara Genta dengan intonasi yang tinggi, membuat Caca mengerutkan dahinya penasaran.

"Gue udah curiga dari awal, dan emang dia."

Yang kali ini adalah suara Jeffrey. Caca meremas buku diary Leah di pelukannya, sementara telinganya masih fokus mendengarkan percakapan yang terjadi di antara kedua sahabatnya itu.

"Dia sakit jiwa apa gimana! Kenapa harus ngirimin Caca surat teror dan ngurung Caca di gudang!"

Deg.

Caca bersender di balik pintu, kakinya terasa lemas. Ia yakin bahwa kedua sahabatnya itu sedang membicarakan pelaku yang telah menerornya. Caca membalikkan badannya hendak membuka pintu lebar-lebar karena tadi ia hanya membukanya sedikit.

"Sekar bangsat!"

Lagi, jantung Caca rasanya hampir copot. Matanya kini membulat sempurna bersamaan dengan pintu yang ia buka lebar-lebar membuat Genta dan Jeffrey menoleh kearahnya terkejut.

"Si-siapa? Sekar?" tanya Caca terbata-bata sembari melangkah pelan masuk ke dalam.

Jujur ia masih tidak percaya dengan apa yang ia dengarkan barusan. Bagaimana bisa itu Sekar? Orang yang tidak pernah sama sekali terlintas di pikirannya jika dia bisa sejahat itu. Caca mengenal Sekar dengan pribadi yang baik, jadi mana mungkin Sekar pelakunya?

Di tambah, setahu dirinya Sekar juga adalah korban dari si peneror itu. Jadi bagaimana mungkin semua ini dapat di percaya dengan mudah? Seseorang yang di anggapnya sebagai korban yang sama dengannya ternyata itu adalah tersangkanya?

Jeffrey mulai menggerakkan kakinya mendekati Caca, "Ca, duduk dulu,-"

"Siapa? Bilang sama gue!" Caca berteriak, setetes air mata kembali terjun membasahi pipinya lagi.

The Promise ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang