XXXX. Sunset

1.9K 164 39
                                    


"Sunsets are proof that ending can be often be beautiful too."

🌅




---

Caca tak henti-hentinya tertawa lebar melihat tingkah Genta dan Tristan. Ia tidak tahu kenapa Tristan terus saja menempel pada Genta. Mungkin, pelet Genta salah sasaran ke Tristan?

"Kak Genta!" Tristan berlari mengejar Genta yang bersembunyi di balik punggung Caca.

Genta yang mulai kesal dengan tingkah adik Caca itu hanya mengelus dadanya pelan dan berusaha bersembunyi agar Tristan tidak menempel terus padanya.

"Lo kenapa sih, Tan? Please, gue masih suka cewek." ujar Genta ketika tangannya sudah tertangkap oleh Tristan.

Tak memperdulikan perkataan Genta, adik laki-laki Caca itu segera menariknya untuk tak bersembunyi di balik punggung Caca.

"Gue juga masih doyan cewek kali woy!" seru Tristan.

"Terus kenapa lo nempel-nempel gue mulu sih?"

Tristan tersenyum lebar hingga deretan giginya terlihat, "Karena lo panutan gue!"

Mulut Genta menganga lebar. Apa yang baru saja dikatakan adik Caca ini? Apa dia kesambet setan? Panutan apa sebenarnya yang Tristan maksud?

"Pa-panutan? Maksud lo apa?" tanya Genta dengan heran.

Sedangkan yang ditanya sekarang malah tertawa dengan lebarnya. Tristan melirik ke samping, tempat dimana Caca berada. Dan saat ia sadar bahwa kakaknya itu sudah beranjak pergi menjauh, ia kemudian mendekatkan sedikit badannya ke Genta lalu berbisik pelan.

"Kak, lo bener-bener lelaki sejati! Gue denger pembicaraan lo sama kakak gue kemarin. Serius kak, lo keren!"

Tristan mengacungkan dua jempolnya ke arah Genta. Seolah ia memang bangga sekali pada Genta.

Sungguh Tristan membuat Genta geli. Baru kali ini ia dipuji seseorang atas sikapnya itu. Biasanya orang akan mengatakan bahwa ia pecundang, loser, pengecut dan sebagainya. Tapi sekarang, ada yang mengatakan bahwa dia keren?

Genta tertawa lebar hingga kedua matanya menyipit, "Tapi sayangnya kakak lo gak nganggep gue keren, dia malah milih Jeffrey. Taruhan, pasti dia nyesel sia-siain orang sekeren gue. Ya gak, Tan?"

Tristan menggeleng seraya tertawa geli, "Kalau itu gue gak setuju."

Otomatis bibir Genta mengatup, ia tak lagi tertawa karena mendengar jawaban yang teramat sangat jujur dari Tristan itu. Ia seperti habis diterbangkan, lalu dijatuhkan begitu saja olehnya.

"Jujur amat elah bocah." Genta berdecak kesal sembari mengacak kasar rambut Tristan. "Gak bisa apa senengin gue dikit!"

Masih dalam tawanya, Tristan sampai memegang perutnya karena tidak bisa menghentikan tawanya itu. Bahkan kedua matanya sampai berair.

"Keren gue apa Jeffrey?" tanya Genta kali ini.

"Lo deh kak!" jawab Tristan jujur, "Tapi bagi kakak gue, kak Jeffrey yang paling keren!"

Sempat tersenyum dan menegakkan badannya beberapa detik, lalu setelahnya bahunya merosot lagi. Tristan benar-benar membuat Genta kesal!

Tanpa pamit, Genta langsung saja berjalan meninggalkan Tristan dengan rasa kekesalan. Dan ya, tentu saja Tristan mengikutinya terus dari belakang.

"Sorry sorry." ucap Tristan yang masih bisa didengar Genta, tapi cowok itu sengaja mengabaikannya. Pura-pura ngambek. "Gue salut sama lo bisa relain cewek yang lo suka biar dia bahagia sama orang lain. Sakit pasti ya?"

The Promise ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang