XIX. Serigala Berbulu Domba

750 144 18
                                    


-

Lima belas menit lagi bel pulang sekolah akan terdengar di seluruh penjuru sekolah. Semua siswa tentunya sudah bersiap untuk membebaskan diri dari ruang kelas yang sudah mereka tempati sejak tadi pagi. Di luar masih lengang, karena bel memang masih beberapa menit lagi di bunyikan dari ruang guru.

Caca berjalan malas menuju kelasnya. Setelah ia bangun dari tidurnya di perpustakan tadi, ia segera memutuskan untuk meninggalkan Jeffrey yang masih sibuk dengan tumpukan buku latihan olimpiade.

Rasa kantuk masih setengah menyelimutinya, beberapa kali Caca menguap dalam perjalanan menuju kelasnya. Beberapa kali juga ia mengucek kedua matanya agar terbuka lebar. Semilir angin yang menghembuskan rambut Caca malah membuatnya semakin mengantuk. Namun, ia terus berusaha untuk membuat matanya terbuka dengan lebar, karena siang ini ia di minta Redo untuk ikut membahas soal baksos sekolahnya.

Sesampainya di kelas, Caca segera di sambut oleh suara nyaring Dea yang langsung memekikkan telinga.

"Cacaaa! Kemana aja lo?"

"Tiduuur." jawab Caca setelah menguap untuk kesekian kalinya.

"Kok bisa? Dimana?"

"Perpus, De."

"Enak banget gila gak ngajak-ngajak!" Protes Dea sembari menyodorkannya selembar kertas jawaban pilihan ganda yang sudah terisi kepada Caca. "Nih tinggal tulis nama lo sama nomer absen, terus kumpulin ke Redo."

Caca membelalakkan matanya. Ia lupa bahwa ada tugas walaupun jam kosong berlangsung selama dua jam mata pelajaran. "Ya Tuhan De,,,!!!!"

"Iya iya sama-sama. Udah gak usah terharu punya temen sebaik gue ini."

Di peluknya Dea erat dengan tawa yang begitu nyaring. "Sumpah makasih banget. Cinta mati gue sama lo!"

"Seger buk? Abis bangun tidur tiba-tiba tugasnya udah selesai." ujar Dea.

"Syegerr." jawab Caca sumringah.

Tepat setelah Caca selesai membubuhkan namanya di lembar jawaban yang telah di isikan jawabannya oleh Dea itu, bel pulang sekolah berbunyi. Ia segera membereskan buku-bukunya untuk di masukkan ke dalam ranselnya. Sementara Dea berpamitan untuk pulang duluan karena ia ijin tidak ikut untuk kumpul membahas baksos sekolah.

Lalu, Caca menghampiri Redo yang masih sibuk dengan laptop di depannya untuk menanyakan rencana kumpul membahas baksos. "Do, jadi kan?"

"Jadi, Ca. Bentar ya sejam lagi gapapa kan? Ini gue di panggil Kepsek habis ini."

"Santai aja." jawab Caca sambil mengulurkan selembar kertas jawabannya kepada Redo.

Redo mengambil kertas Caca dan tak lupa tersenyum, lalu segera menutup laptopnya. "Gue ke ruang Kepsek dulu."

Lalu kelas-pun mendadak sepi, hanya tertinggal Caca seorang diri. Awalnya ia hanya duduk di kursi, memainkan ponselnya. Membaca ulang pesan dari Sekar yang memberitahunya bahwa hari ini ia di ajak oleh Jeffrey ke toko buku. Caca hanya tersenyum tipis. Lalu memasukkan ponsel rose gold itu ke dalam ranselnya.

Kemudian, pandangannya tiba-tiba beralih ke deretan loker di belakang ruang kelas. Sejenak ia memandangi lokernya dengan tatapan datar. Lalu kakinya tiba-tiba berdiri, melangkah menuju ke lokernya. 

Tanpa sadar tangannya menghantam loker besi itu hingga menghasilkan suara yang lumayan keras. Namun konyolnya, Caca malah meringis kesakitan sendiri akibat pukulannya yang ternyata lumayan membuat tangannya nyeri. Ia seperti melihat wajah Karin saat memandangi lokernya sendiri, dan itu membuatnya ingin menonjok puluhan kali loker besi di hadapannya itu sepuasnya.

The Promise ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang