"Truth is, i miss you. I miss your voice, i miss your smile, i miss everything about you.
All the time, every second, every minute, every hour, every day."☆☆
Di dalam mobil berwarna silver miliknya, Jeffrey dengan fokus mengendarai mobilnya. Sebuah lantunan lagu Calum Scott terus saja terputar berulang kali sepanjang perjalanannya menuju sekolah. Semua potongan lirik dari lagu yang berjudul You Are The Reason itu terus saja mengingatkannya pada sosok yang ia rindukan. Senyuman Caca selalu muncul di benaknya seiring dengan berputarnya lagu tersebut.
Ada sebuncah perasaan bahagia yang terselip di hatinya, walaupun saat ini ia masih sedikit ragu dengan apa yang telah di katakan Genta padanya tadi malam. Jadi apakah ini alasan Genta mengatakan bahwa tingkat kepekaan dirinya terhadap cewek itu rendah? Apakah ini sebabnya Genta terus mengatakan bahwa dirinya bodoh? Dan apakah karena ini Caca menangis ketika dirinya bersikap dingin dan melihatnya bersama Sekar kemarin siang?
Sungguh, Jeffrey merasa menjadi seorang cowok yang sangat bodoh kali ini. Kenapa ia tidak menyadari semua itu? Kenapa ia tdak bisa membuka matanya lebar-lebar melihat bagaimana perasaan Caca?
Demi Tuhan sejak tadi malam saat Genta mengatakan sesuatu hal itu, ia hanya ingin menemui Caca dan menanyakan langsung pada sahabatnya itu. Rasanya ia ingin berlari memeluk Caca dan mengatakan bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Tapi, selalu saja semua itu tertahan begitu saja. Jeffrey segera tersadar bahwa kali ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan perasaannya, yang terpenting sekarang adalah ia harus menemukan pelaku yang membuat Caca terkurung di dalam gudang gelap minggu kemarin.
Lagu yang terputar selama beberapa menit di dalam mobil itu seketika terhenti ketika mobilnya sudah berhenti di area parkiran sekolah. Jeffrey segera turun dari mobil, berjalan masuk ke gedung sekolah dengan mata yang terus mencari sosok yang ia rindukan.
Kini ia melewati kelas Caca, ujung matanya terus saja melirik ke arah dalam kelas melalui kaca jendela. Tapi ternyata ia harus menelan kekecewaan karena Caca tidak berada di kelas. Ujung bibir Jeffrey yang tadinya sedikit terangkat kini seketika turun, ia bahkan mendengus kesal.
Dengan lesu ia masuk ke dalam kelasnya, rasanya ia sudah tidak mood pagi ini. Ia hanya ingin melihat Caca dari jauh, itu sudah cukup baginya.
Lalu betapa terkejutnya Jeffrey, ternyata sosok yang ia cari sedari tadi kini sedang duduk di bangkunya. Caca ternyata sedang berada di kelas Jeffrey, mengobrol dengan Moses.
Entah Caca yang memang sengaja mengacuhkan Jeffrey, atau ia benar-benar tidak melihat kedatangan Jeffrey. Caca masih saja berbincang pada Moses, tanpa melirik Jeffrey sekalipun di sebelahnya.
"Eh, pangeran sekolah udah dateng." celetuk Moses ketika melihat kedatangan Jeffrey.
Lalu setelahnya Jeffrey bisa menangkap kedua pasang mata Caca yang langsung menoleh ke arahnya. Sepasang mata yang selalu cantik ketika pemiliknya tersenyum, sepasang mata teduh yang bisa membuat Jeffrey betah menatapnya lama-lama.
"Lo,-" Caca tiba-tiba mengubah ekspresinya, ia berdiri, melangkah mendekati Jeffrey. "Lo kenapa? Bibir lo kenapa?"
Shit, Jeffrey benar-benar lupa bahwa wajahnya kini babak belur akibat pukulan keras dari Genta semalam. Karena terlalu bersemangat datang ke sekolah untuk melihat Caca, ia lupa memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya yang lebam.
"Lo berantem? Sama siapa?"
Jeffrey masih terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus ia katakan. Tidak mungkin ia jujur bahwa Genta lah tersangkanya, Caca pasti akan menginterogasi dirinya dan Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise ( ✔ )
Fanfiction[COMPLETED] "I promise not to fall in love with my bestfriend." "Let's not fall in love." Banyak orang bilang sahabat bisa jadi cinta? Namun Caca, Jeffrey, Genta dan Leah sudah mengikrarkan janji bersama untuk tidak akan pernah melibatkan 'cinta' d...