"Akhirnya aku sadar bahwa beberapa orang memang ditakdirkan hanya untuk membuat kita bahagia, bukan menemani kita untuk menikmati kebahagiaan itu."
Hujan baru saja reda dan aku sudah selesai berdandan. Hanya menggunakan pelembab, bedak dan liptint. Toh aku kan jomblo, mau cantik buat siapa? Skip.
Hari ini sebenarnya aku janji bertemu dengan teman masa kecil Aninda, namanya Nichi. Namanya lucu kan? Aku sudah melihat wajahnya sekilas di foto dan dia terlihat orang yang menyenangkan. Awalnya aku tidak mau bertemu karena takut menganggu acara ber-flashback ria tentang masa kecil mereka, tapi karena terus dirayu dan dipaksa, aku menurut saja.
"Lumayan lah, Di. Biar kamu gak mikirin mantan terus." katanya saat itu dan kuiyakan saja dengan cepat .
Kata Aninda, Nichi adalah sosok yang tepat untuk membantuku lepas dari kenangan masa lalu. Aku sebenarnya tidak terlalu percaya karena yang bisa mengubah diri kita ya hanya diri sendiri. Tapi lagi-lagi, aku menghargai segala usaha teman terbaikku itu. Bagaimana pun, dia sangat perhatian, dan aku bersyukur karenanya.Setelah 15 menit menunggu, Aninda sudah menjemputku dengan sopir pribadinya. Seperti biasa, aku hanya mengenakan kaos dan celana denim lengkap dengan sneakers putih, sedangkan Aninda dengan pakaian andalannya, jumpsuit trendy dan flatshoes dengan warna senada.
"Aku gak salah kostum kan, Nin?" tanyaku cemas. Aninda menggeleng santai, "Gak lah, Di. Kita cuma mau makan kok." sahutnya santai tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Aku tidak banyak tanya lagi dan langsung duduk di sampingnya.
Iseng, aku curi-curi pandang ke layar ponsel Aninda, penasaran dengan apa yang sedari tadi dilihatnya.
"Siapa sih? Nichi?" tanyaku.
"Heeh." sahut Aninda singkat. "Lihat nih pacarnya, Di. Ganteng kan? Mereka langgeng banget loh pacaran... Kalau aku gak salah inget, udah 7 tahun mereka pacaran.""Serius, Nin? Langgeng banget ya mereka.. Ini tuh, baru namanya pacaran!" selorohku semangat, maklum, hati yang baru tersakiti hehe. Aninda melirikku dengan pandangan meledek, "Halah ngapain pacaran lama-lama, memang yakin nikahnya sama orang yang sama? Jagain jodoh orang lama-lama sakit guys... Hahahaha.." celetuknya santai.
Ya, seperti itulah Aninda. Kalian pasti sudah terbayang, kan?
Aku terkekeh geli, tak mau ambil pusing. "Tapi serius lo, Nin. Hebat ya Nichi bisa seserius itu sama pacarnya. Gak sabar kenalan langsung sama dia."
Aninda manggut-manggut saja mendengarkanku, tampaknya dia tidak terlalu tahu mengenai Nichi dan pacarnya. Aku lalu larut dalam musik di radio dan melihat keluar kaca mobil, bergumam dalam hati, sudah pantaskah aku untuk melupakan dia dan mendapatkan yang lebih baik?

KAMU SEDANG MEMBACA
MY BEST MISTAKE
RomanceBukan masalah siapa yang pergi, kapan akhirnya pergi dan mengapa memilih pergi. Masalahnya adalah hatiku yang masih belum mau berhenti mencoba mengharapkanmu kembali, tetap mencintaimu dalam diam, dengan rindu yang selalu kurajut dalam doa.