17

81 7 0
                                    

"Melupakan seseorang yang menyakitimu tidak akan sulit jika kau mau menerimanya, bukan menghindarinya dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja."

"Senyum senyum bae dari tadi. Udah kayak menang lotre aja."

"Apa sih? Kasi dong temennya seneng." balasku sewot sambil mengambil uang bekal dari kantong tasku.

"Upin Ipin udah naik kelas nih?" tanya Aninda jahil seraya mengekoriku berjalan keluar kelas. "Apa sih, Nin.. apaa..."

Kami berjalan beriringan menuju kantin dan entah mengapa, hari ini terasa lebih menyenangkan. Aku tidak bisa menahan senyumku, aku tahu harusnya aku tidak perlu berlebihan seperti ini, tapi aku tidak bisa menyembunyikannya.

"Udah di dor Kak Dafa ya?" tanya Aninda tiba-tiba yang membuat langkahku terhenti.

"Belum, anjir." sahutku tersipu, seperti kepiting yang sudah di rebus ditemani tomat dan sambal yang dihidangkan di atas piring merah.

Aninda cekikikan. "Berarti udah on the way dong?"

"Gak tau, gak berani nyari tau."

"Kenapa gak berani?"

"Takut php."

"Kok aku merasa dia gak bakal php ya? Soalnya kata mantanku, yang temennya Kak Dafa itu loh? Inget gak?"

"Enggak inget."

"Yaudah itu..." Aninda kembali berjalan pelan, menyesuaikan langkah kakiku. "Kemarin dia modus ngechat aku, katanya dia heran sama Dafa karena gak macarin cewek lagi sebulan terakhir ini, kupikir-pikir.. kayaknya semenjak ada kamu? Iya gak sih, Di?"

"Masa?" tanyaku tak percaya, walau udah kesemsem sih.

"Iya serius, ah. Terus gosipnya nih, cewek cewek yang sempet dipacarin Dafa itu cuma pelampiasan... Karena sebenernya Dafa udah punya cewek lain, yang lebih pantes buat dia."

Keadaan kantin tampak sangat semrawut siang itu. Aku mengabaikan perhatianku dari Aninda dan mencari bangku yang kosong. "Duduk dulu, Nin." kataku singkat.

"Kamu denger aku gak sih?" tanya Aninda kesal.

"Iya denger. Tapi aku gak ngerti, apa maksudnya 'pantes buat dia'?"

"Gosip nih gosip.. katanya ya Di, ayahnya Dafa itu musisi, Dharmadi DS itu loh, tau kan?"

Mataku membelalak kaget. "Beneran? Itu mah, idola mamaku!" sahutku tercengang-cengang.

"Iya ngapain boong, dah. Jadi makan gak nih? Kering kerongkonganku."

"Mau pesen apa?" tanyaku lemas. Jujur, informasi tadi cukup menguras tenagaku. Bagaimana bisa aku baru tahu kalau Dafa anak seorang musisi yang terkenal dengan segudang prestasi itu?

Sontak, aku merasa jarak yang sebelumnya hampir terkikis, kini mulai membentang lagi.

"Aku aja deh yang pesen. Takoyaki? Deal?" tanya Aninda yang sepertinya langsung menyadari perubahan eskpresi wajahku.

"Boleh."

Aninda manggut-manggut dan bangun dari duduknya. "By the way Di, ngerasa gak sih mukanya Dafa familiar?"

"Ya familiar. Dia kan kakak kelasmu."

"Gak, serius. Kayak pernah liat dimana gitu, kan?"

Aku hanya mengangkat bahuku. Aninda tampak menyerah dan menghampiri stan kantin yang menjual takoyaki. Aku mengambil ponselku dan browsing di internet mengenai musisi Dharmadi DS yang diidolakan mamaku itu.

Sepertinya benar, setelah dilihat-lihat, wajah Dafa memang terlihat mirip dengan musisi ternama itu.

Aninda datang membawakan dua gelas es jeruk. "Melamun lagi, melamun lagi.." celetuknya.

"Nin."

"Apaan?"

"Aku diajak ke taman bermain sama Dafa."

"SERIUS? KENAPA GAK BILANG DARI TADI ANJIR?!"

"Hmm..."

"Terus kamu mau?"

Aku mengangguk kecil, Aninda terkekeh sambil geleng-geleng kepala. "Yaudah terus kenapa murung?"

"Karena aku suka sama dia."

"Dosa memangnya kalau suka?"

"Memang boleh aku suka sama dia? Kan katanya... dia udah punya?"

"Baru katanya." jawab Aninda singkat. "Tanya aja sama dia, Di. Kan udah kubilang omongan orang lain belum tentu bener."

"Kalau punya?" tanyaku lagi.

Aninda tersenyum kecil dan menguyel-nguyel pipiku. "Perutmu laper tuh, kayaknya harus kusumpelin makanan dulu."

Aninda buru-buru ngacir dari hadapanku, menuju stan takoyaki. Tapi kenapa pikiranku, malah menuju Dafa?

🍃🍃🍃

Kak Dafa Ketua Ekskul
besok ya aku ke jemput ke rumah

Dianaglvn
besok daf? ke fun land kan?

Kak Dafa Ketua Ekskul
iya, di. sekalian mau minta izin sama bibimu hehehe

Dianaglvn
sebenernya gak usah sampe minta izin juga gapapa kok daf

Kak Dafa Ketua Ekskul
gak bisa lah. aku kan mau minjem kamu, terus kalau aku gak mau ngembaliin hatimu gimana? hahaha

Sudut bibirku terangkat. Walau dia hanya bercanda, rasanya berbeda. Kini aku percaya, bahwa cinta itu memang mampu membodohi tuannya.

Dianaglvn
oke kutunggu yaaa

Berbarengan dengan itu, Bu Mia masuk ke kelas, siap memulai pelajaran matematika yang membosankan. Aku meletakkan ponselku di kolong meja.

"Gimana Di?" tanya Aninda padaku.

Aku tersenyum kecil. "Aku bakal tetep mencoba, Nin. Aku... aku udah bener-bener suka sama dia."

Saat itu, aku lupa. Jika aku akhirnya terjatuh, maka aku akan jatuh, sayangnya, terlalu dalam. Dan mengingat kenangan ini, membuatku semakin merindukannya.

MY BEST MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang