7

120 12 0
                                    

"Krayon yang patah pun, masih bisa kau gunakan untuk mewarnai, kan?"

Aku menengadah melihat birunya warna langit siang ini sambil menunggu Aninda yang sibuk berebut memesan roti bakar. Kadang aku yang memesan, dan dia yang memilih tempat duduk. Tapi kali ini memang gilirannya Aninda sih, hehehe.

"Jangan ngeliat ke atas terus, liat ke arahku juga, siapa tau suka!" kata sebuah suara berat nan renyah yang sudah kuhafal di luar kepala, suara Dafa.

Alisku bertaut dan buru-buru mengedarkan pandangan, mencari sosok orang itu. Dia sedang bergerombol bersama teman-teman seperjuangannya, ya tentu saja kakak kelas, dan aku tidak terlalu mengenal semuanya.

Cuit.. cuit... anak baru tuh, Daf. Sikatt!
Yakin incaran baru? Mukanya jutek tuh hahahaha ..

Hanya itu yang bisa kudengar karena riuhnya suasana kantin. Aku mengalihkan pandangan, jual mahal mode on.

Jujur ya, saat itu aku belum memiliki perasaan apa-apa pada Dafa yang mana kutahu, kini justru menjadi narasi di kepalaku? Baiklah, kalian mungkin mengiraku munafik. Aku memang menyukainya, hanya itu, bahkan aku tidak kagum walaupun banyak orang yang bergunjing tentang bagaimana beruntungnya sekolah bisa menerima murid seperti dia.

Aku hanya suka fisiknya, dia memang tampan, tapi perasaanku masih gamblang. "Oh, dia ganteng," sebatas itu. Apalagi, aku sudah terlalu membentengi diri dari rayu gombal cowok-cowok yang berusaha mendekatiku.

Kalian pasti mengira, wah benci jadi cinta nih, cinta jadi benci nih, cinta jadi cinta nih, benci jadi benci nih, enggak guys, bukan. Gak ada yang bisa kubenci dari dia. Aku saja baru kenal, masa iya benci?

Perutku keroncongan dan Aninda masih belum selesai memesan juga, gabut, aku mengeluarkan ponselku dan bertepatan dengan itu, namanya menyembul di notifikasi ponselku.

Kak Dafa Ketua Ekskul
laper ya? kenapa sih mukanya gampang ketebak banget?

Heh? Wagelaseh. Mentang-mentang kakak kelas belagu banget ya. Ya udah, orang ganteng bebas. Kalau sok ganteng? Coret dari list. Tapi gini-gini, aku punya tata krama.

Dianaglvn
iya kak.

Aku mengangkat kepalaku untuk mencuri pandang dia ada dimana, dia duduk berjarak dua bangku dari bangku-ku. Agak jauh, sih. Hebat juga skill menebaknya.

Kak Dafa Ketua Ekskul
yaudah beli makan dong jgn cuma bengong kek org bego gt. perlu kubeliin makan nih?

Heleh, bullshit sekali! gerutuku dalam hati. Gaya pendekatan yang menggelikan. Syukur kakak kelas. Gak lucu kan kalau aku bermasalah dengan kakak kelas lalu harus dikeluarkan dari sekolah dan membuat orang tuaku sedih?

Belum sempat aku mengetik balasan, pesan masuk lagi.

Kak Dafa Ketua Ekskul
wkwk jk. jgn ngarep gitu, diana. siapa juga mau beliin km makan? emg aku cowo goals ala2 tl di linemu?

Aku mendengus kesal. Faktor lapar membuat kepalaku cepat panas. Malu, anjir. Eh, tapi ngapain juga malu? Siapa juga yang berharap?

Tapi kalian gak perlu khawatir, karena setelah itu, Aninda datang membawa pesananku! Tanpa banyak bicara, aku langsung melahapnya dengan mulut yang sengaja kulebar-lebarkan, siapa tahu Dafa melihatnya, lalu ilfeel dan berhenti menggodaku begitu melihat mulut cewek yang bisa ngalahin besarnya gorong-gorong.

MY BEST MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang