"Aku tidak menyesal karena pernah mencintaimu. Aku hanya menyesal karena tidak bisa membuatmu bertahan."
Aku dan Aninda tiba lebih awal di sebuah restoran seafood sebelum Nichi yang sempat mengabari Aninda bahwa dia sudah on the way sejak beberapa menit yang lalu.
"Nichi bareng siapa, Nin?"
"Naik taksi deh kayaknya."
"Terus dia tinggal dimana?" tanyaku penasaran seraya membuka buku menu.
"Hemm... entah? aku jarang banget kontak-kontakan sama dia." sahut Aninda sekenanya.
"Terus.. pacarnya itu?"
"Emang punya ya?"
"Loh, itu? Yang kamu bilang langgeng itu?"
"Oh iya? Lupa banget aku, Di. Dia jarang banget ngasitau aku tentang pacarnya."
Aku cuma manggut-manggut sambil menyodorkan buku menu lainnya pada Aninda yang kini mulai sibuk memilih makanan yang akan dipesannya. "Udah kasitahu Kak Dafa kalau kamu kesini?"
"Udah." jawabku singkat.
"Terus dia gimana?"
"Heh? Memangnya kenapa?" tanyaku heran.
"Kan Nichi musisi.. Siapa tau bokapnya Dafa mau kenalan, hahaha.." canda Aninda yang membuatku terkekeh.
Setelah memesan makanan, Nichi menghampiri mejaku dengan senyuman manisnya. Aku langsung terhenyak begitu menyadari seorang perempuan cantik yang datang mendekat ke arahku.
Kalian harus tahu, Nichi benar-benar sangat cantik dibandingkan beberapa tahun yang lalu saat aku pertama kali bertemu dengannya.
Badannya tentu saja semakin tinggi, dan langsing. Rambutnya panjang tergerai dengan warna bright golden brown yang terlihat sangat cocok dengan bentuk wajahnya yang tirus. Kulitnya putih dan matanya sangat indah. Sungguh, keindahan yang hakiki. Kecantikan Nichi memang tidak ada seorang pun yang bisa menampiknya.
Sama sepertiku, Aninda juga tampak tercengang. "Gila... Nichi nih? Temenku yang dulu suka manjat pohon?"
"Jangan bilang-bilang di depan Diana dong, Nin.." kata Nichi seraya duduk disampingku, menghadap Aninda.
Nichi dan Aninda tampak bertukar sapa, sedangkan Aku hanya menyimak obrolan mereka sembari memandangi Nichi dengan takjub. Kalian bahkan tidak akan bisa menolak pesonanya.
Nichi sepertinya menyadari bahwa aku memandanginya, dia menengok ke arahku sambil menepuk bahuku dengan hangat. "Kangen banget sama kamu, Di. Temenku yang paling cantik... Kamu lanjut dimana?"
"Ah cantik dari hongkong," sahutku cengengesan. "Aku lanjut ke fakultas kedokteran, Chi."
"Wah.. serius? hebat! Ini nih, Aninda malah salah jalur ke komunikasi."
"Kan cocok, Chi sama hobinya Aninda. Nimbrung terus...." sahutku seraya melempar pandangan nakal ke arah Aninda yang membalas pandanganku dengan lirikan sewot. Nichi tertawa melihat ekspresi Aninda sebelum akhirnya candaan kami diinterupsi pelayan yang datang membawakan makanan dan minuman yang sudah kami pesan.
![](https://img.wattpad.com/cover/152566342-288-k567871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BEST MISTAKE
RomanceBukan masalah siapa yang pergi, kapan akhirnya pergi dan mengapa memilih pergi. Masalahnya adalah hatiku yang masih belum mau berhenti mencoba mengharapkanmu kembali, tetap mencintaimu dalam diam, dengan rindu yang selalu kurajut dalam doa.