3

171 9 3
                                    

"Dia tidak akan menyakitimu jika kau tak memberi kesempatan untuk melakukannya."

Aku berlari-lari kecil agar bisa tiba di kelas tepat pada waktunya. Aninda selalu datang terlambat dan aku selalu mau menunggunya. Jika dia punya supir pribadi, maka kakiku bisa dipastikan sebagai supir pribadiku.

Sebenarnya, aku adalah murid baru. Sungguh terlambat, bukan? Jujur, aku pindah ke Surabaya karena muak dengan kenangan bersama mantan pertamaku itu. Orang tuaku sangat penyayang, dan aku adalah anak tunggal. Semua kasih sayang dilimpahkan padaku, jika bukan karena 'tidak beruntung dengan urusan cinta', maka aku adalah salah satu dari sekian anak yang sangat beruntung di dunia. Benar, aku serius.

Aku sudah pindah ke Surabaya sejak sebulan yang lalu, tepatnya saat musim liburan sekolah. Aku tinggal bersama paman dan bibiku yang memiliki dua anak kembar, namanya Gio dan Gita, mereka lah yang membuatku kenal dengan Aninda dan dengan celakanya kami bisa menjadi begitu dekat.

Dari Aninda, aku mengenal Nichi, kawan lamanya yang sangat cantik, dan sangat pintar. Kudengar, prestasinya di bidang musik sudah tidak perlu diragukan lagi. Dia mahir memainkan biola hingga piano. Aku sudah menceritakan Nichi, bukan? Kalian pasti sudah mengenalnya.

Kalau dibandingkan Nichi, tentu aku bukan apa-apa. Aku hanya gadis kelas 2 SMA setinggi 155 sentimeter, dengan wajah sedikit oval dan rambut hitamku yang panjang. Kata orang, senyumku terlihat manis dan mataku besar. Aku tidak membual, itu adalah kenyataan.

Tidak banyak yang bisa kubanggakan dari fisikku, apalagi otakku. Aku sederhana saja. Mataku sedikit minus jadi aku harus menggunakan kacamata saat belajar. Karena aku malu menggunakan kacamata, jadi aku tidak terlalu suka belajar. Ya, aku seperti itu.

Hingga akhirnya, aku kembali membuka hati. Seharusnya saat itu aku tidak perlu berharap terlalu banyak, seharusnya aku tidak perlu mencoba untuk memenangkan hatinya, apalagi membantu untuk melupakan masa lalunya. Karena dibandingkan tujuh tahun, aku jelas bukan siapa-siapa, kan?

Kisahku ini bukan tentang mantanku yang akhirnya bisa kulupakan setelah pergi jauh. Tetapi tentang dia, yang mematahkan hatiku dengan lebih baik, untuk kedua kalinya.

MY BEST MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang