EPILOG

155 8 5
                                    

"Tidak penting kemanapun kau pergi sambil bergandengan tangan. Yang terpenting adalah siapa yang menggenggam tanganmu bukan?"

Aninda melirikku dengan senyum menguatkan. Tapi aku tidak apa-apa. Walau mungkin bukan untuk Dafa, tapi aku bahagia untuk Nichi. Bagaimana pun, dia adalah teman terhebat yang pernah kumiliki.

Tepat 3 bulan setelah pertengkaran itu terjadi, aku sudah menguatkan hatiku untuk menerima bahwa Dafa kini adalah milik orang lain. Laki-laki yang sangat kusayangi, yang selalu menemani hari-hariku dengan canda dan tawanya.

Aku tidak apa-apa meskipun aku tidak memilikinya sampai akhir. Toh, aku sudah terbiasa menjalani hariku tanpanya. Dia sudah bahagia dengan pilihannya, lalu untuk apa aku bersedih? Aku merasa emosiku sudah terkuras habis. Tidak ada yang perlu kusesali sekarang.

Aku sadar terkadang aku masih merindukannya ketika aku sendiri atau saat menemui kesulitan, tapi lagi-lagi, hidup memang sebuah proses yang sangat misterius.

Siapa yang menemanimu sekarang, belum tentu tetap berada di sampingmu besok, minggu depan, atau beberapa tahun lagi. Bagaimana kau bisa menjadi pribadi yang lebih baik setelah bersamanya, bukankah itu yang harus dihargai? Aku percaya tiap orang yang hadir di hidup kita selalu memiliki peran penting. Mungkin tidak bisa kau sadari dengan cepat, tapi waktu akan membantumu menyadarinya.

Aku dan Aninda sepakat untuk tidak memberi tahu Nichi mengenai hubunganku dengan Dafa. Aku pikir itu adalah pilihan terbaik. Aku memberi Dafa kesempatan untuk menjelaskannya sendiri pada Nichi. Sebagai perempuan, aku sangat mengharapkan kebahagiaan Nichi.

Aku melihat Dafa melirik padaku yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk. Aku tersenyum kecil dan menganggukkan kepala, mengisyaratkan bahwa dia tidak perlu khawatir lagi pada perasaanku.

Aninda menepuk bahuku dengan hangat ketika akhirnya cincin yang indah itu tersemat di jari manis Dafa dan Nichi. Bersama para undangan yang lain, aku ikut luruh dalam tepuk tangan dan sorak sorai.

Terima kasih Dafa, karena telah menjagaku dengan baik selama ini. Aku sadar, setelah kau pergi pun, tidak ada alasan bagiku untuk membencimu. Aku tidak akan pernah menyesal karena telah menyayangimu.

MY BEST MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang