Cup.. Cup
"Yakk!! Berhentilah" ucapku.
Sekarang aku sedang memasak, seperti biasa untuk sarapan kami, tetapi pria disampingku sungguh menjengkelkan dia selalu saja menempel padaku dan mengganggu acara masakku sudah 15 menit dia mengganguku lebih tepatnya saat ia bangun tidur dan langsung berlari kedapur dan menggangguku.
"Mark~ssi naiklah dan mandi!! Kenapa kau turun kalau belum bersiap-siap!"
"Aku takut kau pergi, aku sangat takut saat aku bangun tadi" jawabnya.
"Memangnya aku akan pergi kemana?? Aku tidak akan pergi"
"Aku hanya takut"
"Hmm baiklah, sekarang cepat mandi dan bersiap-siap! kalau tidak kita akan terlambat"
"Apa kau mau berjanji padaku?"
"Berjanji?? Janji apa?"
"Apapun yang terjadi jangan pernah meninggalkanku sendirian"
Aku tersenyum mendengar ucapan yang Mark lontarkan padaku "Aku tidak akan meninggalkamu, jika kau tidak meninggalkanku" jawabku tersenyum padanya.
"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu"
"Cepatlah mandi, masakanya hampir selesai"
"Tapi aku sangat takut saat bangun tidur tadi, aku takut kau tiba-tiba menghilang dan aku tiba-tiba terbangun dan baru menyadarinya kalau semua ini hanya mimpi, aku sangat takut itu terjadi"
Setelah kurasa masakanku sudah matang akupun mematikan kompornya dan langsung membalikkan badanku menghadap Mark yang sejak tadi memelukku dari belakang.
"Kau tidak sedang bermimpi, ini nyata! Aku nyata! Dan kita nyata! Jadi tidak perlu takut" jawabku tersenyum manis padanya.
"Bagaimana kalau kita berbagi ranjang saja? Agar aku tidak ketakutan lagi" ucapnya polos, mendengar ucapanya tiba-tiba senyumanku luntur dan langsung menatapnya tajam.
"Berbagi ranjang!!! Apa nyawamu masih ketinggalan dikamar!! Apa perlu aku ambil dan kubakar agar lenyap!! Eoh!!" balasku masih menatapnya tajam.
"Hehehe baiklah aku akan mandi dulu.." ucapnya langsung berlari keatas.
"Dasar byeuntae!!" gumamku pelan.
Setelah selesai meletakkan makanan yang kubuat untuk sarapan kami berdua, akupun duduk untuk menunggu si pemilik rumah turun dari kandangnya.
Mark pun turun dan sedikit berlari dari tangga dan langsung duduk ditempatnya, tak lupa juga dengan senyuman lebarnya yang ia keluarkan.
"Cepat makan kita hampir terlambat" ucapku membuyarkan lamunanya.
Kami pun Sarapan dengan hening tanpa ada percakapan sedikitpun yang terdengar diantara kami, tiba-tiba terdengar bunyi yang familiar menurutku.. Eoh Handphoneku berbunyi..
Drt..drt..
"Yeoboseyo"
"---"
"Eoh?? Aku sedang sarapan"
"---"
"Mwo!!!"
"---"
"Aniya Eomma, gwencana"
"---"
"Arrasso"
"---"
"Nde, Nado saranghae"
Akhirnya Teleponnya terputus, bukan tidak suka dengan si penelpon hanya saja berita yang dibawa yang membuatku bingung dan harus cepat-cepat pergi dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Simple [MarkTuan]
FanfictionBagaimana perasaan kalian jika kalian jadi kekasih yang diperbudak?? Marah? Sedih? Atau pasrah? Aku tau dan semua orang juga tau kalau menjadi seorang budak pasti menyakitkan, menyedihkan dan menyebalkan, ingin sekali rasanya berontak, marah dan per...