Sekolah kami mempunyai peraturan yang berbeda dari sekolah umumnya. Kami sekolah Analis kegiatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di lakukan di saat kami kelas tiga. Pasalnya tenaga medis harus benar-benar mahir terlebih dahulu barulah terjun untuk PKL. Kami setiap harinya fokus belajar untuk materi PKL. Kami terus belajar sampling setiap kali praktik Hematologi, Kimia Klinik dan Serologi agar kami terus terlatih samplingnya. Hingga akhirnya tibalah pada hari pembagian kelompok dan rumah sakit untuk kami PKL. Beberapa dari kami mengharapkan PKL di RSUD. Karena rumah sakit tersebut adalah rumah sakit RSUD yang mana pasiennya banyak dan sudah pasti mendapat ilmu banyak pula. Kami mendengar informasi bahwa di rumah sakit tersebut mendapatkan banyak ilmu dan cepat mahir dari kakak kelas kami.
Setelah mas Hary menempelkan kertas pengumuman bahwa nama-nama kelompok dan rumah sakit yang di dapat. Ketika aku melihat, aku mendapat RSUD. Yaaapp.. aku senang, karena aku bisa banyak belajar dan saat aku lihat, kelompok RSUD ada 15 orang. Karena RSUD harus banyak orangnya dan dari pihak mereka pun juga meminta agar kami tidak hanya lima orang saja disana. Karena kedatangan kami bisa sedikit membantu pekerjaan mereka yang banyak itu.
Kami pun terbagi menjadi enam rumah sakit untuk PKL kami. Memang yang banyak jumlahnya adalah kelompok Koja. Akhirnya tibalah kami pada hari PKL. Kami kelompok RSUD harus ngekos di sebuah rumah teman dari pak Zithar. Kebetulan pula guru penanggung jawab PKL kami di RSUD adalah pak Zithar. Ini adalah kali pertamanya bagiku jauh ngekos bersama dengan teman-teman. Hingga akhirnya sampailah kami pada hari pertama masuk PKL.
Pertama-tama aku mendapatkan di bagian BTA. Aku pun mulai memperhatikan apa yang di kerjakan oleh senior ku, bu Heny. Kata kakak-kakak senior kami di sini, bu Heny adalah masternya bakteri. Beliau jago sekali membuat coiling BTA dengan rapi dan bagus juga tepat. wah, BTA saja di buat rapi ya. Aku mencatat semua pekerjaan bu Heny dari awal sampai akhir. Enaknya di bakteri ini, mengerjakan sample BTA di lakukan di dalam sebuah lemari asam yang besar sekali. Kami mengerjakan sample BTA dengan hanya memasukkan kedua tangan kami kedalam lemari tersebut. Pasalnya lemari itu memiliki penghisap asam. Karena BTA adalah Bakteri Tahan Asam. Di dalam ruangan Bakteri kami harus safety sekali, memakai masker dan Handskun. Tapi ya setiap kali kami memasuki ruangan laboratorium kami harus selalu safety seperti itu lengkap dengan jas lab. Kecuali bagi petugas administrasi, mereka tidak mengenakan jas lab.
Kami benar-benar merasakan sekali bagaimana rasanya bekerja sebagai seorang analis di rumah sakit, terutama rumah sakit besar seperti RSUD ini. kami benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi petugas laboratorium dengan pasien yang segini banyaaaakkknyyaaa.. ya ampuun benar-benar rasanya seperti tak sanggup. Sample BTA hari ini ada kurang lebih 40 sample. Aku lelah sekali membaca BTA 15 buah saja, apalagi kakak senior disini ya? Berkutat terus dengan dahak-dahak orang yang berfariasi, ada yang kental tapi warnanya putih, ada yang kental warnanya hijau, malah ada yang bercampur darah. Ada juga yang cair seperti air liur dan pastinya baunya macam-macam, tapi kami pakai masker hehe. Lalu harus meng-coiling. Coiling itu mengambil sedikit sample dengan sebuah lidi steril dan membentuk bulatan-bulatan di atas objek glass, papan kaca kecil berbentuk persegi panjang. Lalu harus mewarnai semuanya dengan pewarnaan BTA setelah itu membaca 40 preparat BTA di mikroskop. Ampuuunn dah mata bisa liyer, bisa-bisa melihat orang pun yang terlihat adalah bakteri Tuberculosis berwarna merah hehe.
Lalu bagaimana dengan di bagian lain? kami pun merasakan seluruh otot kami bekerja dari ujung kepala sampai ujung jari kaki. Kenapa? Karena disini ramenya kayak pasaaar. Bagian sampling pasien rawat jalan tak bisa duduk sedikitpun, kami harus rela membungkuk setiap saat untuk melakukan sampling. lalu kami harus segera mengirim darah kedalam ruangan pemeriksaan jika sample telah terkumpul sepuluh. Memang tidak jauh sih, masih satu ruangan, tapi berapa kali bolak-balik coba dalam satu shift doang. Ini pasien beneran udah kayak di pasar. Rasanya kami seperti tak sempat untuk kentut. Kita aja sebagai siswa PKL capeknya gak ketulungan sampai gak sempat kentut, apalagi pegawainya ya? Bisa gak sempet nafas kali hahaha.
Lalu di bagian pemeriksaan sample, justru kami tidak sempat berdiri. Kami selalu duduk sampai sample selesai untuk hari ini. bayangin ajah, apa gak tipis itu maaf *pantat? Lalu bagaimana yang di IGD? Lebih parah lagiii. Kami seolah-olah kami seperti tak sempat mengedipkan mata. Apalagi kalau jaga malam di IGD, setiap harinya selalu ada pasien kecelakaan lalu lintas. Ampuun Gusti...
Namun meski begitu, kami sebagai siswa pelajar yang sedang PKL, kami senang dengan pasien yang banyak ini. kami dapat ilmu banyak disini dan kami menjadi mengerti kerja yang cekatan dan teliti. Meski kami sungguh sangat lelah, tetapi kami harus memberikan pelayanan terbaik, senyuman semanis gula aren, wajah cerah secerah matahari jam dua belas siang. Ya pokoknya begitu dah, sebagai seorang medis wajah lelah harus di tutupi dihadapan pasien sang raja. Biarlah mereka tidak mengetahui perjuangan kita, tapi Allah Maha Mengetahui. Alhamdulillah lagi bener hehe. Dimanapun kita belajar dan bekerja, ambillah ilmu dan hikmah yang di dapat sebanyak-banyaknya dan jadikan itu semua sebagai penambahan wawasan dan pengalaman. Jangan lupa bersyukur...
****
Alhamdulillah update lagi, maaf ya sudah agak vacum update ceritanya.ikuti terus kisah ini ya, jangan bosan ya hehe
terima kasih
![](https://img.wattpad.com/cover/138117642-288-k412297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Analis Gokil
General Fiction(Tepat hari Sabtu, 30 Juni 2018 SMK ini, SMK Ankes Cagar Budaya telah di tutup) cerita ini yang semulanya di buat untuk bernostalgia dengan kenangan bersama teman dan guru-guru, kini cerita ini sungguh-sungguh di persembahkan untuk para guru-guru da...