Part 19

4.1K 236 99
                                    

*Allen POV

Menutup pintu kamar dan menguncinya. Menghela napas berat dan duduk dikursi belajar.

"Untung abang gue dateng, kalo enggak.." Aku bergidik ngeri dan menggeleng kepala kencang. 

Berjalan menuju tempat tidur dan memejamkan mata. Tiba tiba kepalaku kembali terasa sakit. Duduk ditepi kasur dan membuka laci untuk mengeluarkan beberapa obat. Meminum  obat itu untuk menghilangkan rasa pusing. 

Tok tok tok..

Aku langsung memasukkan obat obatan itu ke dalam laci dan bangun untuk membuka pintu. 

"Lah kok lukanya belum di obatin? Sini dah gue obatin," bang Dio masuk kekamar dan mengeluarkan kotak p3k didalam lemari. Aku menutup pintu dan berjalan mendekat. Duduk dikarpet samping bang Dio dan memperhatikan gerak geriknya. Bang Dio mulai mengobati lukaku dan menutup lukanya dengan hantaplast.

"Selesai," bang Dio tersenyum lebar dan memasukkan kotak p3k ke lemari. 

"Len," panggil bang Dio. Aku berdehem dan melihat kearah bang Dio yang sedang memperhatikanku. 

"Hati hati ya," aku mengerut kening tidak faham dengan perkataan bang Dio. 

"Maksud?"

"Hati hati kalau deket sama seseorang. Mungkin menurut lo dia baik, tapi lo gak tau kalo orang itu ada maksudnya berbuat kebaikan." Aku mengangguk dan tersenyum.

"Bang, maafin gue ya waktu itu gak dengerin perkataan lo, sekarang gue malah kena akibatnya,"

"Udah lupain aja." Bang Dio menarikku ke dalam pelukannya. 

"Jalan jalan yuk?" Ajak bang Dio. Melepas pelukannya. 

"Kemana?"

"Mall?" Tawar bang Dio. Aku mengangguk dan tersenyum. 

"Yaudah ganti baju sana. Hari ini lo gue traktir." Aku menjerit senang dan mengusir bang Dio untuk keluar. Memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Tidak mau berlama lama, aku langsung memakai swetter dan celana pendek berwarna putih. Mengolesi make up natural dan mengambil dompet beserta handphone dan memasukkannya kedalam tas kecil. Aku melihat pantulan diriku dan tersenyum puas. Aku membiarkan rambutku tergerai dan keluar menuju ruang tamu. Sambil menunggu bang Dio aku membuka media sosialku.

"Len?" Aku menengok ke arah sumber suara yang sudah berada Alice di depan pintu rumah yang masih menggunakan seragam sekolah. 

"Mau kemana?" Tanyanya. Aku tidak menjawab pertanyaan dari Alice. 

"Ayo Len." Bang Dio datang sambil membawa kunci mobil. Aku bangun dari dudukku dan berjalan menuju bang Dio.

"Eh Alice. Gue sama Allen mau jalan jalan lo mau ikut?" 

"Apaan sih, kita berdua aja bang," aku menolak Alice untuk ikut. Karena takut jika tiba tiba bertemu dengan Mama dan Papa jika aku jalan bersama Alice.

"Tapi Len,"

"Kalau lo ngajak dia, gue gak jadi ikut." Ancamku.

"Iya iya. Sorry Lice, jalan jalan bareng lain kali aja." Alice mengangguk dan menunduk. Tidak ingin membuang waktu, aku menarik tangan bang Dio untuk segera pergi dari sini. 

*****

*Author POV

Setelah kepergian Allen dan Dio, Alice berjalan sendu ke ruang keluarga. Disana, terdapat Dina yang sedang menonton televisi dan sesekali memainkan handphonenya. 

"Hai Ma," sapa Alice yang telah duduk disamping Dina. Melihat kedatangan anaknya, Dina tersenyum hangat dan mengusap puncak kepala Alice lembut. 

"Hai sayang. Gimana sekolah kamu hari ini? Sudah ada perkembangan?" Tanya Dina yang dijawab gelengan kepala lesu oleh Alice.

SpasmènosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang